Seni & Budaya

The Archeology Story, Ketika Btara Guru Mengendarai Peluru Kendali

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Senin, 24 Juli 2023 16:09
The Archeology Story, Ketika Btara Guru Mengendarai Peluru Kendali
The Archeology Story – variabel dimensi – batu andesit Merapi – Ugo Untoro – 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Gudeg.net – “Itu batu semuanya berasal dari Gunung Merapi. Jenisnya apa saya kurang begitu paham, mungkin andesit.” Kalimat tersebut disampaikan perupa Ugo Untoro kepada Gudeg.net sesaat setelah setelah selesai acara Meet The Artist #3 ArtJog 2023, Kamis (20/7) sore.

Pada kesempatan tersebut ArtJog menggelar Meet The Artist menghadirkan dua seniman. Selain Ugo Untoro, seniman-perupa Ignasius Dicky Takndare bersama kolektif Udeido dan The Sampari mempresentasikan karyanya di ruang terpisah.

Belasan batu Merapi dalam berbagai ukuran, bentuk, dan motif di atasnya tersusun teratur rapi di atas lantai tegel ruang pamer ArtJog dalam pencahayaan yang datar. Sebagian besar dengan motif pahatan simbol, gambar, maupun bentuk tertentu sementara lainnya menghadirkan teks huruf latin dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

The Archeology Story – variabel dimensi – batu andesit Merapi – Ugo Untoro – 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Dalam penataan demikian sesaat memasuki ruang pamer pengunjung hanya disuguhi deretan karya batu dengan pahatan di atasnya. Beruntung, adanya wall text yang ada di dinding ruang pamer bisa memberikan sedikit narasi tentang karya yang tersaji.

The Archeology Story itu (narasi besarnya) satu tema tentang alam baik lingkungan fisik-biosfir maupun lingkungan sosial masyarakat, pola pikir, ideologi dan seterusnya. Terdapat beberapa series didalamnya diantaranya tentang hutan tropis (di Indonesia).” papar Ugo saat mengawali Meet The Artist #3, Kamis (20/7) sore.

Btara Guru di atas Misil – batu andesit Merapi – Ugo Untoro – 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Agak berbeda dengan karya-karyanya terdahulu, pilihan Ugo pada medium batu terkait dengan pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam banyak hal lebih pas ketika menggunakan medium batu.

“Ini sekaligus menjadi kekaguman saya, bagaimana orang-orang dahulu memilih menggunakan medium batu untuk menyampaikan pesan-pesan abadi untuk generasi yang jauh kedepan dari masanya. Ini menjadi penting bagaimana mereka menyampaikan pesan tentang gambaran dinamika masyarakat, sejarah yang dihadirkan dalam teks-teks ataupun simbol dipahatkan di atas batu pada masa itu. Medium lain semisal rontal bisa menjadi pilihan, namun mereka memilih batu yang relatif lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dan tidak mudah hancur.” jelas Ugo.

The Fool, Blind, Hungry, and Angry – batu andesit Merapi – Ugo Untoro – 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Krisis kemanusiaan menjadi pembacaan utama Ugo dalam karya berjudul ‘The Archeology Story’. Perebutan kekuasaan, perebutan sumberdaya alam, praktik hegemoni, runtutan dan rentetan peristiwa ancaman kritis terhadap kesehatan, keamanan, kemiskinan, ketidakadilan, keberadaan atau eksistensi individu/suatu komunitas atau suatu kelompok besar telah banyak menimbulkan ketegangan antarnegara yang berdampak pada stabilitas keamanan negara bahkan kawasan/wilayah kerap pula melahirkan peperangan dan krisis kemanusiaan yang tidak kunjung padam dalam wilayah luas mendorong terjadinya krisis kemanusiaan.

My Tropical Jungle. Idenya dari hal sederhana saat berkendara di belakang truk yang mengangkut kayu-kayu bulat hasil penebangan hutan dan lain-lain. Beberapa batu dalam bentuk dan ukuran yang berbeda menampilkan citraan kayu-kayu bulat dan juga kayu olahan.” kata Ugo.

Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan berat berupa terjadinya ketegangan geopolitik, perkembangan teknologi digital, perubahan iklim (climate change) berikut respons kebijakannya, serta ketidakstabilan perekonomian dunia pasca Pandemi Covid-19.

Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global terkait dengan proses meningkatnya temperatur rata-rata permukaan bumi. Dan keberadaan hutan tropis dengan segala manfaat yang terkandung didalamnya telah banyak berkurang bahkan terdegradasi ketika alih fungsi lahan serta laju deforestasi tidak mampu memberikan daya dukung bagi aktivitas maupun kehidupan manusia di atasnya.

