Seni & Budaya

“Samudra Kehidupan”, Dunia Anak dalam Lukisan Komik Bahaudin

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Selasa, 21 Maret 2023 17:04
“Samudra Kehidupan”, Dunia Anak dalam Lukisan Komik Bahaudin
Life Resources – cat akrilik, cat dekorfin, silikon, dan cermin di atas kanvas dan kayu – 150 cm x 240 cm – Bahaudin – 2018. (Foto : Bahaudin)

Gudeg.net – “Pada dasarnya saya itu senang mengamati bagaimana keikhlasan anak, kemurnian anak, kejujuran anak, dan masih banyak hal lain, sayangnya saya tidak pandai mendongeng (untuk membangun komunikasi dengan mereka). Justru sayalah yang banyak belajar dari mereka. Dan itu menjadi salah satu inspirasi saya dalam berkarya.” jelas seniman-perupa muda Bahaudin kepada Gudeg.net, Senin (13/3) siang.

Dunia anak selalu menarik perhatian bagi banyak seniman dalam menggali ide untuk dituangkan kedalam karyanya. Bahaudin salah satunya. Hal itu bisa bersumber pada ingatan masa kecil atau realitas yang dihadapi anak-anak hari ini.

Bahaudin atau oleh kolega senimannya dikenal dengan nama Udien Aee mempresentasikan satu karyanya pada program Presentasi Tunggal Satu Karya di Studio Pojok Ngasem Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta hingga 16 Maret 2023.

Presentasi karya berjudul ‘Samudra Kehidupan’ di Studio Pojok Ngasem Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Lukisan terbarunya berjudul ‘Samudra Kehidupan’ dalam medium cat akrilik dan cat dekorfin di atas kanvas berukuran 100 cm x 150 cm dalam citraan objek, warna, serta komposisi yang mudah dikenali sebagai karyanya : warna soft pastel, objek figur kartun yang jenaka, serta komposisi bentuk-warna yang ringan dalam genre pop art yang hari ini marak di kalangan seniman muda.

Lahir dan besar saat hiburan televisi banyak menghadirkan film-film kartun, Udien kerap pula menghadirkan narasi dunia anak dengan citraan komik sebagai pembawa pesan dalam karyanya.

Pada karya ‘Samudra Kehidupan’, figur remaja yang sedang tersenyum mendayung bahtera kayu yang dipenuhi dengan tetumbuhan di badan bahtera, buah-buahan, buku-buku mengarungi lautan ombak merah jingga serta satwa-satwa yang bermain : lumba-lumba, merpati, camar, kelinci. Hadirnya objek-objek dalam karya tersebut secara mudah dan sederhana bisa ditangkap publik sebagai simbol cinta dan perdamaian.

Unscrupulous Person Becomes Competition – cat akrilik dan cat dekorfin di atas kanvas – Bahaudin – 2018. (Foto : Bahaudin)

“Pikiran maupun perasaan harus mampu dimanajemen dengan baik agar bisa bermanfaat untuk diri sendiri ataupun orang lain. Tidak pernah mau berhenti belajar untuk menempuh jalan kebijaksanaan adalah modal yang penting. Pengalaman diri sendiri ataupun pengalaman orang lain sama-sama memiliki porsi yang luar biasa untuk kematangan pribadi seorang manusia.” papar Udien tentang karya ‘Samudra Kehidupan’.

Menarik mengikuti perjalanan bersenirupa Udien. Hingga tahun 2014 Udien lebih banyak berkarya grafis sesuai minat saat kuliah di Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta. Karya tugas akhir berjudul ‘Kisah Asmara sebagai Ide Penciptaan Seni Grafis’ menjadi pameran tunggal perdananya dengan tajuk “Kisah Asmara” pada tahun 2015 di IAM Gallery Yogyakarta.

