
Mereka yang datang dan berebut air bekas jamasan tersebut percaya bahwa air tersebut dipercaya akan membawa berkah dan keberuntungan bagi mereka dan keluarganya.
Hadi Sukarto adalah salah satu dari ratusan yang datang wilayah Sleman demi mendapatkan air bekas cucian kereta pusaka Kraton Ngayogyakarto di Museum Kereta yang terletak di sebelah barat Kraton Yogyakarta.
Baginya, berebut mendapatkan air jamasan kereta kraton adalah telah yang kesekian kalinya. Bahkan lelaki berusia 56 tahu tersebut mengaku bahwa setiap tahun dirinya menyempatkan diri berebut air jamasan tersebut.
"Dari dulu saya dan isti saya selalu datang untuk mendapatkan air jamasan kereta kraton Ngayogyakarta. Kami percaya dalam air tersebut mengandung berkah yang diyakini dapat memberi rejeki bagi yang percaya dan meminumnya," ujarnya usai berebut dan mendapatkan air jamasan di Museum Kereta, Selasa (12/1).
Meski merupakan air bekas cucian, Hadi mengaku tak mempunyai rasa jijik sedikitpun ketika harus berebut mendapatkan air jamasan tersebut, karena selain kepercayaan mendapatkan berkah, kereta yang dijamas juga tidak terlalu kotor.
Pada jamansan yang yang di pimpin oleh abdi dalem bernama Lurah Rotodiwiryo kali ini, ada dua kereta yang dicuci yakni Kanjeng Nyai Jimat (kereta utama) dan satu buah kereta Kyai Jongwiyat.
Sebelum jamasan, terlebih dahulu dilakukan prosesi doa oleh para abdi dalem yang dipimpin Lurah Rotodiwiro dengan membakar kemenyan dan meletakkan sesaji kembang setaman.
Usai berdoa, Kereta Nyai Jimat kemudian dibawa keluar dari museum ke tempat pencucian. Sebelum dicuci, tempat duduk kulit kereta dan tiang penarik kuda dilepas. Sementara itu dua drum air bercampur bunga setaman dan air jeruk nipis telah disiapkan di dekat tempat pencucian.
"Jamasan dilakukan dengan membersikan dengan air dan air jeruk nipis ke semua badan kereta. Roda, oranamen kayu di bagian depan dan kaca kereta semuanya dibersihkan," kata Rotodiwiryo.
Selama berlangsungnya jamasan, ratusan warga langsung berebutan air sisa pencucian yang jatuh bercucuran. Beberapa dari mereka terlihat membawa botol, jerigen, panci, atau gayung plastik untuk menampung air bilasan yang turun di bawah kereta.
Potongan dan biji jeruk nipis bekas jamasan yang jatuh ke bawah pun tak lepas dari perhatian warga untuk diambil. Sementara para abdi juga tak mau ketinggalan dengan memperebutkan potongan kain mori putih yang digunakan untuk membersihkan kereta. Kain tersebut juga dipercaya para abdi dalem membawa berkah bagi mereka yang mendapatkannya.
Kirim Komentar