Gudegnet - Penghargaan terbesar bagi seorang penulis adalah apresiasi masyarakat yang baik atas karya-karya yang telah diciptakan. Dan NH. Dini, penulis yang telah berkirah puluhan tahun di dunia tulis-menulis layak mendapat penghargaan tersebut. Di hari ulang tahunnya ke 68 yang jatuh pada hari ini, pengarang yang telah menghasilkan berpuluh-puluh karya seperti “Pertemuan Dua Hati”, “Dua Dunia”, “ Tirai Menurun”, dan yang terakhir adalah terjemahan karya Jules Verne yang berjudul “20.000 Mil di Bawah Lautan” mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat dengan digelarnya acara untuknya yang bertajuk “Pertemuan Dua Hati, 68 Tahun NH Dini” di Bentara Budaya, Jl. Suroto 2 Kotabaru.
Menurut budayawan Indro Tranggono, NH. Dini dengan segala karya-karyanya telah menjadi sumbangan yang besar bagi dinamika sastra di Indonesia, karena sebagai penulis Dini bisa menemukan sawah refleksinya yang sangat dekat dengan lingkungan social. Diharapkan dari situ, masyarakat kita dapat merespon hal tersebut untuk menciptakan suasana yang kondusif , yaitu mencoba untukmenjadikan NH. Dini sebagai sumber ilmu. “Dini adalah sumber ilham untuk berguru dan Yogya sebagai kota pendidikan adalah tempat yang tepat untuk menggesek kreasi tersebut,” ungkapnya.
Penulis yang bernama asli Nurhayati Srihardini memang merupakan maestro penulis perempuan yang dipunya Indonesia sekarang ini. Bagaimana tidak, dari kecil saja ia telah membuat kejutan bagi banyak orang lewat tulisannya yang berjudul “Merdeka dan Merah Putih”. Pada waktu itu dimana Belanda masih menjajah Indonesia, oleh si kecil Dini, Belanda disuguhi tulisan yang “membakar jenggot” mereka. Tak urung ia dan ayahnya dipanggil Belanda karena dianggap berhaya. Namun setelah tahu yang menulis adalah seorang anak kecil, akhirnya Belanda menyerah dan tidak memperpanjang masalah tersebut.
Mulai dari itu kemampuannya terus terasah dengan terus menciptakan berbagai karya, seperti novel, cerpen hingga puisi hingga di hari tuanya ini. Penghargaan bagi prestasinyanya pun akhirnya mengalir banyak, semisal Juara I lomba cerpen dalam bahasa Prancis se-Indonesia dengan judul “Le Nid de Poisson dans la Baie de Jakarta” pada tahun 1988, menerima penghargaan Bhakti Upapradana untuk bidang sastra dari Pemda Jateng pada tahun 1991, menerima Hadiah Seni dari Dewan Kesenian Jawa Tengah bersama Gesang dan warisnya Ki Narto tahun 2000, dan pada tahun lalu ia menerima hadiah South-East Asia (SEA) Write Award di Bangkok.
Sejak 16 Desember 2003, ia lebih memilih Yogyakarta, di kompleks Graha Wredha Mulya, Sinduadi, Mlati, Sleman, untuk tempat tinggalnya. Ia tetap konsisten dalam menciptakan karya-karya tulis. Ia juga mendirikan pondok baca dan mengadakan lomba-lomba menulis. Sendirian karena ia telah bercerai, ternyata tetap membuatnya menjadi seorang maestro penulis. Menulis adalah dunianya, tak ada seorangpun yang bias merampasnya.
Belakangan NH Dini pindah kei Panti Wredha Langen Wedharsih, Ungaran, lalu kembali pindah ke Wisma Lansia Harapan Asri di Banyumanik, Semarang.
Update:
NH Dini menutup usia pada tanggal 4 Desember 2018 di usia 82 tahun. Taksi yang ditumpanginya ditabrak oleh truk yang tidak kuat menanjak di Tol Tembalang Kilometer 10, Kota Semarang. NH Dini dilarikan ke RS Elizabeth dalam keadaan tidak sadarkan diri, dan akhirnya meninggal pukul 16.00 WIB. Ia mengalami cedera di kepala dan kaki kanan. Penulis penganut kejawen ini dikremasikan dan dimakamkan pada tanggal 5 Desember 2018 di Ambarawa.
Kirim Komentar