Bupati Bantul Idham Samawi kembali menegaskan bahwa tidak akan ada pusat perbelanjaan moderen atau mal di kabupaten Bantul. Menurutnya, keberadaan mal hanya akan mematikan pasar tradisional yang ada kota dengan slogan Projotamansari itu.
"Selama saya masih menjabat sebagai bupati Bantul, pembangunan mal tidak diperbolehkan di kabupaten Bantul. Kalau ada mal, pasar tradisional hanya akan menjadi kanibal saja buat mereka," katanya dalam Seminar Potensi dan Peluang Bisnis UKM GMT Menghadapi Krisis Global di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (03/12).
Idham mengaku, hingga saat ini telah ada tiga investor yang tertarik dan meminta ijin untuk membangun mal di Bantul, namun ketiganya ditolaknya mentah-mentah.
"Sudah ada tiga pengusaha yang meminta ijin untuk membangun mal di Bantul, tapi semuanya saya tolak. Bantul tidak perlu mal," ujarnya.
Saat ini, sekira 14 persen masyarakat kabupaten Bantul menggantungkan hidup mereka dari pasar tradisional sebagai pedagang kecil. Lainnya sekitar 18 persen hidup dari kerajinan usaha kecil. Menurut Idham, mereka perlu dilindungi dari serbuan hyper market yang semakin menjadi saat ini.
Sementara itu Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta Prof. Dibyo Prabowo mengatakan mahasiswanya diwajibkan untuk mengunjungi Bantul sebelum masa kuliah mereka selesai. Hal ini dimaksudkan bahwa mahasiswa UAJY harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang dikembangkan oleh Pusat Studi Kewirausahaan di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masayarakat (LPPM) UAJY.
"Dengan KKN Tematik, mahasiswa terjun langsung ke dunia usaha kecil di kawasan bisnis Gabusan Manding Tembi (GMT) Bantul untuk membantu memecahkan permasalahan yang menimpa mereka," katanya.
"Selama saya masih menjabat sebagai bupati Bantul, pembangunan mal tidak diperbolehkan di kabupaten Bantul. Kalau ada mal, pasar tradisional hanya akan menjadi kanibal saja buat mereka," katanya dalam Seminar Potensi dan Peluang Bisnis UKM GMT Menghadapi Krisis Global di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (03/12).
Idham mengaku, hingga saat ini telah ada tiga investor yang tertarik dan meminta ijin untuk membangun mal di Bantul, namun ketiganya ditolaknya mentah-mentah.
"Sudah ada tiga pengusaha yang meminta ijin untuk membangun mal di Bantul, tapi semuanya saya tolak. Bantul tidak perlu mal," ujarnya.
Saat ini, sekira 14 persen masyarakat kabupaten Bantul menggantungkan hidup mereka dari pasar tradisional sebagai pedagang kecil. Lainnya sekitar 18 persen hidup dari kerajinan usaha kecil. Menurut Idham, mereka perlu dilindungi dari serbuan hyper market yang semakin menjadi saat ini.
Sementara itu Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta Prof. Dibyo Prabowo mengatakan mahasiswanya diwajibkan untuk mengunjungi Bantul sebelum masa kuliah mereka selesai. Hal ini dimaksudkan bahwa mahasiswa UAJY harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang dikembangkan oleh Pusat Studi Kewirausahaan di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masayarakat (LPPM) UAJY.
"Dengan KKN Tematik, mahasiswa terjun langsung ke dunia usaha kecil di kawasan bisnis Gabusan Manding Tembi (GMT) Bantul untuk membantu memecahkan permasalahan yang menimpa mereka," katanya.
Kirim Komentar