Berpulangnya Sapto Raharjo meninggalkan sejumlah pekerjaan rumah khususnya bagi keluarga dan tentunya bagi generasi muda Yogyakarta yang peduli dengan gamelan dan apapun yang berhubungan dengan alat musik adiluhung tersebut.
"Ini (meninggalnya almarhum -red) akan menjadi PR besar bagi kami karena beliau telah mewariskan sesuatu yang besar. Saya akan meneruskan obsesi ayah terhadap gamelan," kata Ishari Sahida di kediaman almarhum Sapto Raharjo, Rumah Budaya Gayam 16, Jumat (27/02).
Sementara itu menurut Ari, sewaktu masih terbaring di rumah sakit, almarhum penggagas Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ini sempat memberikan sejumlah pesan bagi istri dan anak-anaknya.
"Sewaktu masih di ICU, kami dipesan agar hati-hati dan tidak pernah merepoti orang lain. Selain itu, semasa hidup beliau selalu berpesan kepada kami (anak-anak almarhum -red) untuk mandiri dan meyakini apa yang diimpikan untuk terwujud," katanya.
Meski sempat terkejut melihat kondisi suami dan ayahanya yang lemah, keluarga almarhum Sapto Raharjo akhirnya hanya bisa berserah diri atas apa yang terjadi dengan pria kelahiran Jakarta 16 Februari 1955 tersebut.
Ari mengaku, sakit yang diderita ayahnya hingga meninggal kemungkinan dikarenakan dedikasi yang sangat tinggi ayahnya terhadap pekerjaannya hingga tidak memikirkan kesehatannya sendiri.
"Beliau orangnya pekerja keras dan terlalu cinta dengan pekerjaan," ujarnya.
Almarhum Sapto Raharjo masuk Rumah Sakit panti Rapih pada 7 Februari 2009 karena penyakit sirosis atau pengerutan liver yang dideritanya, setelah sebelumnya almarhum juga menderita usus buntu.
"Ini (meninggalnya almarhum -red) akan menjadi PR besar bagi kami karena beliau telah mewariskan sesuatu yang besar. Saya akan meneruskan obsesi ayah terhadap gamelan," kata Ishari Sahida di kediaman almarhum Sapto Raharjo, Rumah Budaya Gayam 16, Jumat (27/02).
Sementara itu menurut Ari, sewaktu masih terbaring di rumah sakit, almarhum penggagas Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ini sempat memberikan sejumlah pesan bagi istri dan anak-anaknya.
"Sewaktu masih di ICU, kami dipesan agar hati-hati dan tidak pernah merepoti orang lain. Selain itu, semasa hidup beliau selalu berpesan kepada kami (anak-anak almarhum -red) untuk mandiri dan meyakini apa yang diimpikan untuk terwujud," katanya.
Meski sempat terkejut melihat kondisi suami dan ayahanya yang lemah, keluarga almarhum Sapto Raharjo akhirnya hanya bisa berserah diri atas apa yang terjadi dengan pria kelahiran Jakarta 16 Februari 1955 tersebut.
Ari mengaku, sakit yang diderita ayahnya hingga meninggal kemungkinan dikarenakan dedikasi yang sangat tinggi ayahnya terhadap pekerjaannya hingga tidak memikirkan kesehatannya sendiri.
"Beliau orangnya pekerja keras dan terlalu cinta dengan pekerjaan," ujarnya.
Almarhum Sapto Raharjo masuk Rumah Sakit panti Rapih pada 7 Februari 2009 karena penyakit sirosis atau pengerutan liver yang dideritanya, setelah sebelumnya almarhum juga menderita usus buntu.
Kirim Komentar