Kesenian tradisi wayang orang saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Keberadaannya dalam satu dasa warsa terakhir ini stagnan, bahkan nyaris tak tersentuh.
"Pada sepuluh tahun terakhir ini, wayang orang kurang tersetuh, baik oleh instansi maupun para para pengamat seni tari tradisi," kata Kepala Seksi Pengembangan Atraksi Budaya, Dinas Pariwisata Kesenian dan Budaya Kota Yogyakarta, Suparna di Balaikota Yogyakarta, Selasa (10/11).
Menurutnya, saat ini tak ada perkembangan yang signifikan yang terjadi terhadap wayang orang, khususnya yang berbasis tari klasik Jogja. Meski demikian, wayang orang tak akan punah.
Hal ini, oleh Suparna dikarenakan gencarnya budaya asing yang terus menggempur gaya hidup generasi muda. Parahnya, budaya baru tersebut cenderung mudah diterima oleh mereka daripada budaya tradisi.
"Seni tari klasik Jogja masih aktif dan relatif cukup stabil. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya sejumlah sanggar tari di Jogja yang masih menerima siswa tari," ujarnya.
Suparna menambahkan, akhir-akhir ini masih saja ada sejumlah generasi muda yang tertarik untuk mempelajari tari klasik Jogja, meski mereka lebih memilih untuk belajar dengan cara yang praktis.
"Yang dipelajari oleh anak-anak muda lebih ke tari klasik Jogja yang praktis, sehingga langsung bisa dipraktikkan," tambahnya.
Selain itu, sejumlah sekolah juga turut melestarikan dan mengembangkan seni tari klasik Jogja dengan menambahkannya dalam kegiatan ekstra kurikuler dalam pelajarannya.
Saat ini masih terdapat sejumlah sanggar tari klasik di Jogja yang masih aktif memberikan pengajaran seperti Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Yayasan Siswa Among Beksa, Perkumpulan Surya Kencana, Perkumpulan Kesenian Irama Tjitra, dan Kridha Beksa Wirama.
"Pada sepuluh tahun terakhir ini, wayang orang kurang tersetuh, baik oleh instansi maupun para para pengamat seni tari tradisi," kata Kepala Seksi Pengembangan Atraksi Budaya, Dinas Pariwisata Kesenian dan Budaya Kota Yogyakarta, Suparna di Balaikota Yogyakarta, Selasa (10/11).
Menurutnya, saat ini tak ada perkembangan yang signifikan yang terjadi terhadap wayang orang, khususnya yang berbasis tari klasik Jogja. Meski demikian, wayang orang tak akan punah.
Hal ini, oleh Suparna dikarenakan gencarnya budaya asing yang terus menggempur gaya hidup generasi muda. Parahnya, budaya baru tersebut cenderung mudah diterima oleh mereka daripada budaya tradisi.
"Seni tari klasik Jogja masih aktif dan relatif cukup stabil. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya sejumlah sanggar tari di Jogja yang masih menerima siswa tari," ujarnya.
Suparna menambahkan, akhir-akhir ini masih saja ada sejumlah generasi muda yang tertarik untuk mempelajari tari klasik Jogja, meski mereka lebih memilih untuk belajar dengan cara yang praktis.
"Yang dipelajari oleh anak-anak muda lebih ke tari klasik Jogja yang praktis, sehingga langsung bisa dipraktikkan," tambahnya.
Selain itu, sejumlah sekolah juga turut melestarikan dan mengembangkan seni tari klasik Jogja dengan menambahkannya dalam kegiatan ekstra kurikuler dalam pelajarannya.
Saat ini masih terdapat sejumlah sanggar tari klasik di Jogja yang masih aktif memberikan pengajaran seperti Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Yayasan Siswa Among Beksa, Perkumpulan Surya Kencana, Perkumpulan Kesenian Irama Tjitra, dan Kridha Beksa Wirama.
Kirim Komentar