Gudeg.net – Sembilan belas lukisan berukuran sedang-besar karya seniman Suharmanto dipamerkan di Jogja Gallery. Pameran tunggal bertajuk “Melihat Diri : Aku Siapa?” dibuka oleh pengajar purnatugas ISI Yogyakarta Agus Kamal, Selasa (7/2) sore.
Empat karya dibuat dalam medium arang (charcoal) di atas kertas sementara lima belas karya dalam medium cat minyak di atas kanvas dan linen. Keseluruhan karya dalam citraan fotografi dengan objek-objek figur, binatang, ataupun benda melalui pendekatan yang berbeda : potret, close-up objek, still life, maupun human interest. Melalui pendekatan itulah Harmanto menyampaikan pesan-pesan ke dalam karyanya.
‘Lihatlah’ (kanan), ‘Sejenak Diam’ (tengah) – charcoal di atas kertas – Suharmanto – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Selain tema, eksplorasi dan eksperimen teknik menjadi tawaran lain Harmanto pada pameran tunggalnya yang ketujuh yakni penggunaan pisau palet (knife pallete) untuk menghasilkan karya-karya lukisan dalam citraan realis. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Harmanto mengingat citraan realis lukisan lebih banyak dihasilkan dari sapuan-goresan kuas, sementara pisau palet yang pada awalnya digunakan sebagai pencampur cat ketika diaplikasikan untuk melukis akan menghasilkan citraan yang cenderung ekspresionis dengan tumpukan-tumpukan warna bertekstur-kontur jelas.
Sekira 6-7 tahunan lalu Harmanto memulai eksperimennya menggunakan pisau palet menggantikan kuas. Tiga karya pada awal-awal eksperimen turut dipamerkan ‘Ben & Jody’, ‘Memaknai Perjalanan #1’, dan ‘Memaknai Perjalanan #2’. Entah disadarinya ataupun tidak, citraan lukisan tersebut secara fotografis masuk dalam ranah portrait, human interest, sekaligus still life.
Ibu Kita Melihat – cat minyak di atas linen – 120 cm x 180 cm – Suharmanto - 2021. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pada awal kuliah di ISI Yogyakarta sekira tahun 1996-1998, Harmanto lebih banyak mengeksplorasi teknik Alla Prima (wet on wet) yang memerlukan keahlian terlatih dimana saat melukis menggunakan cat minyak dan terus menerus dikerjakan di saat catnya masih basah. Hingga pameran keenamnya pada tahun 2008 di CG art space (Jakarta), teknik inilah yang banyak mewarnai karya Harmanto.
Dalam awal-awal eksperimen Harmanto kerap mengikutkan karyanya pada pameran bersama dengan penggunaan warna soft pada lukisannya. Meski begitu, Harmanto tetap memasukkan pesan kedalam karyanya. Salah satu contoh adalah karya berjudul ‘Alam Tidak Dusta #1’ yang dibuat pada tahun 2019 dipamerkan pada Yogya Annual Art (YAA) #4 dalam citraan warna yang ringan gradasi biru dan coklat-kuning.
Terima Kasih Sahabat (kiri), Pejuang dari Selatan (kanan) – cat minyak di atas linen – Suharmanto. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Penggunaan warna-warna gelap-pekat mulai dilakukan dalam 2-3 tahun terakhir. Bahkan sejak awal pandemi COVID-19 Harmanto sengaja menutup studionya untuk lebih mengintensifkan eksperimennya. Lukisan still life dengan objek kuda putih yang sedang dituntun perawat kudanya dengan latar belakang lukisan warna hitam dan narasi tulisan yang memenuhi bidang lukisan semakin kontras saat Harmanto melukis figur perawat kuda mengenakan kaos berwarna kuning.
Lukisan berjudul ‘Persahabatan’ tersebut pertama kali dipresentasikan Harmanto tahun lalu pada YAA #7. Dalam pameran tunggal di Jogja Gallery kali ini lukisan ‘Persahabatan’ didisplay pada satu ruang tersendiri.
Di dinding utama ruang pamer didisplay enam lukisan terbaru serta satu lukisan series. Tepat di tengah dinding sebuah lukisan kuda hitam dengan latar lukisan berwarna merah berjudul “KU da Hitam’ berdampingan dengan lukisan still life berjudul ‘Pejuang dari Selatan’ dan ‘Terima kasih Sahabat’.
