Krisis ekonomi global masih berlangsung hingga saat ini. Banyak pakar ekonomi yang memperkirakan bahwa puncak krisis ekonomi global ini akan terjadi pada tahun 2009. Dampak dari krisis ekonomi global ini memang masih sedikit dirasakan di Indonesia, tapi bagaimana pun juga, bangsa Indonesia juga harus waspada akan krisis ini.
Krisis yang diawali di negeri adikuasa, Amerika ini membawa dampak bagi kelangsungan ekonomi dunia. Khawatir akan mengancam kehidupan perekonomian Indonesia, pemerintah pun sudah mempersiapkan berbagai macam strategi untuk menangkal krisis tersebut. Tapi apakah strategi ini menuai tanggapan positif dari berbagai pakar ekonomi?
Dalam seminar "Strategi Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Global" yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) dan Laboratorium Studi Globalisasi (LSG) jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (15/12) di ruang multimedia gedung pusat UGM dipaparkan tentang strategi-strategi menghadapi krisis ekonomi global.
Dalam seminar ini dihadirkan tiga pembicara yang memang berkompeten di bidang masing-masing, diantaranya Ichlasul Amal, guru besar Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dwidjono hadi Darwanto, guru besar Fakultas Pertanian UGM dan Deni Purbasari, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Deni memaparkan secara runtut kronologis terjadinya krisis ekonomi global yang bisa membawa dampak hingga ke semua negara yang ada di belahan dunia. "Amerika punya dominasi yang kuat. Semua ini juga akan berdampak bagi Indonesia," ujarnya. Menurut Deni dampak dari krisis ekonomi global yang akan dirasakan Indonesia adalah dengan cadangan devisa turun, rupiah melemah dan beberapa bank akan collapse. Di sektor riil, kita juga bisa melihat ekspansi kredit yang melemah, ekspor turun, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pertumbuhan outpu melemah.
Dwidjono yang melihat dari sisi pertanian indonesia mengatakan, "Produsen pertanian Indonesia dulu bisa berseri-seri. Sekarang mereka hanya bisa tersenyum kecut saja." Ya, dampak krisis ini memang sudah mulai terasa hingga ke pertanian Indonesia. Menurut Ichlasul Amal, dampak krisis global ini belum terlalu kelihatan di Indonesia karena akan adanya Pemilihan Umum menadatang (Pemilu). "Produsen kaos dan spanduk laku berat. Lapangan pekerjaan bagi mereka juga masih terbuka lebar menjelang Pemilu 2009," ujarnya.
Untuk itulah ketiga staf pengajar UGM ini mencoba memberikan strategi untuk pemecahan masalah global ini. Deni yang memang berlatar belakang ekonomi tidak menolak kebijakan fiskal dan moneter yang ditawarkan oleh pemerintah. Hanya saja Deni tidak setuju dengan adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Menurutnya diskusi antara pengusaha dan pekerjalah yang dapat menjadi pendukung untuk meminimalisir dampak krisis global. Dari sisi pertanian, Dwidjono mencoba memberikan solusi bagaimana kalau yang dijual ke luar negeri itu adalah barang-barang jadi bukan barang-barang primernya (bahan baku -red). Karena kalau yang dijual dalah barang primernya maka yang dapat menikmati nilai tambah dari barang tersebut adalah negara luar. Sedangkan Ichlasul dengan bercanda mengatakan, "Kalau solusi saya sih, silahkan saja tanya sama Obama."
Bagaimana pun juga krisis yang belum terlalu terasa di Indonesia layaknya krisis di tahun 1997 ini hendaknya diwaspadai juga oleh bangsa Indonesia.
Krisis yang diawali di negeri adikuasa, Amerika ini membawa dampak bagi kelangsungan ekonomi dunia. Khawatir akan mengancam kehidupan perekonomian Indonesia, pemerintah pun sudah mempersiapkan berbagai macam strategi untuk menangkal krisis tersebut. Tapi apakah strategi ini menuai tanggapan positif dari berbagai pakar ekonomi?
Dalam seminar "Strategi Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Global" yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) dan Laboratorium Studi Globalisasi (LSG) jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta (15/12) di ruang multimedia gedung pusat UGM dipaparkan tentang strategi-strategi menghadapi krisis ekonomi global.
Dalam seminar ini dihadirkan tiga pembicara yang memang berkompeten di bidang masing-masing, diantaranya Ichlasul Amal, guru besar Ilmu Hubungan Internasional UGM, Dwidjono hadi Darwanto, guru besar Fakultas Pertanian UGM dan Deni Purbasari, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Deni memaparkan secara runtut kronologis terjadinya krisis ekonomi global yang bisa membawa dampak hingga ke semua negara yang ada di belahan dunia. "Amerika punya dominasi yang kuat. Semua ini juga akan berdampak bagi Indonesia," ujarnya. Menurut Deni dampak dari krisis ekonomi global yang akan dirasakan Indonesia adalah dengan cadangan devisa turun, rupiah melemah dan beberapa bank akan collapse. Di sektor riil, kita juga bisa melihat ekspansi kredit yang melemah, ekspor turun, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pertumbuhan outpu melemah.
Dwidjono yang melihat dari sisi pertanian indonesia mengatakan, "Produsen pertanian Indonesia dulu bisa berseri-seri. Sekarang mereka hanya bisa tersenyum kecut saja." Ya, dampak krisis ini memang sudah mulai terasa hingga ke pertanian Indonesia. Menurut Ichlasul Amal, dampak krisis global ini belum terlalu kelihatan di Indonesia karena akan adanya Pemilihan Umum menadatang (Pemilu). "Produsen kaos dan spanduk laku berat. Lapangan pekerjaan bagi mereka juga masih terbuka lebar menjelang Pemilu 2009," ujarnya.
Untuk itulah ketiga staf pengajar UGM ini mencoba memberikan strategi untuk pemecahan masalah global ini. Deni yang memang berlatar belakang ekonomi tidak menolak kebijakan fiskal dan moneter yang ditawarkan oleh pemerintah. Hanya saja Deni tidak setuju dengan adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Menurutnya diskusi antara pengusaha dan pekerjalah yang dapat menjadi pendukung untuk meminimalisir dampak krisis global. Dari sisi pertanian, Dwidjono mencoba memberikan solusi bagaimana kalau yang dijual ke luar negeri itu adalah barang-barang jadi bukan barang-barang primernya (bahan baku -red). Karena kalau yang dijual dalah barang primernya maka yang dapat menikmati nilai tambah dari barang tersebut adalah negara luar. Sedangkan Ichlasul dengan bercanda mengatakan, "Kalau solusi saya sih, silahkan saja tanya sama Obama."
Bagaimana pun juga krisis yang belum terlalu terasa di Indonesia layaknya krisis di tahun 1997 ini hendaknya diwaspadai juga oleh bangsa Indonesia.
Kirim Komentar