Dalam rangka peringatan Hari Konsumen Internasional (HKI), Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) menggelar kampanye dua hari tanpa nasi yang digelar di Kompleks Disperindagkoptan dan UKM, Jl. Kusumanegara No. 9 Yogyakarta.
Kegiatan tersebut rencananya akan berlangsung pada 24 hingga 25 Maret 2010 mendatang dengan mengangkat bahan pangan lokal yang memiliki kandungan gizi tinggi dengan harga terjangkau daripada harga beras yang cenderung lebih mahal.
"Untuk itu diperlukan perubahan perilaku dari konsumen untuk melirik sumber pangan selain beras," kata Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY), Widijantoro di Disperindagkoptan Yogyakarta, Rabu (24/3).
Widijantoro mengungkapkan bahwa saat ini ada kecenderungan masyarakat melupakan sumber pangan lokal yang sebenarnya mempunyai kuantitas dan kualitas yang bisa menggantikan beras sebagai bahan pangan utama.
"Warga Gunung Kidul ada yang pernah makan nasi aking karena tidak mampu membeli beras, padahal menurut riset yang dilakukan oleh LKY banyak sekali sumber pangan lokal yang bergizi tetapi terlupakan saat ini seperti singkong, gembili dan lain-lain," tandasnya.
Selain itu, kampanye ini juga mendukung upaya pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan di Indonesia. "Kembali ke pangan lokal dapat juga berperan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin dan kurang gizi di negara kita," tambahnya.
Kampanye tanpa nasi ini juga dibarengi dengan ekspo pangan tradisional dengan bahan baku non beras. Pangan ini dihasilkan oleh sejumlah komunitas dari seluruh Yogyakarta dan pengunjung pun dapat belajar memasak sekaligus mencicipi sajian kuliner yang bergizi, kreatif dan prorakyat.
Kegiatan hari tanpa nasi tersebut adalah salah satu rangkaian peringatan Hari Konsumen Internasional (HKI) yang jatuh pada hari ini, Rabu (24/3), di samping kegiatan lain seperti stakeholder forum, temu konsumen, seminar pangan dan ekspo pangan lokal berbahan dasar non beras.
Kegiatan tersebut rencananya akan berlangsung pada 24 hingga 25 Maret 2010 mendatang dengan mengangkat bahan pangan lokal yang memiliki kandungan gizi tinggi dengan harga terjangkau daripada harga beras yang cenderung lebih mahal.
"Untuk itu diperlukan perubahan perilaku dari konsumen untuk melirik sumber pangan selain beras," kata Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY), Widijantoro di Disperindagkoptan Yogyakarta, Rabu (24/3).
Widijantoro mengungkapkan bahwa saat ini ada kecenderungan masyarakat melupakan sumber pangan lokal yang sebenarnya mempunyai kuantitas dan kualitas yang bisa menggantikan beras sebagai bahan pangan utama.
"Warga Gunung Kidul ada yang pernah makan nasi aking karena tidak mampu membeli beras, padahal menurut riset yang dilakukan oleh LKY banyak sekali sumber pangan lokal yang bergizi tetapi terlupakan saat ini seperti singkong, gembili dan lain-lain," tandasnya.
Selain itu, kampanye ini juga mendukung upaya pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan di Indonesia. "Kembali ke pangan lokal dapat juga berperan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin dan kurang gizi di negara kita," tambahnya.
Kampanye tanpa nasi ini juga dibarengi dengan ekspo pangan tradisional dengan bahan baku non beras. Pangan ini dihasilkan oleh sejumlah komunitas dari seluruh Yogyakarta dan pengunjung pun dapat belajar memasak sekaligus mencicipi sajian kuliner yang bergizi, kreatif dan prorakyat.
Kegiatan hari tanpa nasi tersebut adalah salah satu rangkaian peringatan Hari Konsumen Internasional (HKI) yang jatuh pada hari ini, Rabu (24/3), di samping kegiatan lain seperti stakeholder forum, temu konsumen, seminar pangan dan ekspo pangan lokal berbahan dasar non beras.
Kirim Komentar