Pengunjung mengamati karya berjudul ‘Glenn Fredly’. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dua lukisan potret tematik, satu lukisan potret studio, serta satu lukisan series melengkapi dinding utama. Pada ‘Selamat Pagi Dunia’, figur perempuan berkebaya yang duduk di atas kursi panjang (dhingklik) sedang membaca buku dan salah satu tangannya sedang mengoperasikan komputer jinjing (laptop) yang menyala di samping tumpukan buku. Realitas hari ini ketika dunia semakin terhubung, aktivitas bisa dilakukan darimanapun dan kapanpun. Menjadi produktif? Itu persoalan lain lagi.
Tiga lukisan berikutnya berjudul ‘Aku Siapa?’, ‘Next Generation series’, ‘Melihat Diri’ Harmanto menjadikan anak perempuan sebagai objek figurnya. Pada lukisan ‘Melihat Diri’ Harmanto menambah tulisan berwarna merah ‘kadang kita lupa’ dalam posisi terbalik (mirroring). Display ‘Melihat Diri’ menjadi menarik saat ditempatkan pada sudut ruang dan Harmanto menempatkan sebuah cermin setengah lingkaran persis di sudut dinding berhimpitan dengan karya. Sebuah kritik dan pengingat yang disajikan melalui cara peletakan karya, sudahkah kita bercermin melihat diri kita sendiri?
Selain ketiga lukisan still life, keseluruhan figur objek di dinding utama adalah perempuan dan anak-anak yang mengenakan kebaya. Pada dinding berseberangan didisplay tiga karya awal eksperimen Harmanto.
Melihat Diri – cat minyak di atas linen – 180 cm x 180 cm – Suharmanto – 2022. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Empat lukisan-drawing dalam medium arang di atas kertas yang didisplay pada sebuah ruangan seolah menjadi penjembatan proses kreatif Harmanto dari kuas menuju eksperimen pisau palet terlebih pada ruang tersebut disertakan karya lukisan close-up cat minyak dengan teknik impasto dengan menggunakan pisau palet pada objek kap mobil berwarna merah menyala.
Pada sebuah ruang di lantai atas Jogja Gallery, sebelum memasuki ruangan samar-samar terdengar lagu mendiang Glenn Fredly. Ruangan disekat dengan menyisakan satu pintu masuk lagi. Begitu berada di depan pintu sekat, lagu Glenn semakin jelas terdengar dan pengunjung langsung disuguhi satu lukisan Harmanto berukuran 180 cm x 280 cm berjudul ‘Glenn Fredly’. Dalam pengaturan yang rapi meliputi pencahayaan, sound system, serta visual Glenn Fredly yang sedang pentas di atas panggung memainkan gitar, selain ‘menghadirkan’ Glenn dalam ruang pamer Harmanto sekaligus memberikan tawaran bagaimana sebuah karya diaplikasikan dalam sebuah ruang.
Satu karya mendapat tempat khusus persis di dinding atas tangga Jogja Gallery. Visual yang kuat mengajak pengunjung untuk mendekat mencermati detail karya. Lukisan dalam medium cat minyak di atas linen ukuran 120 cm x 180 cm tanpa banyak narasi sudah banyak memperbincangkan dirinya sendiri. ‘Ibu Kita Melihat’ dengan citraan sorotan mata perempuan tua yang menutupi sebagian wajahnya dengan jari-jari tangannya yang sudah mengeriput.
Eksplorasi Harmanto menarik ketika dia mencoba mengurai ingatan yang telah dibekukannya dan dihadirkan kembali dalam karya-karya lukisan melalui ulang-alik peristiwa dan alih wahana fotografis ke dalam lukisan. Dan itu dilakukan dalam eksperimen sayatan pisau palet dalam citraan realis untuk mencari satu jawaban, Siapa Aku?
Pameran tunggal seniman-perupa Suharmanto bertajuk “Melihat Diri : Aku Siapa?” berlangsung di Jogja Gallery Jalan Pekapalan No. 7 Gondomanan, Yogyakarta hingga 27 Februari 2023.
Kirim Komentar