Gudeg.net – “Mulai ngumpul-ngumpul sejak 2008. Kurang lebih sudah lima belas tahuan, namun mulai berseni rupa bersama-sama sejak 2015. Sebelumnya lebih banyak ngumpul untuk bermain sepakbola secara rutin setiap malam Jumat Kliwon. Untuk menjaga kebugaran tubuh dan dilanjutkan ngobrol santai tentang dunia seni rupa. Nama komunitas awalnya L2, Laku Dua. Karena “kecelakaan” saat mengikuti turnamen futsal Piala Rektor ISI tahun 2010, manajernya mengisi dengan nama Malam Jumat Kliwon. Hahaha... ya sudah akhirnya nama itu yang sering kami pakai.”
Kalimat tersebut disampaikan Dani King Heriyanto, koordinator Malam Jumat Kliwon (MJK) art community saat ditemui Gudeg.net pada pembukaan pameran bersama bertajuk “Golden Goal”, Jumat (10/11) malam di Jogja Gallery.
Kolase lukisan potret diri anggota MJK (kiri) dan Superman is Dead series (Ignasius Dicky Takndare/kanan) dalam pameran “Golden Goal”. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dani menjelaskan Laku Dua adalah kumpulan para penggemar sepakbola yang mencari hiburan (refreshing) dengan cara bermain futsal ditengah kesibukkan mereka berkesenian.
“Setiap hari Kamis pukul 19:00 WIB, kita berkumpul di lapangan futsal. Tidak ada yang serius dan dilarang serius. Semua bermain begitu lepas riang gembira. Mempraktikkan gaya dan teknik pemain-pemain bola kelas dunia yang kita idolakan. Seperti gaya pedalada milik CR7 dan Ronaldinho, gaya roulette milik Zidane atau gaya sabreno milik Neymar. Mirip tentu tidak, malah sering terjadi “kecelakaan”. Seperti terjengkang sewaktu mempraktikkan gaya ala Sebastian Verron dengan teknik tendangan rabonna-nya. Pokoknya have fun aja. Wannabe soccer superstar. Ha ha ha...” jelas Dani sambil berkelakar.Noah Ark – cat akrilik di atas kanvas – Ø 130 cm – NPAAW – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Tajuk “Golden Goal” atau gol emas diangkat tidak jauh dari istilah yang mereka gunakan saat bermain futsal ataupun sepakbola. Regulasi tersebut diperkenalkan sekira tahun 1995 saat negara-negara Eropa sedang mempersiapkan Kejuaraan Eropa 1996 di Inggris. Gaya bermain dengan pola bertahan ketika itu dianggap sebagai sepakbola negatif sehingga produktivitas permainan menurun dan tim yang sedang bertanding lebih menekankan bertahan dulu sebelum melakukan serangan balik.
Alih-alih menjaga zona pertahanannya dari serangan lawan, pola bermain dengan bertahan dianggap membosankan dan tidak banyak gol tercipta karena kedua kesebelasan berharap akan menjalani tendangan adu penalti manakala dalam babak tambahan waktu 2 x 15 menit hasilnya masih imbang.
Terbang Tanpa Batas – cat akrilik, pastel minyak, arang, cat semprot di atas kanvas – 180 cm x 290 cm – I Made Arya Palguna – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Maka diperkenalkanlah regulasi “Golden Goal” dimana pada saat babak perpanjangan waktu tim yang pertama kali mencetak gol akan keluar sebagai pemenang dan pertandingan pun berakhir. Dalam turnamen resmi penyerang asal Jerman Oliver Bierhoff tercatat sebagai pencetak Golden Goal yang pertama kali dan mengantarkan Jerman menjari Juara Eropa 1996 saat menghadapi Rep. Ceko di final.
Pada menit kelima babak pertama perpanjangan waktu, sebuah umpan lambung yang dilepaskan Klinsmann di kotak penalti Ceko diterima Bierhoff dan dalam tiga kali sentuhan Bierhoff melepaskan tendangan yang tidak terlalu keras namun tidak mampu diantisipasi kiper Petr Kouba sehingga bola justru lepas dan meluncur ke arah gawang Ceko. Gol pun tercipta dan babak final Piala Eropa 1996 berakhir pada menit ke-95 atau menit ke-5 babak pertama tambahan waktu.
