Kesehatan
Beberapa Kawasan Yogyakarta Siaga Satu Untuk Demam Berdarah
ANGGAPAN BAHWA PANAS ADALAH GEJALA DEMAM BERDARAH tidak sepenuhnya benar. Akan tetapi, masyarakat DIY yang telah akrab dengan penyakit demam berdarah memang perlu waspada dengan gejala panas. Apalagi kota Yogyakarta sekarang sedang dalam musim penghujan yang potensial menyuburkan jentik-jentik nyamuk. Sehubungan dengan hal-hal tersebut tersebut, Dinas Kesehatan Yogyakarta bekerjasama dengan dokter praktek, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Puskesmas untuk menyebarluaskan informasi dan menanamkan image bahwa gejala panas pantas diwaspadai sebagai gejala demam berdarah (DB).
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr Choirul Anwar saat ditemui wartawan di Balaikota dan mengatakan bahwa masalah terbukti positif atau tidak bukan masalah namun yang penting adalah cepat mendapat perawatan dari rumah sakit atau puskesmas. "Endemis artinya selalu ada kasus untuk tiap minggu tidak pernah absen atau tiada hari tanpa Dengue Haemoregic Fever (DHF)," tambahnya. DHF sendiri terjadi karena faktor mobilitas manusia maupun tersedianya calon nyamuk yang selalu ada.
Penyemprotan atau fogging tersebut tidak akan memberikan dampak yang berarti jika tetap tersedia calon nyamuk dewasa. "Kita usir, basmi, dan memusnahkan yang terbang tapi calonnya banyak ditempat-tempat perindukan, kan sama aja mubazir," tukasnya. Choirul mengatakan bahwa hingga minggu ke-3 Januari sudah terdapat 24 kasus dengan jumlah meninggal 3 orang. "Kesemuanya masih anak-anak dan nyamuk ini menyerang tidak mengenal umur. Siapa saja yang dilihatnya pasti diserbu," tuturnya. Secara kuantitatif memang tidak terjadi penambahan yang signifikan namun secara kematiannya sangat tinggi.
Hal tersebut terjadi setelah beberapa hari panas baru dibawa ke rumah sakit atau puskesmas dan baru diidentifikasi sebagai DB. "Rumah sakit selalu dapat kasus yang terlambat (untuk menyembuhkan pasien). Pada saat kasus masih ringan, sebaiknya segera dibawa dan kemungkinan tertolongnya sangat besar. Jadi saya pesan kepada masyarakat bahwa jika ditemui gejala panas maka asumsikan bahwa itu DHF. Walau tidak terbukti tapi sudah mendapat pertolongan yang sepatutnya daripada terlambat," tegasnya. Walau agak berlebihan, namun Choirul mengungkapkan bahwa itu merupakan kecemasan atau kekawatiran yang beralasan dan membawa keselamatan.
Mencegah demam berdarah tetap dengan 3 M, yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur, namun perlu tetap waspada jangan sampai terlambat dalam mengantisipasinya. Untuk amannya, suatu lokasi harus 95% bebas jentik, namun di masyarakat saat Dinkes meninjau ke lapangan beberapa lokasi hanya memiliki 70-80% bebas jentik. "Ada kasus sekitar 15 rumah, yang rawan sebesar 13 buah. Itu kan gawat sekali, bagaimana tidak cepat mewabah?," tuturnya dengan terheran-heran. Dalam proses pengasapan, seyogianya dibarengi dengan atau didahului oleh perilaku sehat masyarakat sehingga calon nyamuk dan nyamuk dewasa dapat hilang atau bahkan dapat dibasmi.
Kirim Komentar