Kehadiran jaman digital saat ini semakin menyingkirkan media-media konvensional. Radio salah satunya. Radio saat ini semakin jauh dari image media untuk menyamapaikan informasi yang juga menyertakan pendidikan di dalam acara-acara yang disajikannya.
Televisi, internet dan ponsel kini sudah mengalahkan media-media konvensional seperti radio dan koran. Menurut Wisnu Marta, dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, mengatakan bahwa di kalangan akademisi saat ini lebih menyukai media yang bisa "dilihat" gambarnya. Mereka lebih cenderung terpikat dengan media audio visual.
Hal semacam ini menurutnya tak bisa didiamkan begitu saja. Saat ditemui pada Diskusi Publik "Optimalisasi Peran Serta Masyarakat Dalam Penyiaran RRI", Wisnu mengatakan bahwa anak-anak muda jaman sekarang selalu beranggapan bahwa radio itu isinya hanyalah musik. Jarang sekali radio yang menyuguhkan pemberitaan-pemberitaan seputar negeri sendiri atau luar negeri. Itulah kemudian yang membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup radio tersebut.
"Radio harus peka terhadap keterbukaan masyarakat, program yang disuguhkan harus interaktif, program-program juga tertata. Kalau tiga hal ini sudah dipegang oleh stasiun-stasiun radio kita, niscaya keberadaan radio tetap akan dirindukan oleh masyarakat, ujar Wisnu di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta, Gejayan (11/12).
Radio, menurut Wisnu juga harus bisa menjadi sarana yang menjembatani antara pendengarnya. Diskusi dan obrolan-obrolan ringan harus disertakan dalam setiap program-program yang disajikan oleh radio itu sendiri. "Fungsi radio bukan hanya sekedar media hiburan tapi harus menjadi media yang dapat memberikan informasi yang mendidik dan mencerdaskan bangsa," pungkasnya.
Televisi, internet dan ponsel kini sudah mengalahkan media-media konvensional seperti radio dan koran. Menurut Wisnu Marta, dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, mengatakan bahwa di kalangan akademisi saat ini lebih menyukai media yang bisa "dilihat" gambarnya. Mereka lebih cenderung terpikat dengan media audio visual.
Hal semacam ini menurutnya tak bisa didiamkan begitu saja. Saat ditemui pada Diskusi Publik "Optimalisasi Peran Serta Masyarakat Dalam Penyiaran RRI", Wisnu mengatakan bahwa anak-anak muda jaman sekarang selalu beranggapan bahwa radio itu isinya hanyalah musik. Jarang sekali radio yang menyuguhkan pemberitaan-pemberitaan seputar negeri sendiri atau luar negeri. Itulah kemudian yang membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup radio tersebut.
"Radio harus peka terhadap keterbukaan masyarakat, program yang disuguhkan harus interaktif, program-program juga tertata. Kalau tiga hal ini sudah dipegang oleh stasiun-stasiun radio kita, niscaya keberadaan radio tetap akan dirindukan oleh masyarakat, ujar Wisnu di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta, Gejayan (11/12).
Radio, menurut Wisnu juga harus bisa menjadi sarana yang menjembatani antara pendengarnya. Diskusi dan obrolan-obrolan ringan harus disertakan dalam setiap program-program yang disajikan oleh radio itu sendiri. "Fungsi radio bukan hanya sekedar media hiburan tapi harus menjadi media yang dapat memberikan informasi yang mendidik dan mencerdaskan bangsa," pungkasnya.
Kirim Komentar