“Hingga 2014 saya masih menjadikan seni grafis sebagai base karya saya. Baru pada tahun 2015 mulai fokus melukis. Pameran tunggal pertama saya keseluruhan karya yang dipresentasikan adalah karya grafis dengan menggunakan teknik cetak tinggi (relief print) cukil kayu (woodcut/hardboardcut).” jelas Udien

Samudra Kehidupan – cat akrilik dan cat dekorfin di atas kanvas – 100 cm x 150 cm – Bahaudin – 2018. (Foto : Bahaudin)

Berangkat dari catatan dalam buku kecil yang selalu dibuatnya, Udien mengembangkan ide-ide dalam catatannya kedalam medium yang lain diluar printmaking. Pilihannya ketika itu adalah drawing dan painting menggabungkan figur tunggal maupun beberapa figur yang sering dieksplorasi dalam printmaking-nya.

Diakuuinya, pada awal upaya eksplorasi banyak lahir karya drawing dalam citraan surealis sebagai bagian dari kerja karikatural dan lukis wajah sejak kuliah awal hingga lulus kuliah.

Beberapa karya awalnya berjudul Equality, Atas Nama Sejahtera, Bermain Imaji (Playing Imagine), Imaji Diri, Time is Always Running, sangat kental dengan gaya surealis

“Selain bagian dari mengembangkan materi kuliah, sekaligus menjadi bagian bertahan hidup (survive) saya ketika itu. He he he...” seloroh Udien.

Lukisan komik’ menjadi eksperimen Udien berikutnya dalam berkarya lukisan ditandai dengan karya naratif yang  bersandar pada kehadiran simbol-simbol objek sebagai kreasi kode untuk bisa dipahami oleh publik. Lukisan tersebut bisa tunggal ataupun series.

“Dulu saat masih SD saya sempat suka membaca komik, tapi ketika itu ada kekhawatiran dari Bapak saya anak kalau suka membaca komik takutnya tidak bisa pandai dalam sekolah. Kebiasaan membaca komik sempat terhenti ketika itu. Saya sendiri bisa memahami kekhawatiran Bapak, generasi beliau khususnya lingkaran pergaulannya jarang menjumpai komik. Pada akhirnya saya lebih banyak nonton film kartun Pokemon, Ninja Hattori, Dragon Ball, Crayon Sinchan, sehinga secara subjektivitas imajinatif saya –dalam berkarya- secara langsung ataupun tidak langsung banyak terpengaruh dari film-film kartun tersebut.” papar Udien.

Sedikit yang membedakan karya pop art Udien dengan seniman muda lainnya adalah pilihan figur yang kerap menghadirkan tokoh komik kartun luar negeri digabung dengan tokoh komik lokal atau bahkan figur rekaannya sendiri.

“Tokoh (komik) lokal dan tokoh luar masing masing mengisi kehidupan saya sesuai porsinya jadi semua ndilalah ya mengalami.” kata Udien menjelaskan.

Tokoh-tokoh itulah yang menjadi pintu masuk bagi Udien. Dalam citraan/visual figur bermata besar, ukuran kepala yang tidak proporsional namun tetap jenaka itulah dia menyampaikan pesan-pesan metafora dalam karyanya. Sebagai penanda karya Udien kerap menggunakan sosok Robin dengan mata besar dan kacamata topengnya.

Pada Nandur Srawung #5 2017 di Taman Budaya Yogyakarta, Udien menampilkan lukisan komik panel berjudul ‘Kefanaan dalam Keharmonisan’. Empat belas panel lukisan terpisah menyusun satu lukisan komik berukuran 110 cm x 130 cm dalam medium cat akrilik, cat dekorfin, dan cermin.

Dalam citraan gadis remaja yang sedang tersenyum mengangkat mainan, objek lanskap alam yang lestari dan harmonis, deretan buku yang tersusun dengan salah satunya bertuliskan ‘Read Yourself’, persis di tengah karya Udien menempatkan cermin yang akan memantulkan wajah pengunjung saat mengamati karya tersebut.

Kefanaan dalam Keharmonisan’ menjadi ajakan Udien untuk melihat kedalam diri sendiri. Introspeksi dimana baik dan buruknya perilaku adalah sebuah pilihan yang dapat menjadikan prestasi ataupun penyesalan hingga titik akhir.

“Lebih mudah mengkritik orang lain hingga lupa untuk berkenalan lebih jauh dengan diri sendiri akhirnya kefanaan tentang keharmonisan menjadikan sejarah yang biasa tertulis.” papar Udien sedikit berfilosofi.

