Gudeg.net – “Ada delapan lukisan dengan media campuran di atas kertas. Saya buat tahun 2005. Itu tahun-tahun awal saya belajar untuk serius menggambar-melukis.”
Penjelasan tersebut disampaikan perempuan-perupa Agustina Tri Wahyuningsih atau lebih dikenal dengan nama Tina Wahyuningsih kepada Gudeg.net saat berbincang singkat, Selasa (26/9) siang.
Kedelapan karya lukisan di atas kertas berjudul ‘Women series’ tersebut menjadi bagian dari pameran tunggal Tina bertajuk “Make Your Own Magic”. Pameran berlangsung di Jogja Gallery, Jalan Pekapalan No. 7 Kota Yogyakarta.
Bussy Mind – soft sculpture – Tina Wahyuningsh - 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Setelah tiga pameran tunggal sebelumnya Tina selalu mengangkat tema tunggal, pameran tunggal keempatnya seolah menjadi resume perjalanan berseni rupanya. Pameran tunggal perdananya dihelat di Via-Via cafe Yogyakarta pada tahun 2011 mengangkat tema “Mimpi Dunia Empuk/Dream of Pillowy World” berlanjut pameran tunggal keduanya pada tahun 2013 di Tirana art house and kitchen Yogyakarta dengan tema “Playing with Mind”.
Setelah cukup lama hanya berpameran bersama, pada tahun 2022 Tina menggelar pameran tunggalnya yang ketiga dengan tema “Pembadutan Merah Jambu” di Miracle print and artshop Yogyakarta.
“Ini merupakan program reguler Jogja Gallery (JG). Dalam satu tahun minimal ada presentasi tunggal dari seniman-perupa otodidak (self tough) dan/atau perempuan. Tentunya dengan sejumlah capaian selama berseni rupa.” jelas Manajer Umum JG Daru Artono, Selasa (26/9) siang.
Penunggang Jerapah - Tina Wahyuningsh - 2013. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Daru menambahkan dengan kapasitas ruang JG yang ada seniman-perupa diharapkan bisa mempresentasikan karyanya secara maksimal.
“Setidaknya bisa memberikan gambaran perjalanan ataupun capaian dalam berkesenian seniman bersangkutan. Sukur-sukur bisa menjadi pameran retrospeksi.” imbuh Daru.
Dengan penjelasan Tina di awal tulisan, “Make Your Own Magic” menjadi semacam penegasan atas perjalanan berkeseniannya. Setidaknya bisa menjadi pameran mini retrospeksi.
Diksi “Make Your Own Magic” pernah dimunculkan Tina pada karya yang dipresentasikan di tempat yang sama pada tahun lalu dalam pameran “Miracle at Jogja Gallery”. Ketika itu Tina menampilkan dua karya berjudul ‘Believe’ dan ‘Make Your Own Magic’. Kedua karya tersebut langsung menyambut pengunjung sesaat memasuki lobby Jogja Gallery.
Mini Clown – cat akrilik di atas kain – Tina Wahyuningsh - 2016. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Begitu memasuki ruang pamer JG, sekat panel yang menjadi dinding utama terpajang tiga karya Tina dalam citraan warna dominan biru-putih berbentuk lingkaran berjudul ‘Tidak Sembunyi Tangan’, ‘Joker Day’, dan ‘Domestic Queen’. Citraan warna biru-putih menjadi penanda seluruh karya terbaru Tina termasuk karya berjudul ‘Healing’ yang dipajang persis di tangga naik JG. Ada satu karya terbaru yang tidak menggunakan warna biru berjudul ‘Family Trip #1’ yang didominasi warna merah-putih.
Tidak ada trajektori lini masa dalam pemajangan karya. Karya dipajang sesuai kebutuhan artistik display dan kapasitas ruang. Kalaupun ada ‘penyekatan’ lebih dilakukan sebagai penanda karya series, sebuah projek respons-kolaborasi, jejak beberapa pameran tunggal. Selebihnya pemajangan karya secara keseluruhan menawarkan solusi display karya pada kesatuan ruang. Ini bisa memudahkan dan memberikan gambaran pada pengunjung, art lover, kolektor bagaimana sebuah karya seni dipajang tidak berdiri sendiri namun menyatu dengan ruang pajangnya. Secara genial Tina tidak sedang sebatas mempresentasikan karya seni rupa, namun meluas menjadi sebuah karya desain interior.
