Seni & Budaya

Kehadiran Pasangan Seniman dalam “Jeda Sebelum Pulang”

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Jumat, 11 Agustus 2023 14:01
Kehadiran Pasangan Seniman dalam “Jeda Sebelum Pulang”
Dingin Tersaji – car akrilik di atas kanvas – 120 cm x 100 cm – Iqi Qoror – 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Gudeg.net – Kontras. Itulah kesan awal yang akan dijumpai pengunjung saat memasuki ruang pamer Kiniko art room. Sebanyak tujuh karya lukisan berbagai ukuran dalam medium cat akrilik dengan citraan warna cerah menyolok seolah vis a vis dengan karya grafis dalam medium kertas dengan citraan monochrome biru dalam jumlah yang sama.

Presentasi tersebut merupakan pameran duo pasangan suami-istri seniman grafis Theresia Agustina Sitompul dan pelukis Iqi Qoror. Pameran bertajuk “Kehadiran” dibuka oleh seniman peran Ramon Y Tungka, Sabtu (5/8) sore.

Memanfaatkan dua lantai Kiniko, di lantai dasar dipajang dua karya grafis series dan tiga lukisan sementara di lantai satu diletakkan empat lukisan dan lima karya grafis. Tidak ada satupun karya grafis dan lukisan yang didisplay berdampingan. Kedua jenis karya tersebut dipajang pada dinding yang berbeda.

Seniman peran Ramon Y Tungka mengamati karya saat pembukaan pameran, Sabtu (5/8) sore. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Tiga tahun lalu Iqi Qoror menggelar pameran tunggal di Jogja Gallery dalam tajuk “OUT OF PLACE: DE-stereotyping Iqi’s Arabism”. Dua tahun berselang Iqi menggelar pameran tunggal ke-9 di Artplex Gallery, Los Angeles bertajuk “Perfection in Tow”. Hingga pameran tunggal kesembilannya, citraan karya Iqi masih didominasi warna soft pastel cenderung gelap dengan menghadirkan objek-figur yang tidak saling berinteraksi, sebuah situasi ruang keterasingan manusia ketika piranti/gawai dan teknologi yang menyertainya justru sesungguhnya bisa makin memudahkan terjadinya perjumpaan fisik.

Eksplorasi medium juga dilakukan Iqi dengan penggunaan kayu maupun material lain dan sempat dipresentasikan dalam pameran bersama di Indieart house dalam tajuk ‘Senandika’ akhir tahun lalu.

Dalam ‘Kehadiran; Jeda Sebelum Pulang’ Iqi justru melakukan eksplorasi citraan karya yang keluar dari kebiasaannya : warna cerah-kontras, figur yang menampakkan wajahnya, dan saling berinteraksi. Citraan yang sama bisa dilihat pada enam karya Iqi lainnya yang dalam waktu bersamaan sedang dipresentasikan di Galeri R.J. Katamsi ISI Yogyakarta.

Pengunjung menikmati karya Pose Pintar di depan Panorama (Iqi Qoror/kiri), Pose Membaca di depan Panorama (Iqi Qoror/tengah), Bertanya dalam Diam (Theresia Agustina Sitompul/kanan). (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Apakah ini menjadi “jeda” Iqi Qoror dari kebiasaan karya-karya sebelumnya? Jawabannya tentu tidak sesederhana iya atau tidak mengingat karya lukisan terbaru Iqi masih menghadirkan situasi-situasi absurd: sosok-sosok dengan penampilan sempurna (mengenakan setelan lengkap  blazer, celana panjang, sepatu, hem panjang), gawai/piranti pintar yang menyertainya, namun pada saat bersamaan lebih sibuk dengan dirinya sendiri.

Adanya tarikan antara still life dalam metafora bahkan tidak jarang menghadirkan paradoks lain menjadi warna lain didalam karya Iqi Qoror. Di tengah maraknya karya seni rupa akhir-akhir ini yang didominasi dengan kecenderungan karya pop art realis-surealis, karya Iqi menjadi tawaran lain baik secara citraan/visual maupun dalam hal cara baca-pandang terhadap realitas.

