Gudeg.net - Proses belajar jarak jauh yang diterapkan selama pandemi Covid-19 membuat anak lebih sering terpapar layar gawai seperti komputer, laptop, hingga handphone. Bahaya adiksi gawai pun mengintai karena gawai semakin lekat dengan anak.
Untuk mengurangi kecanduan gawai pada anak, sekelompok mahasiswa UNY menginisiasi permainan tradisional Cinaboy-Sulamanda terintegrasi PIPATIC.
Para mahasiswa tersebut adalah Dwi Agnes Setianingrum, Dian Anggraini dan Akhip Nugroho dari Prodi Pendidikan IPA, Furi Ningsih Sukowati dari Prodi Pendidikan Fisika, serta Aerafatma Ahyaun Nisa dari Prodi PGSD.
Dwi Agnes Setianingrum, menyampaikan, dalam setiap permainan tradisional terdapat nilai karakter yang muncul. "Cinaboy atau boy-boyan adalah permainan tradisional yang dapat mengembangkan karakter luhur bangsa, seperti kerja sama, kreatif, dan komunikatif," kata Agnes sebagaimana dikutip laman uny.ac.id, Jumat (21/1).
Lebih lanjut dijelaskan, Sulamanda mampu meningkatkan kemampuan komunikasi, kemampuan menyusun strategi yang baik, melepaskan emosi anak, dan melatih anak belajar berkelompok. Untuk memberikan materi pelatihan, Agnes menggunakan Whatsapp group, google meet, dan google drive.
Dian Anggraini menambahkan, metode PIPATIC yang memakai konsep pelatihan sebagai metode pelaksanaan digunakan untuk menangani permasalahan perilaku dan kognisi agar sesuai dengan apa yang diinginkan.
Ia menerangkan, PIPATIC terdiri dari 4 fase yaitu motivasi, permainan yang mendidik, terapi personal dan regulasi diri. Metode ini menurutnya dapat dilakukan pada anak usia sekolah, karena anak usia sekolah sudah mulai bisa berpikir kritis dan logis, serta mulai mengembangkan strategi pemecahan masalah.
“Pelatihan yang akan dilakukan membantu anak membentuk perspektif dan perilaku anak serta menangani terjadinya ketergantuan gawai sejak dini pada anak usia sekolah,” papar Dian. Dalam kegiatan ini, tim bekerja sama dengan Forum Anak Berbah.
Akhip Nugroho menjelaskan, materi pelatihan yang diberikan pada siswa di antaranya bahaya bermain gawai secara berlebihan, pengenalan permainan tradisional, pengenalan permainan Cinaboy dan Sulamanda sekaligus nilai pendidikan karakternya dan diskusi kelompok. Menurutnya, Cinaboy memadukan kerja motorik anak dan mengasah kemampuan membuat strategi tim.
“Permainan ini terdiri dari lima hingga sepuluh pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dilakukan di pelataran yang cukup luas,” katanya. Karakter yang didapat dari permainan ini adalah rasa ingin tahu, kerja sama dengan rekan, demokratis, tanggung jawab, disiplin, cinta damai, kreatif, ketekunan, komunikatif.
Sementara itu Sulamanda dapat melatih kemampuan anak menggerakkan tubuh, melatih kelincahan anak dalam permainan, meningkatkan kemampuan komunikasi, kemampuan menyusun strategi yang baik, melepaskan emosi anak, dan melatih anak belajar dalam kelompok.
Kolaborasi yang baik dari permainan tradisional yang memadukan Cinaboy dengan Sulamanda dapat mengurangi penggunaan gawai yang berlebihan, meningkatkan sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar, meningkatkan jiwa sprotifitas, serta nilai-nilai baik lainnya.
“Diintegrasikan dengan metode PIPATIC, berupa pelatihan kontrol diri dalam mengurangi tingkat kecanduan gawai pada anak usia sekolah,” kata Akhip.
Kirim Komentar