Kesehatan

Demam Berdarah Dengue Masih Mengancam Yogyakarta

Oleh : Budi / Senin, 00 0000 00:00

JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) di Yogyakarta, terjadi peningkatan dan memuncak pada minggu ke-51 tahun 2003 hingga mencapai 10 penderita. Kemudian turun, namun pada minggu ke-2 tahun 2004 ini, meningkat menjadi 14 penderita dengan kematian 3 orang. Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dr Choirul Anwar dalam jumpa persnya mengemukakan bahwa kasus DBD tahun 2003 mencapai 504 kasus dengan 13 orang meninggal. "Fatalisme dari wabah ini sangat memprihatinkan, berbeda dengan chikungunya dengan berapa ribu penderita tapi tidak ada yang meninggal," tukasnya kepada wartawan Selasa (20/1) pagi di Kantor Humas dan Informasi Kota Yogyakarta.

Menyinggung tentang siklus DBD, Choirul mengatakan bahwa siklus tersebut harus diputus dan jangan diberi kesempatan untuk menjadi jentik nyamuk. "Sekarang hujan tidak tiap hari, kadang hujan kadang terang dan kondisi tersebut sangat ideal bagi perkembangan nyamuk. Puncaknya siklus pasti bulan Maret-April, setelah itu menurun dan akhir tahun kembali naik. Sekarang (Januari-red) ini pemanasan, minggu pertama belum ada indikasi dan tahu-tahu minggu ke-2 sudah 14 penderita," tukasnya.

Choirul berharap warga proaktif dan pemerintah harus selalu waspada sehingga mudah-mudahan ada manfaatnya. Dilihat dari golongan umur penderita, yang terbanyak diderita oleh umur 5-9 tahun dengan prosentase 20,4% dan 20-24 tahun 17,3%. Sehingga memberikan prediksi bahwa penularan lebih banyak terjadi di sekolah atau kampus. Jika memetakan dari tiap kecamatan maka angka kesakitan DBD yang tertinggi terdapat di Kecamatan Umbulharjo sebanyak 14,16% penderita dari 10.000 jiwa. Sedangkan yang terendah di Kecamatan Kotagede sebanyak 4,3% penderita per 10.000 jiwa.

Melihat hasil survey yang telah dilakukan beberapa waktu, jenis wadah atau tempat yang banyak ditemukan adalah bak mandi. Dari seluruh bak mandi yang diperiksa terdapat 28,2%, bak WC 21,1% dan genthong 11,1% yang positif jentik. "Justru tempat bersih yang tidak pernah dikuras atau dibersihkan airnya itu untuk bertelurnya. Jadi itu nyamuk priyayi, senang tempat bersih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah" ucapnya.

Permasalahan selama ini karena tingginya mobilitas penduduk sehingga mendukung luasnya penyebaran kasus ke semua wilayah kota serta pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyebaran DBD tinggi namun action-nya kurang optimal. "Fogging atau pengasapan masih menjadi idola masyarakat dalam penanggulangan DBD padahal gerakan 3M (menguras, menutup dan mengubur) paling efektif dan kerjasama di tiap pihak kurang terorganisasi sehingga tidak maksimal dalam penanggulangannya," terangnya.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini