Seni & Budaya

‘Harmoni Alamku’, Presentasi Drawing Kelompok Mulyakarya

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Jumat, 20 Mei 2022 13:30
‘Harmoni Alamku’, Presentasi Drawing Kelompok Mulyakarya
Presentasi ‘Harmoni Alamku’ (dari kiri ke kanan) : Urusan dalam Negeri (Prima P Sari), Mutualisme (Lulus Boli), Metamorfosa (Aboe), Sumber Energi (Fransgupita Renold). (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Gudeg.net – “...Yaa, sama halnya dengan seni, seni tidaklah harus disangkutpautkan dengan hal yang abstrak ataupun fungsional. Alam pun juga begitu, tidaklah melulu harus disangkutpautkan dengan suatu kondisi bidang atau daerah. Karena di setiap diri manusia memiliki “Alam”-nya masing-masing. Banyak perspektif yang muncul dalam pameran ini, di mana ada alam yang ditunjukan sebagai alam bawah sadarnya, alam sebagai pengaruh sosial dalam dirinya, dan alam sebagai hiburannya...”

Kalimat pengantar pameran yang ditulis Depatya Wikanti Assari tersebut terpajang menjadi wall text pameran “Harmoni Alamku” di dinding Asmara art & coffee shop. Bersamaan dengan pembukaan pameran tersebut pada Rabu (18/5) malam, diluncurkan pula album perdana dari kelompok musik Los Fungos berjudul ‘Harmoni Alamku’ yang berisi 15 karya lagu.

Sembilan belas karya drawing dalam berbagai teknik, medium, dan ukuran dipresentasikan oleh kelompok seni Mulyakarya. Seniman-perupa terlibat di antaranya Aulia Azziawati, Aziz Mughni, Bryan Fahrezi, Budi Tomo, Danang Catur, Erwan Hersisusanto “Iwank”, Fransgupita Renold, Laurentius Heru Widiawan (Aboe), G. Prima Puspita Sari, Lulus Boli, Salwa Yunaika, Teguh Hariyanta,Terra Bajraghosa, Yono yonsen, dan Yudha Sandy.

Dalam bingkai Harmoni Alamku seniman-perupa mengeksplorasi tema tersebut ke dalam karyanya. Pada karya berjudul ‘Omah Gayam’ dalam medium pena di atas kertas berukuran 20 cm x 30 cm, Teguh Hariyanta menggambarkan objek-objek rumah yang hidup dan bergelantungan di sebatang pohon Gayam yang sudah mati dan tak berdaun. Hanya tersisa batang dan dahan.

Omah Gayam – pena di atas kertas – 20cm x 30 cm – Teguh Hariyanta - 2022. Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi

Di Kota Yogyakarta, pohon Gayam tua masih bisa dijumpai di Jalan Gayam, Gondokusuman-Yogyakarta. Gayam (Inocarpus fagifer) dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya serap-simpan terhadap air tanah sehingga sering digunakan untuk kegiatan penghijauan. Seperti juga pohon Sawo manila (Manilkara/Acrhras zapota), dan rumpun bambu di pedesaan tanaman ini banyak tumbuh di sekitar sendang, kolam, sumur, pinggir sungai, dan juga batas desa.

Untuk menjaga keberadaannya, jenis tanaman tersebut sering dimitoskan dihuni oleh genderuwo. Sebagai tanaman konservasi dengan kemampuan menyimpan air itulah pemitosan tersebut sesungguhnya untuk menjaga keberadaan tanaman tersebut yang menjaga simpanan resapan air bagi tempat tumbuhnya.

Pada plastik bekas pembungkus makanan ringan, Ngadiyono merespons dengan sebuah drawing  dengan judul ‘Jagalah’. Dalam sebulan terakhir ini Kota Yogyakarta disibukkan dengan masalah sampah. Dengan produksi sampah mencapai 300 ton/hari sampah kota menjadi masalah yang serius untuk ditangani tidak sekedar menumpuknya di tempat penimbunan akhir, terlebih untuk sampah plastik memerlukan waktu lama untuk terurai. Sampah menjadi masalah kita bersama.

Pada selembar kertas foto yang terbakar, Lulus Boli Setio Wantono membuat gambar dengan menggores lapisan kertas berwarna hitam untuk memunculkan citraan monochrome bergradasi. Bagi generasi yang besar pada pertengahan tahun 1980-an, karya Boli berjudul Mutualisme akan mengingatkan pada kartu-kartu ucapan lebaran, ulang tahun, dan juga kartu pos yang dibuat dengan menggunakan teknik tersebut. Ketika itu kartu ucapan jenis tersebut banyak dijual dalam bentuk yang sudah jadi ataupun di-custom sesuai keinginan pemesannya.

Pemesanan kartu tersebut menjadi gambaran bagaimana seniman harus menguasai teknik drawing berikut interpretasi atas imajinasi dari pemesannya. Sebuah karya kolaborasi yang bisa jadi tercipta dari ketidaksengajaan dari perjumpaan antara seniman dan pemesannya.


Presentasi ‘Harmoni Alamku’ di di Asmara art & coffee shop Jalan Tirtodipuran No. 22 Mantrijeron, Yogyakarta. Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi

Pembacaan menarik juga dilakukan seniman patung Fransgupita Renold dalam sebuah filter bekas karburator mobil Fiat. Dalam karya berjudul ‘Sumber Energi’, objek-objek yang muncul dalam karya drawing tersebut : pompa SPBU, ilustrasi tanaman, dan juga bentuk fisik filter karburator menjadi kritik yang menukik pada realitas saat energi fosil masih menjadi sumber energi bagi umat manus, sementara sumberdaya alam-lingkungan sekitar (air, tanah, udara bersih) sudah banyak tereksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. 

“Ketika energi (yang berasal dari) fosil hari ini menjadi perebutan dan menjadi sumber petaka bagi kehidupan umat manusia, apa yang akan menjadi sumber energi berikutnya yang lebih bisa berharmoni dengan alam, dan tentunya bagi kehidupan umat manusia?” papar Renold kepada Gudeg.net, Rabu (18/5) malam.

Presentasi karya kelompok seni Mulyakarya berlangsung di Asmara art & coffe shop Jalan Tirtodipuran No. 22 Mantrijeron, Yogyakarta, 18-31 Mei 2022. 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini