Gudeg.net – Setelah tahun lalu menggelar pameran fotografi “Migration #1” di Tembi Rumah Budaya, kelompok SAIKI photography kembali menggelar pameran “Migration #2”. Bekerjasama dengan Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta, pameran berlangsung di Galeri Pandeng FSMR ISI Yogyakarta.
Pameran dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul Kwintarto Heru Prabowo mewakili Bupati Bantul, Rabu (22/2) sore.
Dalam sambutannya Kwintarto menyampaikan bahwa Bantul banyak dihidupi dari aktivitas ekonomi kreatif sehingga dengan seluruh potensi yang ada pada tahun ini didorong untuk menjadi Unesco City Creative Network (UCCN) dan terkait pameran fotografi bisa menjadi media penyampai pesan tentang potensi pariwisata dan produk yang dimiliki Bantul.
“Nilai ekspor produk kerajinan (craft) Kabupaten Bantul tahun 2022 mencapai 2,2 trilyun rupiah, sementara APBD Bantul sendiri berkisar 2,3 trilyun/tahunnya. Artinya nilai ekspor produk-komoditas kerajinan (craft) setara dengan APBD Bantul.” papar Kwintarto saat pembukaan pameran, Rabu (22/2) siang.
Dua Dimensi (crop) - UV print di atas panel komposit alluminium – 2023 - Achid Librianto Agung P. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Lebih lanjut Kwintarto menjelaskan sesuai arahan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, untuk mewujudkan Bantul sebagai UCCN, Pemkab Bantul akan menggandeng seluruh potensi yang ada, terlebih di Bantul terdapat perguruan tinggi seni ISI Yogyakarta yang terus mencetak seniman kreatif sepanjang tahun.
“Keberadaan kampus ISI Yogyakarta yang berada di Sewon, Bantul tentu menguntungkan sebagai upaya mewujudkan (Bantul UCCN) tersebut sehingga bisa bersinergi-kolaborasi. Kebetulan Ketua Bantul Kreatif Forum Timbul Raharjo baru saja terpilih menjadi Rektor ISI Yogyakarta. Dan support dari ISI Yogyakarta sangat kami harapkan untuk mewujudkan itu agar Bantul bisa mendunia. ” imbuh Kwintarto.
Dekan FSMR ISI Yogyakarta Irwandi menjelaskan pameran “Migration #2” merupakan kesempatan yang strategis untuk mempertemukan akademisi, fotografer, dan dunia usaha maupun industri fotografi di Indonesia dan memberikan ruang untuk berdialog tentang tantangan yang dihadapi para migran, serta kesempatan bagi fotografer untuk memamerkan karya mereka.
“Kolaborasi antara kampus dan masyarakat merupakan bagian penting dalam menciptakan ekosistem fotografi yang lebih baik. Dengan bekerja sama, kedua belah pihak dapat memperoleh manfaat dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Kampus dapat menghilirisasi hasil-hasil penelitian dan pengajaran yang berharga, sementara praktisi dapat memberikan wawasan tentang kebutuhan nyata di dunia industri.” papar Irwandi.
Alteration of Specific Text to Image by AI Generator - 13 panels, @10cm x 18cm - dicetak di atas kertas – 2023 – Novan Jemmi Andrea. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sebagaimana pameran tahun lalu, “Migration #2” sendiri tidak mengangkat tema khusus dan masih melanjutkan terminologi migration dalam proses kreatif berfotografi. Alex Luthfi R –salah satu anggota SAIKI photography- yang turut menggagas pameran Migration memberikan koridor migration (migrasi) sebagai perilaku individu sehubungan dengan gerakan melintas ruang.
Perilaku migrasi merupakan sikap, nilai, persepsi, dan berurusan dengan korelasi subjektif. Di dalam konteks penciptaan seni, bentuk ekspresinya tidak dibatasi oleh media atau teknik yang baku. Bisa saja konsep kreatifnya kolaborasi dan elaborasi, atau hibriditas seni. Diperlukan keberanian untuk membongkar batas-batas definisi yang selama ini membelenggu kreativitasnya.
Time Wrap (kiri) – Albert Maramis. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Fotografi sebagai alat atau media perekam gambar (momen estetik), fungsi dan kegunaannya sudah semakin luas. Berbagai ide bisa direpresentasikan ke dalam ruang foto dengan cara yang bebas, keluar dari sopan-santun berfotografi.” jelas Alex Luthfi saat dihubungi Gudeg.net, Kamis (23/2) malam.
Alex Luthfi menambahkan saat ini seniman fotografi didalam proses berkaryanya mengalami kemajuan pesat mengikuti perkembangan konsep estetika seni rupa murni. Dampak dari persinggungan tersebut, ruang kreativitasnya menjadi semakin terbuka. “Fotografi sudah menjadi media ekspresi seni, citra estetika berdasarkan visi dengan ide-idenya yang absolut. Oleh karena itu seorang seniman fotografi, oleh apresiator dihargai atas kemampuannya menghadirkan nilai-nilai keindahan (estetika) dalam karya seninya.” imbuh Alex Luthfi.