Tidak adanya trajektori lini masa memberikan keleluasaan pada pengunjung untuk menikmati karya terdisplay. Semua memiliki ruangnya masing-masing. Delapan karya awal berjudul ‘Women series’ dipajang menyatu di dinding tersembungi berhadapan dengan karya tiga matra dengan objek figur perempuan menaiki lumba-lumna yang sedang berenang di atas awan.
Pameran tunggal Tina Wahyuningsih bertajuk “Make Your Own Magic” di Jogja Gallery, 16-30 September 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Karya berjudul ‘Children’ dengan objek boneka wajah ekspresi anak-anak saat merespons karya puisi Ikun Kuncoro yang pernah dipamerkan pada pameran bersama ‘Reracik’ oleh kelompok Bumbon pada tahun 2018 dihadirkan kembali berdampingan dengan karya ‘Mak Krincing & Cili’ yang dibuat pada April 2006. Ketika itu Tina membuat figur boneka Pak Jendol, Mak Krincing, Cili, dan Lupy dan digunakan bersama Papermoon puppets sebagai media untuk menghibur anak-anak korban bencana gempa 2006.
Karya series ‘Pembadutan Merah Jambu’ yang dibuat sejak tahun 2020 terdiri dari lukisan di atas kanvas, lukisan kontur berbahan kain, karya instalasi, serta patung-boneka yang didominasi warna merah jambu (pink) didisplay pada sebuah ruang bersebelahan dengan karya kolaborasi-respons dengan seniman-perupa Cahaya Novan.
‘Pembadutan Merah Jambu’ adalah pameran tunggal ketiga Tina di Miracle print and artshop pada tahun 2022. Sementara saat saling respons dan kolaborasi dengan Cahaya Novan, keduanya melahirkan karakter rekaan Vam-vam (gurita). Pada karya respons-kolabirasi tersebut Tina membuat boneka tentakel berjudul ‘9 Doa’. Karya tersebut turut dipamerkan dalam pameran tunggal Cahaya Novan di G-Printmaking Yogyakarta, November 2022.
Enam karya sketsa dengan objek kucing hitam dipajang bersama dengan karya patung boneka berjudul ‘Penunggang Kucing’. Karya sketsa tersebut melengkapi karya-karya drawing yang terpajang di lantai dua JG dalam berbagai medium.
Silent Dialogue – instalasi (lukisan, lampu pendar) – Tina Wahyuningsih feat Edo Pilliang – 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Decora domestica, rumah sebagai sumber ide dan inspirasi
“Saya tidak banyak membuat sketsa. Kalau desain untuk karya patung boneka banyak.” jelas Tina.
Karya yang mudah dibawa (hand carry) karena menjadi tawaran lain karya Tina dalam bentuk patung-boneka kecil. Dengan ukurannya yang kecil dan tidak berat, karya tersebut bisa dengan mudah dikoleksi dan dibawa langsung serta tidak memerlukan ruang yang besar saat akan dipajang. Dan di ruang pamer JG Tina sekaligus menawarkan solusi pemajangannya.
“Itu hanya merchandise, bukan karya. Ha ha ha. Sudah habis semua.” jelas Tina saat ditanya Gudeg.net tentang karya boneka matryoshka berukuran kecil dengan figur Mbok Emban.
Prenjak di Pohon Kelor - soft sculpture – Tina Wahyuningsh - 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Tiga karya patung-boneka berukuran kecil berjudul ‘Si Teko Merah’, ‘Mini Clown’, ‘Mr. Egg & Black Chick’ yang didisplay pada pustek dengan cat dasar warna kuning justru menegaskan bahwa karya kecil yang dibuatnya bukanlah semata-mata merchandise, namun sebuah karya seni yang memiliki artistika-estetikanya sendiri.
Kehidupan kaum perempuan sangat komplek, unik, dan berbeda satu sama lain sangat tergantung pada apa yang harus dihadapi dalam kesehariannya.