Pada tahun 2017 Udien mendapat award sebagai salah satu penerima Perupa Muda (Young Artist Award) dari panitia Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

Setahun kemudian Udien menjadi salah satu finalis Indonesia Art Award 2018 “Dunia Komik” yang diselenggarakan Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI) di Galeri Nasional Jakarta. Karena sifatnya yang visual dan mudah dicerna –sehingga kerap diidentikkan sebagai media untuk anak-anak- komik menjadi suatu teknik naratif visual yang bisa ditumpangi ideologi apa saja, semua kelompok umur, dan jangkauan demografi yang luas sering digunakan sebagai alat persuasi atau propaganda.

Entah disadari atau tidak, selain karya drawing-lukisan realis-surealis dengan figur tunggal ataupun beberapa figur, awal Udien berkarya drawing-painting secara visual adalah sebuah karya komik.

Pada Indonesia Art Award 2018 “Dunia Komik” Udien menyertakan lukisan komik berjudul ‘Unscrupulous Person Becomes Competition’ dalam medium cat akrilik dan cat dekorfin di atas 6 panel kayu terpisah.

Pada tahun yang sama karya lukisan komik berjudul ‘Life Resources’ dalam medium cat akrilik, cat dekorfin, silikon, dan cermin di atas kanvas dan kayu berukuran 150 cm x 240 cm menjadi finalis dalam Spektrum Hendra Gunawan yang diselenggarakan oleh Ciputra Artpreuner Jakarta.

Jika pada ‘Unscrupulous Person Becomes Competition’ keenam karya tersebut menyusun satu narasi dalam bingkai terpisah, pada ‘Life Resources’ Udien memampatkan narasi besar dalam satu bingkai utama. Di tengah karya tersebut bingkai-bingkai kecil yang menyusun cerita utuh hadir membangun narasi besar.

Gaya bertutur secara visual yang dilakukan Udien pada ‘Life Resources’ akan mengingatkan pada komik-komik Asterix karya Renë Goscinny dan Albert Uderzo dimana dalam selembar kertas bisa menceritakan secara detail Desa Galia bagian perbagian lengkap dengan dimanika masyarakatnya.

Selain hadirnya tokoh komik ataupun figur lokal, mengikuti perjalanan bersenirupanya citraan realis yang muncul pada karya lukis Udien agak berbeda dengan kebanyakan seniman grafis yang kerap membuat karya dalam citraan-visual ekspresionis.

“Sebenarnya saya menggunakan objek-objek surealis serta penggabungan figur dalam teknik grafis sudah sejak awal perkuliahan hingga menjadi tugas akhir. Catatan yang saya buat ketika itu saya kembangkan lagi menjadi sketsa yang kemudian dialihmediakan lagi salah satunya melalui karya lukisan. Sampai saat ini saya masih mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan dari teknik printmaking kedalam karya lainnya.” imbuh Udien.

Berkolaborasi dengan Artms Ethernal dan Labx Gallery, satu karya Udien berjudul ‘Kesadaran Hakikat’ diaplikasi produksi terbatas pada sepatu kets (sneaker) berbahan kanvas warna hitam dan putih masing-masing 50 pasang.

Pembacaan realitas dalam dunia anak yang dilakukan Udien menjadi menarik ketika pesan-pesan yang disampaikan dalam citraan yang riang justru kerap membawa imajinasi, interpretasi, serta pemahaman yang beragam.

Dalam karya berjudul ‘Meruang’ dengan warna-warni yang kontras, figur-objek lucu dalam komidi putar, boneka, lanskap alam, serta objek anak bermata besar dan bertopeng bisa jadi akan menjadi daya tarik pada anak-anak. Namun bagi orang dewasa akan mengingatkan pada patung Le Penseur/The Thinker/Sang Pemikir karya seniman Prancis Auguste Rodin. Dan figur itu tertawa lebar. Sebuah eksplorasi yang menarik.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    SWADESI ADHILOKA

    SWADESI ADHILOKA

    Handayani FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM

    MBS 92,7 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini