Potensi wisata alternatif di Jogja yang sangat besar harus dikelola dengan benar. Pengelolaan berbasis komunitas dinilai menjadi cara terbaik untuk mengembangkan dunia baru kepariwisataan ini.
"Pengembangan pariwisata alternatif di Jogja harus berbasis komunitas. Community first, capital next," kata peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM, Baiquni beberapa waktu lalu di Yogyakarta.
Menurutnya, masyarakat setempat harus diberdayakan agar mampu membuat inovasi sebagai daya tarik pariwisata yang akan menarik wisatawan untuk datang dan meluangkan waktu ke obyek wisata alternatif.
"Saat ini, masyarakat masih terkendala dengan bagaimana mengemas sebuah potensi pariwisata yang ada di daerahnya. Tapi idak semua tempat wisata harus dipoles menjadi moderen karena beberapa tempat justru harus dipertahankan keasliannya," ujarnya.
Daerah Istimewa Yogyakarta tak diragukan lagi memiliki sejumlah potensi pariwisata baik alam, budaya, maupun alternatif. Sebut saja batik, keris, dan Candi Prambanan yang bahkan tak lagi asing bagi wisatawan mancanegara.
"Pengembangan pariwisata alternatif di Jogja harus berbasis komunitas. Community first, capital next," kata peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM, Baiquni beberapa waktu lalu di Yogyakarta.
Menurutnya, masyarakat setempat harus diberdayakan agar mampu membuat inovasi sebagai daya tarik pariwisata yang akan menarik wisatawan untuk datang dan meluangkan waktu ke obyek wisata alternatif.
"Saat ini, masyarakat masih terkendala dengan bagaimana mengemas sebuah potensi pariwisata yang ada di daerahnya. Tapi idak semua tempat wisata harus dipoles menjadi moderen karena beberapa tempat justru harus dipertahankan keasliannya," ujarnya.
Daerah Istimewa Yogyakarta tak diragukan lagi memiliki sejumlah potensi pariwisata baik alam, budaya, maupun alternatif. Sebut saja batik, keris, dan Candi Prambanan yang bahkan tak lagi asing bagi wisatawan mancanegara.
Kirim Komentar