Desain, objek, maupun figur rekaan dalam karya Tina banyak dihadirkan menggunakan medium-material di lingkungan terdekat sekitarnya : rumah. Kodrat perempuan sebagai ibu yang terikat dan mengikatkan diri dalam rumah sebagai ruang aktivitas tereksplorasi kedalam karya yang dibuatnya dalam bentuk boneka, bantal-guling, dan benda sehari-hari lainnya.
Family Trip #1 – cat akrilik di atas kain – Tina Wahyuningsh - 2023. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Menarik ketika Tina menjadikan rumah sebagai pintu masuk dalam proses kekaryaannya : ruang tamu, dapur-ruang makan, dan ruang tidur. Pada karya drawing series berjudul ‘Head and Mind’, sebuah kalimat sederhana dituliskan dengan menggunakan arang : ide jangan hanya disimpan dalam kepala. Ini seolah menjadi penjembatan bagi Tina untuk menangkap ide dan menuangkan kedalam desain-desain dimana rumah beserta isinya menjadi inspirasi.
‘Pembadutan Merah Jambu’ menjadi representasi ruang tamu lengkap dengan berbagai perabotnya. Begitupun dengan ruang pamer utama JG disulap menjadi ruang keluarga menyatu dengan dapur-ruang makan. Pada pameran "Reracik" tahun 2018 Tina pernah mempresentasikan narasi ruang makan berkolaborasi dengan Ikun SK dalam karya ‘Dongeng dari Meja Makan’.
Dimana Tina menempatkan ruang tidur? Keseluruhan ruang pamer JG menyimbolkan mimpi-mimpi yang selalu dibawanya, mimpi yang masih mungkin terjadi maupun tidak mungkin terjadi tetap dijaga untuk suatu saat diwujudkannya. Kuncinya? Segera terjaga dan bergerak merealisasikannya.
Children – marker di atas kain – Tina Wahyuningsih – 2018. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dalam kesatuan karya yang dipresentasikan di JG, ‘Make Your Own Magic’ justru menjelma menjadi presentasi decora domestica ala Tina Wahyuningsih. Benda-benda yang ada di sekitarnya menjadi subjek pembacaan atas ide-pemikirannya. Karya multifungsi yang justru memiliki dan menghadirkan daya artistika-estetika.
Boneka matryoshka Mbok Emban yang pernah dibuat Tina contohnya, sesungguhnya adalah gambaran keuletan, kelenturan, semangat, etos kerja tidak mengenal menyerah. Begitupun pada karya ‘Eseme Saya Samar’ dengan figur Semar berbadan kurus dengan senyum kemarahan. Objek-figur jenaka tersebut membawa pesan-simbol yang serius dalam teks-konteks yang sederhana dan sering dijumpai dalam keseharian. Pada karyanya yang lain berjudul ‘Menjadi’ dengan medium kain-dakron. Tina bahkan menambahkan cermin kecil (pengilon) dalam jumlah yang banyak pada tubuh ‘Menjadi’, sehingga selain pantulan sinar di lantai ada banyak refleksi terekam dalam cermin-cermin tersebut. Secara alamiah sifat manusia adalah narsis, penuh keakuan, maupun kumpulan ego-ego. Sayangnya, ketiga karya tersebut yang masih relevans dengan kondisi masyarakat-bangsa saat ini tidak turut dipamerkan di JG.
Pink Fox & Red Deer - Tina Wahyuningsh - 2013. (Foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sebuah ruang di lantai atas Jogja Gallery dalam pencahayaan temaram dari enam belas embracing lamp yang diletakkan di atas lantai menyinari dua lukisan melalui pendaran cahayanya menjadi puncak dari magnum opus “Make Your Own Magic”. Dalam suasana hening ada keintiman dan dialog tanpa kata. Pada karya instalasi berjudul ‘Silent Dialogue’ itulah Tina membangun komunikasi imajiner dengan mendiang suaminya seniman-perupa Edward ‘Edo’ Pilliang melalui karya embracing lamp Tina dan dua lukisan Edo. Sebuah dialog yang tidak memerlukan teks-konteks apapun.
Pameran tunggal Tina Wahyuningsih bertajuk “Make Your Own Magic” berlangsung di Jogja Gallery, 16-30 September 2023.
Kirim Komentar