Gudeg.net - Kohesi Initiatives menghadirkan On Connectivity, sebuah pameran bersama 25 perupa lintas generasi dan latar belakang. Pameran ini menggarisbawahi hubungan manusia dan berbagai subjek di sekitar mereka seperti kesadaran kolektif, habitat, sejarah, dan alam semesta. Pameran ini berlangsung di Tirtodipuran Link, Yogyakarta, pada 23 April-12 Juni 2022.
Para perupa tersebut adalah Abenk Alter, Addy Debil, Agugn, Andy Dewantoro, Bunga Yuridespita, Citra Sasmita, Darbotz, Dede Cipon, Dian Suci Rahmawati, Dwiky KA, Eddy Susanto, Enka Komariah, Erwin Windu Pranata, Etza Meisyara, Evi Pangestu, Farley Del Rosario, Fatoni Makturodi, I Made Agus Saputra, Ipeh Nur, Jim Allen Abel, Laksamana Ryo, Mr. S (Mark Santos), Mujahidin Nurrahman, Rendy Raka Pramudya, Riono Tanggul.
On Connectivity menampilkan lebih dari 30 karya dengan berbagai teknik dan medium eksploratif yang berperan sebagai lapisan hubungan antara galeri, perupa, dan audiens.
Kohesi Initiative menyampaikan, pada catatan pameran Mencari Makna dalam Keterhubungan, penulis pameran Rifda Amalia memaparkan lima subjudul; Mengekspresikan Kesadaran Kolektif, Menghuni Ruang dan Lingkungan, Mengamati Perubahan dalam Waktu, Berkomunikasi dengan Kosmos, dan Terlibat dengan Audiens; masing-masing menitikberatkan pada kecenderungan perupa dalam memahami, memaknai, hingga mengekspresikan ragam hubungan manusia—dengan orang lain, waktu, hingga persoalan kontemporer.
"Lebih jauh, Rifda mencatat hubungan manusia dengan waktu yang kerap menemui jalan terjal. Manusia berupaya mengabadikan cerita dan pengetahuan untuk melawan kejamnya waktu," terang Kohesi Initiatives dalam siaran pers, pekan lalu.
Lebih lanjut dijelaskan, karya Citra Sasmita, seri Ghost of Paradise, membayangkan kontekstualisasi ulang Kakawin Bali dengan menceritakan ritus peralihan, perang, dan seksualitas dengan perempuan sebagai karakter utamanya.Pendekatan yang berbeda terasa pada karya Dian Suci Rahmawati, Who is South, North, and Lord, Hidden Terms of Compliance, dan Be Mad The Pain Deepens Us. Dominasi warna merah pada lukisannya dan figur orang-orang yang mengangkat kursi kosong, menggambarkan kekuatan rakyat—kesadaran kolektif—yang muncul di saat krisis, bahkan tanpa dukungan dari negara.
Sementara itu, karya lainnya menampung berbagai makna hubungan yang kemudian membentuk pengetahuan dan menjadi titik berangkat manusia dalam memahami dunia.
"Setiap karya membuka ruang tanpa batas yang membuat audiens menjalin hubungan dengan karya, dan selanjutnya dengan perupa, tanpa kesalahpahaman," terang Kohesi Initiatives.
Kirim Komentar