Pada ‘Kehadiran: Jeda Sebelum Pulang’, selain pilihan warna cerah-kontras, panorama dan luar ruangan (outdoor) menjadi eksplorasi Iqi dalam karya-karya terbarunya. Hanya dua karya ‘Dingin Tersaji’ dan ‘Ruang dalam Rindu’ yang menjadikan ruangan indoor sebagai setting sosial dalam karyanya. Selebihnya ‘Berpose dengan Panorama’, ‘Pose Pintar di depan Panorama’, ‘Pose Membaca di depan Panorama’, ‘Bertamu di Pagi Hari’, dan ‘Dialog Tatap Mata’ kelimanya menghadrkan citraan panorama alam. Begitupun pada lima dari enam karya lukisan terbaru yang dipresentasikan di Galeri R.J. Katamsi yang selalu menghadirkan panorama luar ruangan.

Suasana pengunjung mengamati karya saat pembukaan pameran, Sabtu (5/8) sore. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Secara citraan, karya Iqi Qoror yang riuh dengan warna-warni kontras dengan karya Theresia Agustina Sitompul yang flat dalam monochrome putih-biru.

Tiga karya tunggal serta empat karya series dalam medium cetak tinggi di atas kertas old mild dan kertas montval dipresentasikan Tere dalam penyajian yang tidak “provokatif” sebagaimana karyanya dalam pameran-pameran terdahulu.

Tere mempresentasikan karya eksperimen teknik cetak tinggi yang telah lama dieksplorasi sekira 10 tahunan lebih dalam teknik yang sederhana memanfaatkan kertas karbon yang kerap digunakan penjahit untuk membuat pola potongan kain ataupun digunakan untuk salinan cetakan mesin ketik/printer dot matriks.

Prinsipnya sama yakni memanfaatkan bidang yang lebih tinggi sebagai master cetak. Dengan penggunaan kertas karbon sebagai material-medium, Tere menyebutnya sebagai carbon print.

Teknik ini juga bisa diaplikasi dengan menggunakan potongan material berbahan kayu, kertas, benang, kain, maupun material lainnya yang disusun menjadi klise-nya dan dicetak menggunakan tinta. Sedikit berbeda dengan carbon print, teknik ini lebih menyerupai relief print kolase.

Selama kira-kira satu tahun (2014-2015) karya grafis carbon print  Tere dipamerkan secara tur di empat ruang Bentara Budaya Jakarta, Bali, Solo, dan Yogyakarta dalam tajuk “Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang Ibu (within each house there is only a mother)".

Teknik carbon print sendiri merupakan eksplorasi Tere pada teknik relief print dengan mencoba kemungkinan-kemungkinan baru yang menjadi varian relief print diluar woodcut, hardboardcut, maupun linocut.

Diluar teknik carbon print Tere masih terus mengembangkan teknik cetak lain dalam Kelompok Minggiran yang dibentuknya bersama seniman grafis lainnya. Dalam program Single Fighter #3 di Sangkring art project September 2021 Tere mempresentasikan karya grafis cetak dalam drypoint berikut karya instalasi bertajuk “Doa”.

Diakui Tere, penggunaan bahan-bahan dalam seni grafis termasuk tinta cetak maupun bahan pelarut lainnya mengandung bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya apabila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.

Pilihan awal yang dilakukan dengan mencoba mencari alternatif pengganti tinta cetak untuk karya grafisnya yakni kertas karbon yang justru memunculkan relief print varian baru: yang aman, terjangkau, sederhana namun tetap bisa menghasilkan karya seni grafis yang artistik.

Pada April hingga Oktober 2022 Tere menghadirkan instalasi seni di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) Jakarta dalam seri Komisi Ruang Seni Anak UOB-Museum MACAN dengan tajuk “Kembara Biru ~ Traveling Blues” merespons pandemi COVID yang terjadi. Dalam citraan karya putih-biru tidak sekedar himbauan untuk berhenti sejenak pada anak-anak dan orang tua dari layar digital, namun juga mengajak mereka berkreasi sekaligus menjaga motorik anak-anak dalam kegiatan langsung dalam presentasi tersebut dengan menggunakan teknik carbon print.

Dengan proses yang sederhana yakni menyusun objek di atas kertas kemudian ditutup menggunakan kertas karbon sebagai ganti tinta cetak, carbon print menghasilkan karya yang unik dan berbeda mengingat pada setiap pencetakan sangat mungkin terjadi pergeseran objek yang sudah disusun. Dan tanpa penggunaan cat berbasis minyak, proses ini relatif aman bagi anak-anak. Dengan tujuh karya carbon print di atas kertas, ‘Kembara Biru’ seolah hadir kembali dalam ‘Kehadiran : Jeda Sebelum Pulang’.

