Seni & Budaya

Mengenal Ragam Teknik Cetak Dalam “Etsa”

Oleh : Moh. Jauhar al-Hakimi / Selasa, 26 September 2023 11:13
Mengenal Ragam Teknik Cetak Dalam “Etsa”
Jo Lali – etsa di atas kertas - 23,5 cm x 35 cm – 2023 - Surya Wirawan. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Gudeg.net – “Dikenal beberapa tingkatan/level dalam Teknik Cetak Dalam. Yang paling sederhana teknik drypoint dimana pembuatan matriks tanpa cairan kimia. Engraving juga manual, namun secara teknis tingkat kerumitannya lebih tinggi. Sementara mezzotint meskipun manual tanpa cairan kimia, tingkat kerumitannya pada prosesnya yang dibalik. Selanjutnya yang menggunakan cairan kimia saat membuat matriks dikenal dengan teknik etsa. Ada proses etching dengan proses pengasaman menggunakan larutan asam saat melarutkan plat logam yang akan dijadikan matriks.

Those who Perform with Limitation – etsa aquatint di atas kertas – 38 cm x 49 cm – 2023 - Fakri Syahrani. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Penjelasan tersebut disampaikan seniman grafis Rully Putra Adi dari Komunitas Grafis Minggiran saat ditemui Gudeg,net, Rabu (20/9) siang.

Selama dua hari 19-20 September Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY) 2023 mengadakan workshop Cetak Dalam dengan teknik etsa (etching). Pada Selasa (19/9) diselenggarakan workshop teknik etsa dengan mentor Fakri Syahrani, Y Wahyu Jati Nugroho, dan Faisal Hamidy menggunakan plat alluminium sementara pada Rabu (20/9) menggunakan plat kuningan/tembaga sebagai matriksnya dengan mentor dari Komunitas Grafis Minggiran (Rully Putra Adi dan Alfin Agnuba).

“Penggunaan plat alluminium untuk etsa sementara tembaga/kuningan untuk etsa-aquatint. Prinsipnya sama, hanya pada etsa-aquatint ada treatment tambahan berupa penutupan serbuk gondorukem setelah pengasaman awal. Tujuannya untuk memberikan efek gradasi tone/raster pada hasil cetaknya.” kata Rully.

Tahapan, Alat, dan Bahan dalam Teknik Cetak Dalam Etsa (Etching)

"Sebagaimana teknik cetak lainnya, etsa itu sangat teknis. Tahap pertahapnya detail memerlukan ketelatenan dan ketelitian. Prinsipnya membuat goresan pada plat yang sudah dihaluskan dengan amplas dan ditutup dengan cat/tinta marker. Penggoresan bisa dilakukan secara manual maupun dengan bantuan bahan kimia. Kalau etsa penggoresannya dengan jarum atau alat yang runcing-tajam ujungnya selanjutnya bekas goresan tersebut dilarutkan menggunakan bahan kimia agar menjadi lebih dalam. Bisa dengan asam chlorida (HCl) ataupun ferric chlorid (FeCl3). Biasanya kita menggunakan ferric chlorid, karena sifat keasamannya yang tidak sekuat asam chlorida sehingga proses pelarutan/penggerusan relatif lebih lambat." jelas Wahyu Jati Nugroho kepada Gudeg.net saat workshop etsa, Selasa (19/9) siang.

Wahyu menjelaskan bahan yang diperlukan untuk membuat karya seni etsa diantaranya plat logam (aluminium/tembaga/besi/kuningan), asam chlorida (HCl) ataupun feri chlorid (FeCl3), bahan penutup lempengan berupa cat semprot/cat besi/cat marker, amplas berbagai ukuran kehalusan, cat warna berbasis minyak (oli based), kain atau kertas pembersih.

Sementara alat yang digunakan berupa alat press untuk mencetak beserta kelengkapannya, ember/bak untuk perendaman plat, alat tulis dan alat ukur yang diperlukan, pena/jarum penggores, alat pengering.

