Gudeg.net - Sekelompok mahasiswa UNY membuat pupuk yang terbuat dari bahan alami, limbah air budidaya ikan lele dengan sistem bioflok dan kotoran ayam.
Pupuk organik ini berbentuk cair dan berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman buah dalam pot (tabulampot).
Para mahasiswa tersebut adaah Irfan Aldi Fitrian dan Annisa Kusumawati, Ahmad Sauki Al Zamani dan Shibghotulloh Umar Rosyadi.
Irfan mengatakan, budidaya ikan lele sistem bioflok merupakan usaha budidaya ikan lele dengan padat tebar tinggi, penggunaan jumlah pakan yang tinggi, penambahan aerase dan penggantian air secara berkala dalam jumlah besar, serta menghasilkan air limbah yang besar pula.
Lebih lanjut dijelaskan, air limbah budidaya lele sistem bioflok di dalamnya berupa akumulasi residu organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran lele, partikel-partikel pakan serta bakteri dan alga.
"Air limbah budidaya lele sistem intensif dapat diolah menjadi pupuk organik khususnya pupuk organik cair," kata Irfan, seperti dilansir laman uny.ac.id, Senin (21/3)
Sayangnya, lanjut Irfan, potensi air limbah budidaya lele tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan sering dijumpai pembudidiaya lele masih membuang begitu saja air limbah tersebut di sekitar permukiman.
Menurutnya, air hasil budidaya sistem bioflok, mengandung banyak bahan organik khususnya kandungan nitrogen yang tinggi. Kandungan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman.
Annisa menyampaikan, "Jika dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya, pupuk kompos dari kotoran ayam mempunyai kandungan harga yang tertinggi."
Ahmad Sauki Al Zamani mengatakan, bahan baku pupuk yang dinamai Mbah Eka ini yakni limbah kotoran ayam kering dan limbah lele. "Limbah lele dapat diambil dari kolam, sedangkan kotoran ayam bisa diambil dari penduduk," katanya.
Ia menerangkan, pembuatan pupuk dimulai dengan menebar bibit lele ke dalam kolam bioflok yang sudah disiapkan. Tak lupa, tentunya dilakukan perawatan, mulai dari memberi pakan, menjaga kualitas air dan melakukan pencegahan penyakit pada bibit lele.
Saat air lele mulai memasuki 2 minggu, air perlu diganti. Air tersebut ditampung ke dalam drigen yang sudah disiapkan. Kemudian, kotoran ayam kering dimasukkan, berikut EM4 pertanian dan tetes tebu secukupnya, dan difermentasi selama 2-3 minggu.
Pembuatan produk dilakukan dua kali, yakni pada minggu kedua dan keempat setelah penyebaran bibit lele. Pupuk ditempatkan dalam botol dan siap dipasarkan.
Kirim Komentar