Meski memiliki keterbatasan kemampuan dalam beberapa hal, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau difabel ternyata mampu menarikan tarian Dolanan Anak dan Golek Ayu laiknya anak normal lainnya.
Hal tersebut dibuktikan oleh sejumlah pelajar Sekolah Luar Biasa SMP dan SMU Pembina Yogyakarta yang menderita tuna grahita dan autis, ketika mereka harus menampilkan ketrampilan kemampuan mereka dalam hal kesenian.
Pembina Seni dan Kebudayaan SLB Pembina Yogyakarta, Nanik Ruzini menyatakan, walaupun membutuhan ekstra kesabaran dalam membimbing anak asuhnya, pihaknya akhirnya bisa merasa bangga telah mampu menjadikan mereka seperti anak-anak pada umumnya.
"Di SLB Pembina, 60 persen untuk mengembangkan ketrampilan dan kesenian siswa tuna grahita dan autis, sedangkan 40 persen untuk KBM. Kesenian tersebut dimaksudkan agar siswa lebih termotivasi mengembangkan kemampuan menangkap gerak sekaligus untuk rekreasi dan terapi," ujarnya di SLB Pembina, Jl. Pramuka No. 224 Yogyakarta, Selasa (20/1)
Lebih lanjut Nanik menjelaskan, Tari Dolanan Anak dikreasikan sendiri dengan menggabungkan berbagai macam dolanan anak yang ada di Yogyakarta hingga menjadi satu.
"Sementara latihannya dilakukan tiap hari usai jam belajar yang dipotong setiap gerakan guna mudah diserap anak-anaknya karena mereka mempunyai keterbatasan dalam mengingat sehingga harus diberi pergerakan tari," tambahnya seraya mengatakan bahwa anak-anak juga diberi kebebasan untuk berimprovisasi.
Sedangkan Tari Golek Ayu gaya Surakarta yang ditarikan dua orang siswa pelatihan SMU SLB Pembina, Kuat Sayekti dan Agus Suharwanto juga dikreasikan sedemikian rupa dengan metode peniruan atau contoh demonstrasi.
"Tidak semua anak tuna grahita bisa menarikannya karena itu mereka berdua dipilih dari beberapa anak karena mereka termasuk anak-anak yang mudah menghapalkan gerakan dan percaya dirinya tinggi," katanya.
Sementara itu salah siswa penampil dari SMU SLB Pembina yang menarikan Tari Golek Ayu, Kuat Sayekti mengaku sangat senang bisa mempertontonkan kebolehannya dalam menarikan tarian golek kayu.
"Semula saya lupa tapi saya berpatokan pada musiknya dan teman yang menjadi pasangan saya menari, karena gerakan yang kami lakukan sama cuma berlawanan arah saja. Jadi kalau lupa saya tinggal lihat teman depan saya kemudiaan melakukan gerakan sebaliknya," akunya.
Hal tersebut dibuktikan oleh sejumlah pelajar Sekolah Luar Biasa SMP dan SMU Pembina Yogyakarta yang menderita tuna grahita dan autis, ketika mereka harus menampilkan ketrampilan kemampuan mereka dalam hal kesenian.
Pembina Seni dan Kebudayaan SLB Pembina Yogyakarta, Nanik Ruzini menyatakan, walaupun membutuhan ekstra kesabaran dalam membimbing anak asuhnya, pihaknya akhirnya bisa merasa bangga telah mampu menjadikan mereka seperti anak-anak pada umumnya.
"Di SLB Pembina, 60 persen untuk mengembangkan ketrampilan dan kesenian siswa tuna grahita dan autis, sedangkan 40 persen untuk KBM. Kesenian tersebut dimaksudkan agar siswa lebih termotivasi mengembangkan kemampuan menangkap gerak sekaligus untuk rekreasi dan terapi," ujarnya di SLB Pembina, Jl. Pramuka No. 224 Yogyakarta, Selasa (20/1)
Lebih lanjut Nanik menjelaskan, Tari Dolanan Anak dikreasikan sendiri dengan menggabungkan berbagai macam dolanan anak yang ada di Yogyakarta hingga menjadi satu.
"Sementara latihannya dilakukan tiap hari usai jam belajar yang dipotong setiap gerakan guna mudah diserap anak-anaknya karena mereka mempunyai keterbatasan dalam mengingat sehingga harus diberi pergerakan tari," tambahnya seraya mengatakan bahwa anak-anak juga diberi kebebasan untuk berimprovisasi.
Sedangkan Tari Golek Ayu gaya Surakarta yang ditarikan dua orang siswa pelatihan SMU SLB Pembina, Kuat Sayekti dan Agus Suharwanto juga dikreasikan sedemikian rupa dengan metode peniruan atau contoh demonstrasi.
"Tidak semua anak tuna grahita bisa menarikannya karena itu mereka berdua dipilih dari beberapa anak karena mereka termasuk anak-anak yang mudah menghapalkan gerakan dan percaya dirinya tinggi," katanya.
Sementara itu salah siswa penampil dari SMU SLB Pembina yang menarikan Tari Golek Ayu, Kuat Sayekti mengaku sangat senang bisa mempertontonkan kebolehannya dalam menarikan tarian golek kayu.
"Semula saya lupa tapi saya berpatokan pada musiknya dan teman yang menjadi pasangan saya menari, karena gerakan yang kami lakukan sama cuma berlawanan arah saja. Jadi kalau lupa saya tinggal lihat teman depan saya kemudiaan melakukan gerakan sebaliknya," akunya.
Kirim Komentar