Perupa Ugo Untoro saat Meet The Artist #3 Artjog 2023, Kamis (20/7) sore. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Ketidakpedulian atau lebih tepatnya ketidakmautahuan atas apa yang terjadi dalam dinamika sosial-lingkungan berujung pada krisis kemanusiaan lainnya : kebodohan, kelaparan, kemarahan direkam Ugo dalam sebuah batu dengan tulisan yang lugas : The Fool, Blind, Hungry and Angry.

“Perubahan. Ini yang menjadi isu dalam karya series ini. Wayang misalnya di masa lalu memberikan tontonan juga tuntunan bagaimana tatanan bermasyarakat dimana kedudukan manusia dan alamnya yang mengajarkan kebijakan, keharmonisan, saat ini mengalami perubahan dimana manusia/individu menciptakan nilai-nilai dalam tataran sendiri/pribadi yang berdampak pada timbulnya konflik kekerasan, peperangan, kepentingan, pertentangan ideologi yang mengerucut pada timbulnya peperangan.” imbuh Ugo.

Pada sebuah batu berbentuk persegi berukuran 43 cm x 26 cm x 63 cm, Ugo memahatkan bait puisi dalam warna keemasan yang mengelilingi batu tersebut secara sambung-menyambung : “Aku cabiki daging sisa singa anjing liar sambil/Menahanmu di perutku yang makin menggembung/Bapakmu entah siapa dan dimana sebab begitulah/Mereka masih saja berlari atau mengasah pedang/Aku telan mentah-mentah daging sisa-sisa ini untukmu/Tapi kelak kalau kau lebih suka mengasah pedang/Ijinkan aku menamparmu...

Bahwa perubahan pola pikir, cara baca, cara pandang, dimana dahulu didasarkan pada pola komunal kebutuhan masyarakat secara bersama-sama sehingga menimbulkan kehidupan yang harmoni antara alam, manusia, dan penciptanya. Dari buku/teks/manuskrip yang dibacanya semisal Singosari, Majapahit dan seterusnya, Ugo menarik premis sederhana bahwa itu dibangun dengan kekuatan dari dalam untuk menangkal dan mengimbangi segala sesuatu yang masuk dari luar.

“Perubahan tetap sebuah keniscayaan, namun munculnya banyak sekali artefak, situs-situs baru yang ditemukan seolah menjadi jawaban inilah cara alam menjawab semua fenomena perubahan yang terjadi. Ketika muncul pola pikir baru, ideologi baru, yang sepertinya menjadi ancaman akan memecah belah. (Dan bagi saya) alam memberikan jawabannya (dengan caranya sendiri).” kata Ugo.

Ugo menjelaskan seni ibarat tumpukan/tabungan ingatan dan kenangan yang mungkin tidak disadari namun tetap tertanam dalam ingatan manusia (secara individu maupun kolektif) dan ini bisa menjadi pemantik bagi proses kreatif. Ketika kita menghadapi serbuan dari luar berupa pola pikir, budaya, tradisi dan lain-lain. saat itulah tiba-tiba kita bisa diingatkan.

Simbol-simbol lain dihadirkan Ugo dalam citraan Btara Guru menaiki misil peluru kendali menggantikan Lembu Andini untuk menggambarkan perubahan relasi yang menghadirkan ketidakharmonisan dengan alam bahkan antarmanusia.

Bisa jadi citraan tersebut terkesan jenaka, namun ada pesan menohok bahwa untuk bisa turut berperan didalam hubungan antarbangsa yang setara dan saling menghormati, saat mengambil posisi yang netral tidak memihak salah satu kekuatan, kitapun harus berdaya agar tidak sekedar didengar namun juga diindahkan.

Ini menjadi satire, ketika ketegangan dunia mengerucut pada ancaman dan perlombaan senjata misil kendali berkepala nuklir, bisa jadi pilihan terbaiknya adalah menjadi berdaya dengan memiliki misil peluru kendali, setidaknya memiliki ‘kendali’ atas misil itu sendiri. Jika tidak justru dunia hanya akan tergantung pada mereka yang memiliki kendali atas misil peluru kendali itu.

“Bagaimana perubahan yang sifatnya abadi tidak selalu berubah menjadi lebih baik namun bisa menghancurkan bahkan menghilangkan karakter. Perubahan tidak selalu baik ataupun menandakan sebuah kemajuan, tetapi dari masa lalu kita bisa belajar tentang kebijaksanaan ataupun kecerdasan dalam menyikapi hidup. Bagaimana hidup bisa serasi dengan masyarakatnya, alam, serta sesuatu yang lebih besar diluar dirinya.” ujar Ugo memungkasi Meet The Artist #3, Kamis (20/7) sore.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini