Gudeg.net – Dengan mengangkat tajuk “Motif : Lamaran”, ArtJog 2023 resmi dibuka pada Jumat (30/6) sore di pelataran Jogja National Museum (JNM) Jalan Prof. Dr. Ki Amri Yahya No. 1, Pakuncen, Wirobrajan – Yogyakarta.
Peresmian pembukan dilakukan oleh Direktur Jendral Kebudayaan Kemendikbudristek RI Hilmar Farid. Dalam sambutannya Hilmar Farid menyampaikan pentingnya memberikan apresiasi secara proporsional terhadap kegiatan-kegiatan sesuai tempatnya dengan menghitung tidak hanya efek ekonomi namun juga dampak sosial, dampak kultural termasuk didalamnya dampak kegiatan terhadap dunia pendidikan.
Pembukaan ArtJog 2023 oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI Hilmar Farid (paling kiri) bersama budayawan Goenawan Mohammad, dan CEO ArtJog Heri Pemad, Jumat (30/6) sore di JNM. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Tadi disampaikan bahwa multiplier effect dari ArtJog ini angkanya sangat fantastis, Sayang sekali, dan ini penting untuk dicatat bagi teman-teman Kemenparekraf dan dinas terkait untuk memberikan perhatian. Kalau kita berbicara tentang ekonomi kreatif dan seterusnya umumnya berbicara tentang berapa sebuah karya laku dijual dan berapa pendapatan dari event tersebut. Sementara yang seharusnya kita hitung adalah dampak keseluruhan dari pelaksanaan kegiatan ini. Lalu kita bisa menempatkan event seperti ArtJog ini secara pantas didalam perekonomian ekonomi. Karena kalau tidak nanti akan berujung, bermuara pada kegiatan-kegiatan yang mementingkan cari untungnya.” papar Hilmar Farid dalam sambutannya, Jumat (30/6) sore.
Selera Lokal Citarasa Internasional – cat di atas akrilik – varibel dimensi – Izat Arif – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Menarik untuk mencermati pernyataan Hilmar Farid. Sebelum pandemi COVID-19, pihak ArtJog mencatat jumlah kunjungan mencapai sekira 100.000-an pengunjung dalam setiap penyelenggaraannya yang berlangsung selama hampir 2 bulan. Dari angka tersebut perputaran ekonomi dari aktivitas ArtJog tentu tinggi dan bisa dihitung dari banyak aspek mulai dari tiket masuk, hospitality, komunikasi, transportasi, kebutuhan konsumsi dan merchandise, nilai karya terjual, hingga dampak bagi galeri-ruang seni lainnya yang tersebar di wilayah Yogyakarta.
Karya seniman Dwiky KA berjudul “Forgotten” dalam ArtJog 2023 di JNM. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dalam rangkaian acara pembukaan ArtJog 2023 diberikan pula penghargaan kepada seniman muda melalui Young Artist Award (YAA). Tiga award diberikan kepada yaitu Audya Amalia dengan karyanya Things Left Unsaid on the Edge of Her Fingers, Condro Priyoaji dengan karyanya Gelap di atas Gelap, dan Yosep Arizal dengan karyanya El Monstruo.
ArtJog 2023 yang berlangsung hingga 27 Agustus 2023 menempatkan pameran seni rupa yang diikuti 51 seniman-perupa sebagai event utamanya di tiga lantai ruang pamer JNM dengan konsep setiap seniman/kelompok/kolektif seni mempresentasikan karyanya dalam satu ruangan.
Perempuan-perempuan dalam Perjalananku – digital print di atas vinyl – Hermandari Kartowisastro – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dalam batasan kuratorial “Motif : Lamaran”, ArtJog 2023 menawarkan tiga karya -dua buah karya fiksi dan satu esai kritis- untuk program Open Call bagi perupa muda berusia dibawah 35 tahun. Salah satu tujuannya adalah mendekatkan perupa muda pada khasanah teks dalam dunia seni dan kebudayaan di Indonesia, yang agaknya kurang diakrabi oleh kalangan seniman pada umumnya.
The Self and Its Adaptability – Anodize Aluminum Dural - Rita Widagdo. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Ketiga karya tersebut adalah puisi berjudul Laut karya mendiang kritikus-penulis seni rupa Sanento Yuliman yang pernah diterbitkan pada majalah sastra Horison (Desember 1967). Kedua, Abrakadabra yang merupakan judul cerita pendek karya mendiang Danarto yang ditulis pada 1974, lalu terbit dalam kumpulan cerpennya yang terkenal, Godlob (1974). Serta karya esai berjudul Misteri: Bagian dari Kekenesan Seniman. Artikel yang terbit di koran Sinar Harapan (1983) ini sesungguhnya adalah renungan mengenai tuntutan agar kritik seni menjadi sesuatu yang ilmiah.
Selain pameran seni, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya ArtJog juga menghelat beberapa program pendukung dan terjadwal seperti: Exhibition Tour, ArtJog Kids, Meet the Artist, Performa ArtJog dengan Main Performance yang menampilkan seniman-seniman dengan praktik artistik yang berdedikasi pada sejarah seni pertunjukan Indonesia, Artcare, serta Jogja Art Weeks.
Area ArtJog Kids di Pendapa Ajiyasa JNM. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Artcare, sebuah wadah kepedulian bagi sesama- merupakan gerakan sosial yang diinisiasi oleh Soboman 219-Yogyakarta. Pertama kali bergerak pada saat wilayah Yogyakarta diguncang gempa bumi pda tahun 2006, dengan spirit kemanusiaan dan membantu sesama. Sejak tahun 2020 Artcare dikelola Yayasan Hita Pranajiwa Mandaya dan dihelat bersamaan ArtJog. Para seniman berpartisipasi dengan menyajikan paket kolaboratif karya dua matra berukuran kecil untuk dijual sebagai paket karya. Hasil penjualan didonasikan kepada pihak yang membutuhkan pada saat ini: baik seniman maupun masyarakat luas.
Langkah-langkah – kroset – varibel dimensi – Faelerie – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Di Pendapa Ajiyasa JNM dimanfaatkan untuk ArtJog for Kids yang melibatkan 22 anak-anak mempresentasikan karyanya. Masih di tempat yang sama disediakan juga Pusat Layanan Disabilitas bertujuan untuk memperluas akses bagi penyandang disabilitas untuk menikmati dan berpartisipasi dalam peristiwa seni yang hadir di ArtJog, serta area Festival Merchandise.
Panggung Performa ArtJog masih memanfaatkan area panggung sebelumnya.
Untuk mengunjungi pameran ArtJog 2023, publik dapat membeli tiket seharga Rp. 75.000,00 yang bisa diperoleh melalui pembelian langsung di lokasi JNM. Pengunjung dapat menikmati pameran dan rangkaian kegiatan selama jam operasional pukul 10.00–21.00 WIB. Sedangkan informasi dan pendaftaran untuk program pendukung lain seperti ArtJog Kids, performa•ArtJog, Meet the Artist, dan Exhibition Tour bisa diakses melalui laman www.artjog.id.
Kirim Komentar