Paguyuban pengusaha jamu dan obat tradisional Indonesia meminta dukungan pemerintah untuk turut mengkampanyekan keberadaan dan perkembangan jamu dan obat tradisional yang merupakan warisan asli leluhur bangsa Indonesia.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan obat Tradisional Indonesia, Charles Saerang usai berbicara dalam talkshow "Pemantapan Sumber Daya Hayati Lokal untuk Mendukung Bisnis dan Industri Obat Herbal", di Kampus II UAJY, Kamis (10/9).
"Harusnya pejabat ikut mengkampanyekan jamu tradisional. Bagaimana mungkin masyarakat dan orang swasta mau minum jamu kalau pejabatnya saja ga mau minum jamu," katanya.
Menurut Charles, segalanya bisa dimulai dari hal yang kecil yakni dengan mensosialisasikan jamu tradisional di dalam lingkup kerja kantor pemerintahan, seperti yang telah dilakukan oleh Propinsi Jawa Tengah mulai tahun ini.
"Jika biasanya setiap hari pejabat harus minum teh atau kopi, mengapa tidak diganti misalnya dengan minum jahe atau beras kencur yang bisa saja dilakukan seminggu sekali," ujarnya.
Charles percaya dengan anjuran atau imbauan pemerintah tentang konsumsi jamu yang diawali di lingkup pemerintahan, masyarakat akan turut serta dalam mengkonsumsi jamu yang niscaya berkhasiat.
"Seperti anjuran pakai batik saja lah, dulu kan ga ada orang swasta pakai pakaian batik pada hari Jumat, sekarang kan di mana-mana orang sudah pakai batik, apalagi kalau hari Jumat," tegasnya.
Saat ini, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan obat Tradisional Indonesia sedang membuat terobosan yakni dengan menggalakkan dan mengembangkan lima jenis tumbuhan yakni jahe, temulawak, kencur, pegagan, dan sambiloto. Kelima tumbuhan herbal tersebut yang merupakan biofarmaka harus terlebih dahulu menjadi fitofarmaka atau herbal yang telah teruji secara klinis.
"Jika Korea punya ginseng, Jepang punya teh, maka Indonesia juga punya potensi yakni kelima tumbuhan tersebut (jahe, temulawak, kencur, pegagan, dan sambiloto -red)," pungkasnya.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan obat Tradisional Indonesia, Charles Saerang usai berbicara dalam talkshow "Pemantapan Sumber Daya Hayati Lokal untuk Mendukung Bisnis dan Industri Obat Herbal", di Kampus II UAJY, Kamis (10/9).
"Harusnya pejabat ikut mengkampanyekan jamu tradisional. Bagaimana mungkin masyarakat dan orang swasta mau minum jamu kalau pejabatnya saja ga mau minum jamu," katanya.
Menurut Charles, segalanya bisa dimulai dari hal yang kecil yakni dengan mensosialisasikan jamu tradisional di dalam lingkup kerja kantor pemerintahan, seperti yang telah dilakukan oleh Propinsi Jawa Tengah mulai tahun ini.
"Jika biasanya setiap hari pejabat harus minum teh atau kopi, mengapa tidak diganti misalnya dengan minum jahe atau beras kencur yang bisa saja dilakukan seminggu sekali," ujarnya.
Charles percaya dengan anjuran atau imbauan pemerintah tentang konsumsi jamu yang diawali di lingkup pemerintahan, masyarakat akan turut serta dalam mengkonsumsi jamu yang niscaya berkhasiat.
"Seperti anjuran pakai batik saja lah, dulu kan ga ada orang swasta pakai pakaian batik pada hari Jumat, sekarang kan di mana-mana orang sudah pakai batik, apalagi kalau hari Jumat," tegasnya.
Saat ini, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan obat Tradisional Indonesia sedang membuat terobosan yakni dengan menggalakkan dan mengembangkan lima jenis tumbuhan yakni jahe, temulawak, kencur, pegagan, dan sambiloto. Kelima tumbuhan herbal tersebut yang merupakan biofarmaka harus terlebih dahulu menjadi fitofarmaka atau herbal yang telah teruji secara klinis.
"Jika Korea punya ginseng, Jepang punya teh, maka Indonesia juga punya potensi yakni kelima tumbuhan tersebut (jahe, temulawak, kencur, pegagan, dan sambiloto -red)," pungkasnya.
Kirim Komentar