
Acara dengan tajuk bedah buku "Kuasa Ramalan" ini meneliti kehidupan Pangeran Diponegoro.
Carey menghabiskan waktu selama 30 tahun untuk mengetahui seluk beluk Pangeran Diponegoro.
Hadir dalam bedah buku tersebut selain Peter Carey, ada pula Hashim Djojohadikusumo selaku
Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) yang berperan sebagai Pendukung penerjemahan buku Peter Carey ke Bahasa
Indonesia.
Selain itu hadir Ketua Program Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Dr G Budi Subanar SJ. Pembahas buku Wardiman Djojonegoro, pemerhati sejarah yang juga mantan menteri pendidikan dan
kebudayaan, dan Ki Roni Sadewo, keturunan keluarga Diponegoro.
Carey saat ditemui Tim Gudegnet bercerita ketertarikannya akan Diponegoro karena keinginan
meneliti tentang dampak revolusi Perancis, di daerah luar Paris.
Namun, oleh profesor pembimbingnya, ia disuruh menulis dampak revolusi Perancis di luar
Eropa. Kemudian, ketika
sedang membaca berbagai catatan sejarah tentang sepak terjang Belanda di Hindia Belanda, tidak sengaja matanya terpaku kepada
sketsa sosok FVHA Ritter de Steurs, menantu De Kock yang ikut menangkap Pangeran Diponegoro.
Carey pun memutuskan datang ke Yogyakarta, pada 1971. Menurutnya, kala itu ada suatu
pengalaman spiritual yang tidak bisa ia lupakan. Pengalaman tersebut memantapkannya untuk menulis tentang Pangeran
Diponegoro.
Hasil penelitiannya selama 30 tahun tersebut kemudian ia tuangkan dalam buku berjudul The Power of Prophecy, yang belakangan
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi tiga buku berjudul Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa. Latar belakang abad 18 dan awal abad 19 mendominasi penggambaran sosok Pangeran Diponegoro.
Dalam interviewnya dengan rekan media, Ia berencana untuk mengajukan Babad Diponegoro ke
Unesco sebagai warisan budaya dunia. "Sejarah budaya itu wajib untuk dicengkram (dipengang kuat) agar bila sewaktu waktu bila
terjadi bencana manusia masih bisa memiliki pegangan dan ingatan yang segar terhadap sejarah ini," pungkas Carey mengakhiri
bincang-bincang dengan rekan media.
Kirim Komentar