Pascaerupsi Merapi, pariwisata adalah sektor yang merasakan dampaknya secara signifikan, khususnya pihak hotel. Meski hingga saat ini masih terasa, tapi okupansi atau tingkat hunian hotel di Jogja perlahan membaik.
"Pengaruh bencana sampai hari ini untuk Kota Yogyakarta masih terasa, khususnya hotel dan restoran. Sampai tadi malam tingkat hunian hotel, khususnya hotel bintang, rata-rata mencapai 40 persen," ujar Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Herman Tony di Yogyakarta, Rabu (1/12).
Menurutnya, tingkat hunian itu diakui sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelum Bandara Adisucipto dibuka kembali pada 20 November 2010.
"Saat bandara ditutup, rata-rata tingkat hunian hotel, khususnya hotel bintang, di bawah 20 persen, antara 10-15 persen. Dengan demikian memang ada pengaruh yang cukup baik sejak dibukanya bandara," terangnya.
Herman menambahkan, masih belum normalnya tingkat hunian hotel bukan karena erupsi Gunung Merapi, tetapi lebih karena pemberitaan terkait Merapi ini.
Saat ini, para pelaku pariwisata khususnya Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY), memiliki pekerjaan rumah besar bagaimana mengembalikan citra Kota Yogyakarta.
"Mereka (para wisatawan) masih punya persepsi Jogja sampai saat ini masih belum aman, karena status Merapi saat ini masih Awas," katanya.
Sementara terkait kerugian pelaku bisnis pariwisata, Herman mengaku belum dapat memprediksi. Pihaknya hanya mencontohkan ada informasi dari salah satu hotel bintang lima di Yogyakarta sejak erupsi tanggal 26 Oktober 2010, mengalami kerugian hingga Rp 4 miliar.
"Padahal hotel di Jogja ini secara keseluruhan ada 30 hotel bintang dan lebih banyak berada di kota Yogyakarta. Hotel Melati lebih dari 300," ungkapnya.
"Pengaruh bencana sampai hari ini untuk Kota Yogyakarta masih terasa, khususnya hotel dan restoran. Sampai tadi malam tingkat hunian hotel, khususnya hotel bintang, rata-rata mencapai 40 persen," ujar Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Herman Tony di Yogyakarta, Rabu (1/12).
Menurutnya, tingkat hunian itu diakui sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelum Bandara Adisucipto dibuka kembali pada 20 November 2010.
"Saat bandara ditutup, rata-rata tingkat hunian hotel, khususnya hotel bintang, di bawah 20 persen, antara 10-15 persen. Dengan demikian memang ada pengaruh yang cukup baik sejak dibukanya bandara," terangnya.
Herman menambahkan, masih belum normalnya tingkat hunian hotel bukan karena erupsi Gunung Merapi, tetapi lebih karena pemberitaan terkait Merapi ini.
Saat ini, para pelaku pariwisata khususnya Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY), memiliki pekerjaan rumah besar bagaimana mengembalikan citra Kota Yogyakarta.
"Mereka (para wisatawan) masih punya persepsi Jogja sampai saat ini masih belum aman, karena status Merapi saat ini masih Awas," katanya.
Sementara terkait kerugian pelaku bisnis pariwisata, Herman mengaku belum dapat memprediksi. Pihaknya hanya mencontohkan ada informasi dari salah satu hotel bintang lima di Yogyakarta sejak erupsi tanggal 26 Oktober 2010, mengalami kerugian hingga Rp 4 miliar.
"Padahal hotel di Jogja ini secara keseluruhan ada 30 hotel bintang dan lebih banyak berada di kota Yogyakarta. Hotel Melati lebih dari 300," ungkapnya.
Kirim Komentar