![](/images/upload/demo_wartawan.jpg)
Sekira 30 wartawan yang terdiri dari wartawan cetak, elektronik, dan online baik lokal dan nasional, Selasa (13/01/09) melakukan aksi keprihatinan di Monumen Serangan Oemeom 1 Maret dan di depan Gedung Agung Yogyakarta untuk memprotes aksi kekerasan yang terjadi pada wartawan.
Dalam aksinya, wartawan Yogyakarta menolak segala bentuk kekerasan khususnya kepada wartawan. Mereka juga meminta jaminan perlindungan bagi wartawan khususnya yang sedang menjalankan tugasnya di daerah konflik.
"Kami menolak segala bentuk kekerasan khususnya terhadap wartawan yang sedang menjalankan tugasnya. Wartawan bukan untuk dibunuh," teriak koordinator aksi Syaifullah.
Meski kabar pertikaian di Timur Tengah oleh sebagian kalangan dapat menjadi komoditi yang menjual, namun wartawan Yogyakarta tetap menyerukan kedamaian di bumi tanpa kekerasan. "Kami meminta seluruh pihak khususnya pemerintah Indonesia untuk mendukung tercapainya gencatan senjata di Timur Tengah," ujarnya.
Dalam aksinya, wartawan Yogyakarta membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan hujatan kepada Israel yang hingga kini masih menjadi mesin pembunuh warga Palestina. Di akhir aksi, para pewarta membakar spanduk sebagai bentuk protesnya kepada Israel serta harapan perdamaian di Timur Tengah.
Menurut Commite to Protect Journalis (CPJ) atau Komite Perlindungan Wartawan yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, selama tahun 2007 setidaknya ada 64 wartawan yang tewas saat melaksanakan tugas peliputan di daerah konflik.
Kirim Komentar