“Untuk teknik etsa-aquatint masih diperlukan beberapa bahan-alat lagi berupa kotak penabur serbuk gondorukem, kompor pemanas mini, tatakan pemanggang, serta serbuk gondorukem.” jelas Wahyu.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat master cetak (matriks) pada teknik cetak etsa. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Berikut tahapan-tahapan dalam teknik cetak etsa :

Tahap pertama,  persiapan plat matriks (alluminium, kuningan, besi, tembaga) dengan permukaan halus pada sisi cetak dan seluruh pinggir plat dengan menggunakan amplas dan kikir. Setelah rata-halus, bersihkan dari sisa-sisa debu kemudian lapisi seluruh permukaan dengan dengan etching ground menggunakan cat semprot/besi ataupun tinta marker. Tunggu hingga kering. selanjutnya buatlah desain di atas permukaan plat matriks dengan menggunakan pensil/pena dengan posisi desain terbalik (mirror). Jika masih terasa tajam pada sisi pinggir plat, haluskan dengan alat kikir untuk menghindari kertas sobek saat pencetakan.

Pengikiran sisi tepi plat agar menjadi halus. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Tahap kedua, pengasaman. Proses pengasaman dilakukan pada plat yang sudah jadi desainnya. Sebelum direndam dalam larutan asam, pastikan seluruh lapisan plat matriks yang tidak diasamkan ditutup dengan tinta marker, cat semprot, ataupun cat besi. Larutan asam menggunakan ferric chlorid yang diencerkan dengan air destilasi ataupun hidrogen peroxide (H2O2) dengan perbandingan setiap 1 sendok makan ferric chlorid diencerkan dengan 100-150 ml air destilasi.

Proses perendaman plat dengan larutan asam ferric chloride. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

“Bisa dengan asam chlorida (HCl) ataupun ferric chlorid (FeCl3). Biasanya kita menggunakan ferric chlorid, karena sifat keasamannya yang tidak sekuat asam chlorida sehingga proses pelarutan/penggerusan relatif lebih lambat. Bisa lebih fleksibel dalam pengaturan waktu pengasaman. Semakin lama waktu pengasaman, plat matriks semakin dalam dan hasil cetaknya akan semakin gelap.” jelas Wahyu.

Dengan menggunakan ferric chlorid waktu pengasaman bisa dilakukan sesuai kebutuhan kedalaman plat yang diinginkan. Selama pengasaman bisa diperiksa setiap 5-10 menit untuk melihat proses pelarutan dengan membersihkan plat menggunakan air. Pengasaman dan pembersihan dilakukan secara berulang sampai mendapatkan hasil kedalaman plat yang diinginkan. Selanjutnya bersihkan plat matriks dari lapisan cat penutupnya (etching ground). Pada plat kuningan/tembaga, pembersihan akhir biasanya digunakan emulsi braso.

Pembersihan plat dari sisa larutan asam dengan menggunakan air destilasi. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Tahap ketiga, penintaan. Penintaan menjadi tahapan yang penting. Ratakan tinta ke atas plat matriks yang sudah digores dengan scrap memanfaatkan kertas strawboard. Proses wipping untuk meratakan tinta masuk ke dalam goresan, gunakan kain perca lembut. Setelah tinta cukup rata, bersihkan plat matriks dari sisa-sisa tinta/cat dengan menggunakan kertas koran bekas dan kertas roti.

Penintaan plat. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Setelah dirasa cukup bersih, plat siap dicetak. Dalam proses wipping perlu ketelitian agar tidak ada cat/tinta yang tersisi. Namun begitu hal ini sering menjadi eksperimen-eksplorasi seniman grafis untuk menghasilkan efek-efek yang tidak terduga semisal hasil cetakan yang terkesan kotor, gradasi warna yang tidak sama, ataupun efek-efek lainnya.

Tahap keempat, pelembaban medium cetak (kertas). Prinsip dasar saat mencetak intaglio adalah bahwa air dan minyak tidak bisa bersatu/bercampur. Setelah proses wipping serta pembersihan area cetak pada plat, prinsip air-minyak tersebut digunakan dengan membuat kertas ataupun material cetak lainnya dalam kondisi lembab mendekati basah. Pada goresan-cekungan yang dalam hasil cetaknya akan terlihat lebih gelap/pekat warnanya serta memunculkan kontur-tekstur pada hasil cetakan yang jelas.

