Karnaval Nusantara yang diikuti oleh 18 komunitas yang ada di Yogyakarta membuka penyelenggaraan Festival Malioboro pada Jumat (6/11). Pawai tersebut di awali dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju Malioboro dan diakhiri di kawasan Taman Budaya Yogyakarta.
Rombongan kelompok Gejog Lesung dari Museum Tani Jawa mengawali pawai yang diikuti oleh sekitar 800 peserta tersebut. Karnaval Nusantara sendiri dibagi dalam tiga kelompok budaya, yaitu Budaya Tradisi, Budaya Transisi, dan Budaya Masa Depan.
Kelompok Budaya Tradisi menampilkan kebesaran bangsa Indonesia sejak jaman dahulu. Dalam kelompok ini terdapat komunitas Cucuk Lampah Beksan, Bregodho Tambakyudo, Perkusi Anak Tani dan Parade Memedi Sawah dari Kampung Wisata Tani Candran Imogiri, dan Reog Kolosal Wiratama Mudho dari pedukuhan Ledok.
Kelompok budaya transisi menampilkan kegelisahan berkesenian budaya yang tersekat dalam stagnan pencarian bentuk baru. Barisan carnaval kelompok budaya transisi ini diawali dengan kelompok Jatilan Putri Menoreh, Sanggar Wayang Jero Koco, Balai Seni Condroradono, dan diakhiri dengan komunitas sepeda onthel, low rider, dan bike to work.
Rombongan terakhir yakni Kelompok Budaya Masa Depan. Dalam kelompok ini digambarkan bahwa anak-anak sekaranglah yang nantinya akan memegang teguh Budaya Adiluhung Bangsa kita. Barisan kelompok ini diawali dengan iring-iringan Andong Hias yang dinaiki oleh anak-anak kecil sebagai Generasi Masa Depan. Dalam setiap andong hias ini, setiap anak Generasi Masa Depan akan membawa koleksi benda budaya Adiluhung dari Yogyakarta dan Nusantara.
Sementara itu belakang Generasi Masa Depan tampil barisan Bhayangkara Padmanaba (Pleton Inti SMUN 3), Komunitas Detasemen Cobra Airsoft Team Yogyakarta. Detasemen Cobra ini sangat menarik perhatian penonton, sebab mereka berpakaian seperti seorang tentara lengkap dengan peralatannya. Selain itu, detasemen Cobra juga membawa sebuah spanduk yang bertuliskan "Kedaulatan NKRI Harga Mati Bagi Kami", sebuah semangat dari anak muda Yogyakarta.
Rombongan kelompok Gejog Lesung dari Museum Tani Jawa mengawali pawai yang diikuti oleh sekitar 800 peserta tersebut. Karnaval Nusantara sendiri dibagi dalam tiga kelompok budaya, yaitu Budaya Tradisi, Budaya Transisi, dan Budaya Masa Depan.
Kelompok Budaya Tradisi menampilkan kebesaran bangsa Indonesia sejak jaman dahulu. Dalam kelompok ini terdapat komunitas Cucuk Lampah Beksan, Bregodho Tambakyudo, Perkusi Anak Tani dan Parade Memedi Sawah dari Kampung Wisata Tani Candran Imogiri, dan Reog Kolosal Wiratama Mudho dari pedukuhan Ledok.
Kelompok budaya transisi menampilkan kegelisahan berkesenian budaya yang tersekat dalam stagnan pencarian bentuk baru. Barisan carnaval kelompok budaya transisi ini diawali dengan kelompok Jatilan Putri Menoreh, Sanggar Wayang Jero Koco, Balai Seni Condroradono, dan diakhiri dengan komunitas sepeda onthel, low rider, dan bike to work.
Rombongan terakhir yakni Kelompok Budaya Masa Depan. Dalam kelompok ini digambarkan bahwa anak-anak sekaranglah yang nantinya akan memegang teguh Budaya Adiluhung Bangsa kita. Barisan kelompok ini diawali dengan iring-iringan Andong Hias yang dinaiki oleh anak-anak kecil sebagai Generasi Masa Depan. Dalam setiap andong hias ini, setiap anak Generasi Masa Depan akan membawa koleksi benda budaya Adiluhung dari Yogyakarta dan Nusantara.
Sementara itu belakang Generasi Masa Depan tampil barisan Bhayangkara Padmanaba (Pleton Inti SMUN 3), Komunitas Detasemen Cobra Airsoft Team Yogyakarta. Detasemen Cobra ini sangat menarik perhatian penonton, sebab mereka berpakaian seperti seorang tentara lengkap dengan peralatannya. Selain itu, detasemen Cobra juga membawa sebuah spanduk yang bertuliskan "Kedaulatan NKRI Harga Mati Bagi Kami", sebuah semangat dari anak muda Yogyakarta.
Kirim Komentar