Sarasehan fotografi dalam “Migration #2”, Rabu (22/2) sore. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dalam koridor tersebut dua puluh tiga seniman mempresentasikan karya fotografinya dalam berbagai tema, gaya/genre, medium, hingga teknik cetak foto serta dua seniman mempresentasikan karya videografi.
Jika pada ‘Migration #1’ Aji Susanto Anom melakukan ulang-alik metode digital ke analog dalam penyajian berwarna pada karya seriesnya, pada Migration #2 dalam konsep yang hampir sama mempresentasikan karya series fotografi ‘Hikayat Makhluk Malam’ dalam citraan monochrome hitam-putih. Hal sama dilakukan Aji pada karya ‘Silang Kenangan’.
Tahun lalu Novan Jemmi Andrea melakukan eksperimen menggunakan medium two images on one print pada karya berjudul Post Invasion, saat ‘Migration #2’ Novan melakukan eksperimen dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam menghasilkan citraan foto. Narasi dan teks yang dibuat Novan dalam ‘Alteration of Specific Text to Image by AI Generator’ di-generate mesin AI dalam 13 bingkai foto sebagai terjemahan visual dari teks/narasi yang ada.
Pemanfaatan AI digunakan Irwandi untuk merekonstruksi sejarah melalui foto arsip untuk menghadirkan nuansa foto pada saat tahun pembuatan kedalam realitas hari ini dalam karya foto series ‘Pesona Fiksi Visual #1- #4’.
Paradoks - fotografi mix painting di atas kanvas - 120 cm X 150 cm – 2023 – Alex Luthfi R. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sementara Akmal Ubaidah memberikan komparasi visual antara karya fotografi menggunakan sentuhan AI dengan aslinya dalam satu bingkai (frame) berjudul ‘Pelakon Dialog’. Perkembangan terkini, kecerdasan buatan (artificial intelligence) sedang hangat menjadi perbincangan di kalangan fotografer.
Karya fotografi sebagai dokumentasi peristiwa disajikan oleh M. Dodi Rusli dalam karya foto kolase berjudul ‘Di Balik Bilik’, sementara dengan pendekatan yang sedikit berbeda Albert Maramis justru merekam peristiwa Pandemi COVID-19 dalam satu bingkai foto berjudul ‘Time Wrap’.
Fotografer senior Don Hasman yang dikenal sebagai travel photographer memamerkan 11 foto perjalanannya tahun 2012 saat berada di Baduy berjudul ‘Kehidupan Masyarakat Baduy’. Don Hasman menghabiskan waktu kurang lebih 37 tahun untuk menghasilkan sebuah buku "The People of Kanekes" yang menggambarkan kehidupan masyarakat Kabuyutan (Baduy Dalam), dan tercatat sebagai satu-satunya fotografer yang diijinkan memotret di kawasan Baduy Dalam.
Fotografi sebagai medium penuangan gagasan membuka banyak kemungkinan pembacaan realitas mulai dari sebatas merekam dan membekukan peristiwa hingga menangkap objek sebagai interpretasi atas realitas yang ada.
Dua karya fotografi dalam medium UV print di atas panel komposit alluminium masing-masing berukuran 60 cm x 90 cm berjudul ‘Dua Dimensi’ yang dibuat Achid Librianto Agung menjadi pengingat atas sejarah bangsa Indonesia, sementara pada karya ‘Dalam Beku’ dalam medium UV print di atask kanvas berukuran 150 cm x 100 cm dengan objek borgol dalam balutan citraan warna merah menjadi kritik Agung atas praktik penegakan hukum di Indonesia yang masih tebang pilih dan hanya tumpul ke bawah.
Dimana Dewi Keadilan?
Breakfast - UV Print, resin, di atas allumunium composite panel - 122cmX122cm – 2015 – M.a Roziq. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Hari ini teknologi dan ilmu pengetahuan semakin mewarnai perkembangan pengetahuan seni dan budaya. Penciptaan karya seni pun tidak terelakkan. Dan menjadi keniscayaan akan berimbas pula (kedalamnya). Oleh karenanya dibutuhkan jiwa serta pikiran yang merdeka untuk menjawab kebutuhan kreativitas penciptaan karya seni.” pungkas Alex Luthfi.
Dari kiri ke kanan : Native Papuans (Fajar Agung), Two Sided Face (Sambodo), Friday 8 A.M. (Azmi File). (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran fotografi “Migration #2” di Galeri Pandeng FSMR ISI Yogyakarta berlangsung hingga 4 Maret 2023 dengan tetap mematuhi seluruh protokol kesehatan yang berlaku bagi semua pihak.
Kirim Komentar