Gudeg.net - Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 123 pada Minggu (19/12) diisi pembacaan prosa lirik karya Resmiyati, "Djaminten". Tampil pula beberapa penyair, pemain teater dan juga para pecinta sastra. Mereka membacakan karya Resmiyati.
Resmiyati, seorang guru sebuah SMA di Klaten yang aktif menulis, telah menulis sejumlah buku, di antaranya berjudul ‘Membelah Bulan’, ‘Tetangga Surga’, 'Sepi yang Kesepian’.
Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM Prof. Dr. Faruk mengatakan, "Djaminten" merupakan sebuah buku yang unik. Menurutnya, tipografi buku menyerupai puisi, namun bahasanya prosaik. Lebih lanjut ia menyampaikan, cara penuturan buku ini naratif. Bahkan, terdapat dialog-dialog di dalamnya sehingga mengesankan sebuah cerpen.
“Kalau dilihat dari cara penuturannya dan penggambaran yang cukup rinci mengenai lingkungan fisik maupun kultural daerah itu, buku ini bisa juga disebut sebagai sebuah cerita etnografis,” ujar Faruk dalam keterangan tertulis yang diterima Gudegnet.
Resmiyati mengatakan, buku 'Djaminten' merupakan refleksi terhadap praktik kehidupan desa.“Buku tentang rekaman peristiwa-peristiwa harian di lingkungan tempat saya tinggal. Peristiwa yang bersinggungan dengan adat kebiasaan, budaya sekaligus marwah desa,” terangnya.
SBP sendiri diselenggarakan setiap bulan dan telah berlangsung selama 10 tahun. Selama masa pandemi Covid-19, SBP digelar secara virtual, yang diberi tajuk Poetry Reading from Home.
"Sebut saja Resmiyati melalui bukunya yang berjudul Djaminten menutup SBP dalam format poetry reading from home seri 23 di bulan Desember 2021," ujar koordinator SBP Ons Untoro. Format tersebut, kata Ons, akan diteruskan pada tahun depan.
Dijelaskan oleh Ons Untoro, sejak bulan Oktober 2021, SBP digelar offline sekaligus online dengan jumlah peserta offline dibatasi 30 orang.
“Meskipun ada SBP offline, tetapi seri poetry reading from home tetap dilakukan, sehingga selama tiga bulan, dari Oktober sampai Desember 2021, dua model SBP dilakukan dalam waktu yang berbeda” katanya.
Kirim Komentar