![](/images/upload/karawitan.jpg)
"Banyak murid di Jogja yang tidak suka dengan karawitan. Sejumlah guru bahkan mengajar Bahasa Jawa hanya karena ada buku panduannya," kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Kota Yogyakarta, Drs. Sugeng Mulyo Subono dalam Sarasehan Pembinaan Karawitan untuk Anak-anak SD se-Kota Yogyakarta di Aula Kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Selasa (20/01/09).
Dalam acara yang digelar oleh Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta (DKK) bekerjasama dengan Rembug Seni Budaya Tradisional Jawa (RSBTJ) dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ini, Sugeng menyanyangkan kenyataan yang terjadi tersebut dalam hubungannya dengan Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Pendidikan.
Oleh sebab itu, untuk menjaga budaya lokal Jawa agar tetap terpelihara dan berkembang, DKK, RSBTJ, dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menggelar sarasehan pembinaan karawitan yang diharapkan dapat membantu pelatih karawitan di Sekolah Dasar se-Kota Yogyakarta dalam membina dan membimbing anak-anak sekolah dasar yang berbakat dalam bidang seni budaya.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 30 pelatih karawitan tersebut, Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Achmad Charis Zubair juga mengharapkan agar kesenian dan budaya lokal Jawa dapat mengembalikan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial khususnya bagi siswa, murid, dan mahasiswa sekarang ini yang cenderung mengalami krisis budi pekerti.
"Kesenian dan kearifan lokal dapat membantu mengatasi krisis budi pekerti yang saat ini sering terjadi pada anak-anak sekolah. Demo disertai perusakan adalah salah satu contoh krisis budi pekerti yang terjadi," kata Charis.
Sementara itu menurut Ketua Bidang Seni Tradisional dari Rembug Seni Budaya Tradisional Jawa (RSBTJ) R. Candra Kusuma, saat ini dunia karawitan khususnya di Sekolah Dasar di Yogyakarta masih cukup memprihatinkan.
"Keberadaan guru karawitan di SD masih terbilang minim. Sejumlah SD memang punya instrumen karawitan, tapi belum dioptimalkan untuk pembinaan murid," kata Candra.
Disinggung mengenai kemungkinan dimasukkannya karawitan dalam mata pelajaran anak sekolah, Candra masih meragukan hal tersebut. Menurutnya hal itu terlalu jauh, hingga saat ini karawitan masih sebagai ekstra kurikuler.
Pelestarian dan Pembinaan seni budaya adiluhung tak dapat lagi ditawar. Pembinaan sejak usia dini di sekolah adalah salah satu cara yang tepat bagi anak-anak untuk mengetahui dan kemudian mencintai seni budaya asli mereka. Dalam hal ini, pendidik mempunyai peranan yang sangat vital terhadap proses pengenalan dan penanaman budaya lokal ini.
Kirim Komentar