Pelembaban kertas. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Perendaman medium kertas dilakukan hampir pada semua Teknik Cetak (printmaking) yang menggunakan tinta berbasis minyak. Letakkan plat matriks di bawah kertas tersebut, setting posisi kertas dan tekanan alat press, lanjutkan dengan pengepresan.

“Karena kekuatan plat berbahan logam, plat matriks jenis ini sering digunakan dalam industri. Pada plat matriks yang sudah diberikan perlakuan electroplating (EP) dalam sekali jalan bisa mencetak 700 hingga 3.000 edisi. Setelah dibersihkan dan diberi perlakuan ulang EP, plat tersebut siap digunakan untuk mencetak lagi.” jelas Lulus Setio Wantono dari Komunitas Grafis Minggiran.

Tahap kelima, kertas hasil cetakan dibuka perlahan agar tidak geser dan dapat langsung dilihat hasil cetakannya. Setelah selesai mencetak, bersihkan plat dari sisa-sisa tinta sebelum disimpan agar bisa digunakan kembali.

Aquatint : Etsa Gradasi Multilayer

“Gradasi pada etsa dihasilkan dari proses manual arsiran dalam bentuk garis ataupun titik menggunakan jarum atau pena khusus. Sementara gradasi warna pada etsa-aquatint terbentuk dari proses kimia pengasaman setelah ditutup dengan gondorukem dengan karakter penggerusan asam ke dalam plat dalam bentuk tone/raster, dot/titik yang sangat halus.” jelas Rully kepada Gudeg,net, Rabu (20/9) siang.

Penaburan serbuk gondorukem di atas plat matriks pada teknik cetak etsa-aquatint. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Sebagaimana disampaikan Rully pada awal tulisan ini, teknik etsa-aquatint adalah kelanjutan teknik dasar etsa. Yang membedakan adalah penggunaan serbuk gondorukem untuk memberikan efek tone/raster pada hasil cetakan.

“Setelah selesai tahap awal pengasaman, plat matriks dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan. Bagian-bagian yang diingin dibuat gradasi atapun solid bisa di-retouch dengan menggunakan tinta marker. Selanjutnya dilakukan penaburan serbuk gondorukem secara manual dan merata dalam sebuah kotak.” jelas Rully.

Pemanasan serbuk gondorukem menggunakan kompor (mini stove). (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

Serbuk gondorukem yang telah tertabur di atas plat matriks selanjutnya dipanaskan di atas kompor mini agar serbuk tersebut meleleh menutup permukaan plat. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan harus dilakukan secara merata agar penutupan gondorukem pun bisa merata.

Hasil cetak (kiri) dan plat matriks (kanan) menggunakan teknik etsa-aquatint. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)

“Untuk plat matriks pada teknik aquatint digunakan plat tembaga/kuningan. Plat alluminium tidak maksimal karena memiliki pori-pori yang hampir sama dengan pori-pori lelehan serbuk gondorukem. Pori-pori tembaga/kuningan lebih halus lagi.” jelas Rully.

Setelah plat tertutup gondorukem, dilakukan pengasaman kembali untuk menghasilkan plat yang memiliki permukaan yang terlarutkan dalam citraan gradasi tone/raster. Proses pengasaman dan retouch desain bisa dilakukan lebih dari satu kali sementara untuk pelapisan gondorukem cukup sekali. Dengan proses pengasaman yang bisa berulang itulah, citraan gradasi tone/raster pada plat bisa dibuat sesuai kebutuhan secara berlapis.

“Melalui celah-celah pori-pori gondorukem itulah cairan asam ferric chloride masuk secara halus ke dalam plat matriks. Lapisan gondorukem tidak sepenuhnya menutupi plat. Pori-pori gondorukem itu yang nantinya akan membentuk tone/raster pada plat.” jelas Rully.

Rully menambahkan dengan karakter pori-pori gondorukem tersebut memungkinkan membuat plat matriks dalam beberapa layer dalam satu plat dengan citraan warna gradasi tone/raster.

 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini