Gudeg.net – Tiga puluh sembilan anak memajang karyanya dalam berbagai ukuran dan medium berbagi ruang yang terbatas di dinding Kedai Srawung Saklawase. Acara pajang karya tersebut merupakan program Nyrawung Yuk edisi #5 yang dibuka pada Sabtu (4/3) sore,
“Setelah empat edisi sebelumnya mempresentasikan karya seniman dewasa, Nyrawung Yuk #5 mencoba menawarkan pada anak-anak yang punya hobi dan minat dalam seni rupa. Dua mingguan lalu, saat awal kita tawarkan ada 15-an yang berminat untuk ikut pajang karya. Tiga hari kemudian yang merespons cukup banyak. Dengan kapasitas dinding yang ada, dalam ukuran karya kecil masih cukup untuk memajang 20-25 karya. Tapi melihat antusiasme anak-anak yang ingin terlibat, akhirnya semua yang merespons kita naikkan karyanya. Dan ternyata yang memiliki minat bermusik pun ada. Ya sudah... sekalian saja kita tampilkan saat pembukaan acara.” jelas penanggungjawab program Jon Paul Irwan kepada Gudeg.net, Sabtu (4/3) sore.
Pengunjung mengamati karya-karya terpajang. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Irwan menambahkan dalam pajang karya kali ini setiap anak diberi kebebasan terkait tema ataupun media yang digunakan (kertas, kanvas, papan kayu atau media yang lain) sehingga anak-anak bisa lebih leluasa untuk berkreasi dan berekspresi.
Hingga edisi keempat Nyrawung Yuk telah mempresentasikan karya rupa dalam berbagai medium dan teknik diantaranya lukisan, drawing, patung (sculpture), karya grafis (printmaking) hingga karya fotografi.
Nyrawung Yuk #5 dibuka oleh Puji Qomariyah Wakil Rektor III Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Dalam sambutannya Puji menjelaskan pentingnya memberikan ruang bagi anak-anak bersosialisasi dengan teman seusianya dan lingkungan sekitarnya sebagai bagian proses pembelajaran untuk menumbuhkan empati, kepedulian pada teman dan lingkungannya dalam sebuah perjumpaan langsung ditengah realitas perkembangan teknologi beserta produk turunannya semisal gawai pintar berikut konten yang ada sudah menyandera anak-anak dari dunianya yakni bermain bersama.
Pajang Karya Anak-anak dalam Nyrawung Yuk #5 di Kedai Srawung Saklawase. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Dalam diksi Nyrawung Yuk, ini menjadi ajakan simpatik untuk saling kenal, saling sapa, untuk bersosialisasi dalam perjumpaan langsung. Ini penting. Teknologi –sebagai alat untuk memudahkan- tidak boleh mengalahkan kita. Kita tetap bisa memanfaatkan teknologi dalam batas relasi yang memanusiakan manusia.” papar Puji.
Puji menambahkan pajang karya menjadi ruang ekspresi bagi anak-anak sebagai bagian dari proses tumbuh-kembang yang dilaluinya untuk suatu saat menjadi seseorang/diri sendiri (to become someone). Ini menjadi ruang untuk memberikan apresiasi kepada anak-anak sekaligus edukasi pada mereka untuk berlatih menghormati pada sesama (respect).
Peserta Pajang Karya menampilkan bakat bermusiknya saat pembukaan acara. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Usia anak-anak adalah usia bermain. Berilah mereka ruang untuk mengekspresikan diri sesuai dengan usia tumbuh-kembangnya. Penting diingat, ini (pajang karya) menjadi bagian (proses panjang yang harus dilalui) bagi anak untuk mengaktualisasikan dirinya, melatih kreativitas sesuai bakat dan minatnya masing-masing. Berilah ruang bagi mereka untuk berkembang secara alamiah. Dan peran orang tua dalam hal ini adalah mendampingi mereka untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya.” pungkas Puji dalam sambutannya.
Pajang karya menjadi ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Belajar berani mengemukakan ide-pendapatnya dimana aktivitas berkesenian ataupun aktivitas lainnya menjadi mediumnya. Anak berkesenian sekaligus merupakan proses untuk belajar mengaktualisasikan dirinya dalam batas tumbuh-kembangnya. Masih panjangnya jalan yang harus dilalui, belajar berkesenian saat ini bagi mereka bukanlah untuk semata-mata menjadi seniman, namun bagaimana mengasah motorik, sensorik, dan juga kepekaan rasa.
Pengunjung anak mengamati dan mendokumentasi karya-karya terpajang. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Ruang perjumpaan menjadi penting bagi anak-anak untuk saling mengenal diantara mereka. Melalui perjumpaan itulah mereka bisa bermain bersama, bersosialisasi, berbagi cerita ditengah perkembangan teknologi dengan gawai pintar dan kontennya yang secara masif telah banyak ‘menyandera’ anak-anak dalam "dunia kecil" namun terhubung dalam jejaring yang mungkin belum dipahami anak-anak. Konseskuensinya, mereka bisa terhubung dengan dunia yang luas, namun pada saat keasikan terhubung dalam dunia yang berada dalam genggamannya pada saat bersamaan tidak jarang mereka hanya berteman dan terhubung secara virtual.
Foto bersama saat pembukaan acara Pajang Karya Anak-anak dalam Nyrawung Yuk #5, Sabtu (4/3) sore. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Perkembangan teknologi berikut produk turunannya adalah keniscayaan yang tidak terhindarkan, meski begitu dunia anak adalah dunia bermain bersama dengan teman-temannya dalam ruang perjumpaan fisik.
Orang tua dan masyarakatlah yang harus bertanggung jawab mengajak mereka kembali bertemu dan berjumpa dalam dunia nyata. Mendampingi mereka bermain bersama dan bergembira dalam perkembangan usianya.
Pajang Karya Anak-anak dalam Nyrawung Yuk #5 dihelat di Kedai Srawung Saklawase Sonopakis Lor, Ngestiharjo, Kasihan-Bantul hingga 16 Maret.
Kirim Komentar