Pengunjung mengamati karya di lantai 1 Jogja Gallery. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Empat puluh dua seniman-perupa anggota dan nonanggota MJK diundang mempresentasikan karyanya dalam “Golden Goal”.
“Awalnya ada 70-an lebih calon peserta yang kami undang. Mengingat dan mempertimbangkan tentang menggabungkan berbagai episode, periode di kurun waktu perjalanan panjang MJK dari sebelum memakai nama MJK sampai MJK art community. Dalam bahasa lain ini kegiatan Reuni – re-union/sambung rasa/silaturahmi atau apapun itu istilah yang menyangkut berkumpulnya kembali dalam sebuah perayaan bersama. Itu menjadi tujuan “Golden Goal” ini. Walaupun dalam istilah golden goal juga tersemat sudden death sebagaimana dalam pertandingan sepakbola. Pertandingan sepakbola yang kerap menghadirkan drama seperti dua sisi mata uang, ada suka-duka, berjumpa-berpisah, sedih-gembira.” imbuh Dani.
The Ruins and The Piano #2 – cat minyak di atas kanvas - 125 cm x 180 cm– Suroso Isur - 2020. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sejak penggunaan MJK sebagai nama ruang aktivitasnya, hingga saat ini telah menggelar presentasi karya bersama diantaranya 50:50, Out Focus, Sewindu MJK, Transfer Window, Season #6, Putih Hitam, Tulang Rusuk, Sintesis, Kamabang-Kamapethak, Kandang-Tandang, Tutur MJK, serta Golden Goal yang sedang berlangsung di Jogja Gallery.
Pada sebuah pameran bersama MJK, pemilik Srisasanti Syndicate ST Eddy ‘Oyik’ Prakoso pernah memberikan catatan menarik : “Bagi Saya sendiri dan mungkin juga bagi sebagian masyarakat lainnya, tidaklah terlalu penting untuk mengetahui apakah artinya sebuah nama MJK atau arti nama kelompok seniman lainnya. Hal yang lebih menarik untuk dicermati dan dibahas adalah bagaimana rekan-rekan anggota MJK dapat terus memiliki eksistensi sebagai seniman profesional, baik saat tampil berkelompok maupun saat sendiri-sendiri. Juga sangat menarik mencermati bagaiman rekan-rekan MJK semakin memiliki sensitivitas untuk merespons perkembangan kehidupan masyarakat sekelilingnya sehingga dapat terus menghasilkan karya-karya seni aktual yang juga terus berkembang dan menjadi inspirasi positif bagi orang lain.”
Justru di Laut Kita Jaya – cat akrilik di atas kanvas – 170 cm x 200 cm – Dani King Heriyanto – 2023. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Konsistensi dan eksistensi dalam berkesenian menjadi titik singgung menarik dalam dinamika MJK. Setidaknya dalam satu setengah dasa warsa MJK turut memberikan warna bagi seni rupa Yogyakarta dan Indonesia. Lapangan futsal hanyalah wilayah untuk mlipir sejenak dari keriuhan yang terjadi. Toh kreativitas bisa dibangun dalam kerjasama tim, kemampuan individu, ataupun kombinasi keduanya.
“Setelah 8 tahunan berkesenian bersama sejak tahun 2015, sepertinya MJK perlu me-refresh art community-nya. Biar ada penyegaran dalam banyak hal. Seperti golden goal dalam sepakbola, bisa jadi setelah “Golden Goal” kali ini MJK bersiap-siap menyambut turnamen baru. Biar menjadi tantangan baru. Konflik? Itu bagian dari dinamika komunitas yang cair. Alamiah saja. Ini lebih pada jeda sejenak dulu saja, titik kumpulnya sudah saling tahu.” pungkas Dani.
Pameran bersama "Golden Goal" berlangsung hingga 24 November 2023 di Jogja Gallery Jalan Pekapalan No. 7 Yogyakarta menjadi ‘turnamen terakhir’ MJK art community.
Terima kasih Malam Jumat Kliwon untuk sajian pamerannya di Malam Sabtu Legi melengkapi golden goal yang tercipta dalam babak sudden death. Sampai bertemu di turnamen berikutnya.
Kirim Komentar