![](/images/upload/dialog_agama_abraham.jpg)
Anehnya, hingga detik ini konflik di dunia yang katanya berakar dari masalah agama dan etnis--dari Abraham--masih terjadi dan sepertinya tak ada solusi untuk mengakhirinya secara damai.
Hal tersebut tidak perlu terjadi jika saja semua orang khususnya Islam, Kristen, dan Yahudi bisa menghormati orang lain sebagai ciptaan Tuhan, terlebih meraka mempunyai satu panutan yakni Abrahim.
"Toleransi, rendah diri, dan beradab adalah beberapa hal yang harus diperhatikan sesemua orang agar menghormati orang lain, selain menyadari bahwa semua adalah ciptaan Tuhan," kata rohaniwan Fanz Magnis-Suseno dalam Dialog Agama Ibrahim di Kanisius Yogyakarta, Kamis (19/02).
Dialog antar umat beragama juga diperlukan agar mampu mengurangi praduga dan prasangka antar umat beragama yang sering memicu terjadinya konflik. Dengan dialog diharapkan seseorang dapat berubah untuk lebih baik dan nantinya dapat dikembangkannya di lingkungan masyarakatnya.
"Dialog agama jangan hanya jadi debat kusir yang jelas. Dengan dialog seseorang diharapkan tak berpikiran picik dan lebih baik. Yang terpenting adalah bagaimana pengetahuannya dapat diterapkan dalam lingakungannya," ujarnya.
Sementara itu intelektual muda Muhammadiyah Zuli Qodir menegaskan bahwa di dunia ini tak ada kebenaran yang mutlak. Menurutnya, seharusnya antar umat beragama tidak ada klaim yang membernarkan agamanya masing-masing.
"Adalah aneh jika seseorang menganggap dirinya atau agamanya adalah kebenaran yang mutlak. Tak seharusnya antar umat beragama mengklaim keberanaran agama mereka," katanya.
Menurut Zuli, perbedaan keimanan seseorang tidak bisa diukur dengan menggunakan keimanannya orang lain. Toleransi adalah menerima perbedaan agama lain tanpa meyakini dan mengikuti apa yang diajarkan agama lain.
Kirim Komentar