Seniman kontemporer Djaduk Ferianto menyatakan bahwa world music atau yang sering diinterpretasikan sebagai musik etnik seharusnya tidak dibatasi oleh apapun, termasuk oleh jenis musik yang ada.
Menurut Djaduk, world music berisikan dari keragaman seluruh jenis musik yang ada di bumi. Tak hanya musik etnik saja, tapi juga jenis musik lain yang ada di bumi.
"Kami hanya ingin memperlebar pemahaman tentang wacana world music yang ada saat ini, yang mengidentikkan world music hanya dekat musik etnik saja," katanya di Yogyakarta, Rabu (29/7).
Dengan pemahaman tersebut, diharapkan keberadaan world music akan menjadi semakin baik, mengingat saat ini denyutnya pun mulai melemah.
"Problemnya saat ini adalah sejumlah festival world music banyak yang mati suri. Makanya harus ada langkah yang lebih serius untuk mempertahankannya," ujarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Djaduk Ferianto bersama dengan sejumlah penggiat seni di Jogja akan menggelar sebuah hajata musik bertajuk "Rendezvoices" yang akan diselenggarakan pada Minggu, 2 Agustus 2009 di Bumi Perkemahan Kaliurang Sleman, Yogyakarta.
Kegiatan ini diharapkan tak hanya menjadi acara komersiil, tapi juga mampu menjadi sebuah peristiwa budaya yang melipbatkan peran aktif masyarakat sekitar dengan sejumlah potensi seni yang hingga kini masih ada.
Sementara itu bagi pihak masyarakat Kaliurang, selain diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi aset daerah, acara ini juga diharapkan mampu menjadi kegiatan budaya khususnya bagi masyarakat Kaliurang. "Acara ini mempunyai konsep konservasi budaya," kata Mbah Bedjo, Lurah Hargobinganun Kaliurang, Sleman Yogyakarta.
Rencananya "Rendezvoices" yang digelar gratis bagi masyarakat umum ini akan menampilkan beragam genre musik yang terwakili oleh masing-masing kelompok atau musisi seperti Rumah Musik Harry Roesli, Shaggy Dog featuring Ian Antono dan Ahmad Albar, Jogja Hip-hop Fondation featuring Iwa K, Congrock 17, Ki Ageng Ganjur featuring Selvy KDI, Saharadja, Tataloe Perkusi, Kramat Percussion Ensamble, dan Traditional Performance Art.
Menurut Djaduk, world music berisikan dari keragaman seluruh jenis musik yang ada di bumi. Tak hanya musik etnik saja, tapi juga jenis musik lain yang ada di bumi.
"Kami hanya ingin memperlebar pemahaman tentang wacana world music yang ada saat ini, yang mengidentikkan world music hanya dekat musik etnik saja," katanya di Yogyakarta, Rabu (29/7).
Dengan pemahaman tersebut, diharapkan keberadaan world music akan menjadi semakin baik, mengingat saat ini denyutnya pun mulai melemah.
"Problemnya saat ini adalah sejumlah festival world music banyak yang mati suri. Makanya harus ada langkah yang lebih serius untuk mempertahankannya," ujarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Djaduk Ferianto bersama dengan sejumlah penggiat seni di Jogja akan menggelar sebuah hajata musik bertajuk "Rendezvoices" yang akan diselenggarakan pada Minggu, 2 Agustus 2009 di Bumi Perkemahan Kaliurang Sleman, Yogyakarta.
Kegiatan ini diharapkan tak hanya menjadi acara komersiil, tapi juga mampu menjadi sebuah peristiwa budaya yang melipbatkan peran aktif masyarakat sekitar dengan sejumlah potensi seni yang hingga kini masih ada.
Sementara itu bagi pihak masyarakat Kaliurang, selain diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi aset daerah, acara ini juga diharapkan mampu menjadi kegiatan budaya khususnya bagi masyarakat Kaliurang. "Acara ini mempunyai konsep konservasi budaya," kata Mbah Bedjo, Lurah Hargobinganun Kaliurang, Sleman Yogyakarta.
Rencananya "Rendezvoices" yang digelar gratis bagi masyarakat umum ini akan menampilkan beragam genre musik yang terwakili oleh masing-masing kelompok atau musisi seperti Rumah Musik Harry Roesli, Shaggy Dog featuring Ian Antono dan Ahmad Albar, Jogja Hip-hop Fondation featuring Iwa K, Congrock 17, Ki Ageng Ganjur featuring Selvy KDI, Saharadja, Tataloe Perkusi, Kramat Percussion Ensamble, dan Traditional Performance Art.
Kirim Komentar