Salah satu kendala dalam berkarya grafis (printmaking) adalah keterbatasan alat dan material karya. Tiga karya grafis tunggal ‘Meraba-raba’, ‘Untuk Luka didalam Luka’, dan ‘Berjarak dengan Lubang’ dibuat di atas kertas berukuran lebar 122 cm (A0) menyiasati keterbatasan ukuran kertas dan alat press manual yang ada. Sementara pada empat karya series Tere mencetak di atas kertas berukuran lebih kecil.

“Minimal menggunakan kertas 150 gsm agar bisa menempel dengan cukup kuat. Objeknya bisa bermacam-macam. Intinya membuat klise dengan menyusun objek sehingga menghasilkan kontur dengan ketinggian yang berbeda. Adanya kontur tersebut menjadi mal-master untuk mencetak karya.” jelas Tere dua tahun silam saat memberikan workshop carbon print pada Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021.

Pada ketiga karya tunggal tersebut Tere membuat citraan kolase kumpulan satu objek benda sehari-hari pita rambut, sarung tangan, dan longdress dalam satu bingkai. Begitupun objek benda pada karya seriesnya masih memanfaatkan benda-benda di sekitarnya, hanya bedanya objek-objek tersebut dicetak dalam bingkai/frame terpisah. Karya series ‘Jagat Ingatan’ dengan memanfaatkan 30 objek benda yang digunakan sehari-hari. Karya series ‘Berjarak dengan Benang’ memanfaatkan 2 jarum jahit dalam ukuran berbeda berjumlah 11 jarum dan 19 jarum.

Yang cukup menggelitik adalah karya berjudul ‘Bertanya dalam Diam’ dengan memanfaatkan bra untuk merekam objek tersebut. Dalam konteks ilmu seni rupa Batak dikenal ornamen binatang melata cicak yang disebut dengan gorga boraspati yang selalu berhadapan dengan ornamen empat payudara, yang disebut gorga adop-adopAdop-adop dalam jumlah empat memiliki makna simbol kesucian, kesetiaan, kesejahteraan, dan kesuburan perempuan. Karya ‘Bertanya dalam Diam’ dipajang berdampingan dengan karya series lainnya berjudul ‘Aku’. Sebuah pesan simbolik dalam tata letak karya yang menarik.

Pameran “Kehadiran: Jeda Sebelum Pulang” lebih pada perayaan kehadiran dibanding presentasi dua karya seni rupa sebagaimana disampaikan Ramon Y Tungka dalam sambutannya bahwa pameran duo Iqi-Tere sebagai sebuah ‘kehadiran’ sebagai tema besarnya.

“Ketika ada sebuah undangan –dari/kepada seseorang/institusi- ada mereka yang hadir secara fisik namun tidak dengan ruhnya dalam (kehadiran tersebut) sehingga keberadaannya menjadi nihil. Namun ada juga yang sebaliknya diwakilkan melalui karangan bunga beserta doa dalam sebuah undangan. Semoga kehadiran teman-teman di sini (apapun bentuknya) menjadi doa dan bergabung di sini.” papar Ramon Y Tungka saat memberikan sambutan pembukaan pameran, Sabtu (5/8) sore.

Menyandingkan karya Iqi dalam citraan yang disengaja memiliki kecenderungan banal/remeh dan absurd dalam pembacaan realitas dengan ekplorasi objek sehari-hari yang dilakukan Tere sesungguhnya cukup berisiko mengingat secara karakter visual sudah menampakkan kontras dalam banyak hal. Pilihan yang tepat ketika kedua karakter berbeda tersebut tidak disandingkan dalam dinding yang sama sehingga intensi, impresi, serta artistika-estetika tidak berbenturan namun justru bisa saling menguattkan. Di titik ini kehadiran sebagaimana dikatakan Ramon menemukan relevansinya.

Pameran dua seniman bertajuk "Kehadiran dalam Jeda Sebelum Pulang" berlangsung hingga tanggal 20 Agustus 2023 di Kiniko art room, Kalipakis Tirtonirmolo, Kasihan-Bantul.

 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini