Kisah penelusuran sejarah kampung-kampung yang tersebar di seluruh penjuru Jogja. Simak Ini Daftar 6 Kampung yang Dinamai Berdasarkan Prajurit dan Abdi Dalem:
#1 Langenastran dan Langenarjan
Langenastran dan Langennarjan kediaman abdi dalem prajurit pengawal Langenastra dan Langenarja. Pada masa Hamengku Buwono V Abdi dalem prajurit Langenastra ini beranggotakan 40 orang, tanpa bendera dan tugasnya menampilkan tari Tayungan sembari mengiringi perjalanan Prajurit Mantri Lebet atau dikenal sebagai Mantrijero.
Sedangkan pada masa Hamengku Buwono IV, prajurit Langenastra termasuk dalam abdi dalem prajurit Kadipaten. Letak kampung Langenastran dan Langenarjan di sisi timur alun-alun selatan. Secara tata kelola pemerintahan kedua kampung itu termasuk kawasan kelurahan Panembahan, kecamatan Keraton.
#2 Wirobrajan
Kampung Wirobrajan tempat kediaman para abdi dalem Keraton Kasultanan Yogyakarta yang tergabung dalam kesatuan Prajurit Wirabraja. Sekarang Wirobrajan menjadi nama sebuah kecamatan yang terdiri atas kelurahan Wirobrajan, Patangpuluhan serta kelurahan Pakuncen.
Prajurit Wirabraja memiliki tombak (waos) yang disebut Kanjeng Kyai Slamet dan Kanjeng Kyai Santri serta Dapur Crengkeng.
Kecamatan Wirobrajan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Tegalrejo. Sedangkan di sisi barat kecamatan Kasihan. Pada sisi selatan Kecamatan Mantrijeron dan Kecamatan Kasihan, sedangkan sisi timur Kecamatan Ngampilan dan Kecamatan Mantrijeron. Kawasan Kecamatan Wirobrajan berbatasan dengan dua buah sungai yaitu di sisi barat Sungai Widuri dan sisi timur Sungai Winaga.
#3 Ketanggungan
Kampung Ketanggungan lokasinya di sisi selatan kawasan kelurahan Wirobrajan, kecamatan Wirobrajan. Arti kata Ketanggungan berarti kediaman abdi dalem Prajurit Ketanggung. Di kawasan kampung Ketanggungan ada gang yang membatasi antara kawasan Singosaren dan Kampung Ketanggungan Kulon.
Prajurit Ketanggung ini terdiri atas dua orang pembawa panji yaitu Panji Parentah dan Panji Andhahan, dua orang sersan, seorang pembawa panji-panju serta prajurit pembawa senapan atau disebut Ketanggung Sarageni serta prajurit pembawa tombak atau disebut Ketanggung Sarahastra.
Jalan kampung disana disebut Gang Singomulangjaya. Sedangkan gang yang lain membatasi kawasan kampung Ketanggungan Kulon dengan Kampung Suronggaman, sedangkan Gang Kresna membatasi kawasan kampung Ketanggungan Wetan dengan Kampung Mancasan.
#4 Bugisan
Kampung Bugisan lokasinya di bagian paling selatan kawasan kelurahan Patangpuluhan, kecamatan Wirobrajan. Nama Kampung “Bugisan” berasal dari nama kesatuan prajurit di Kasultanan Yogyakarta. Secara mudah, kampung Bugisan menunjukkan kediaman Prajurit Bugis.
Awalnya, prajurit Bugis yang saat ini ada di keraton Kasultanan Yogyakarta merupakan prajurit kiriman dari Pura Mangkunegaran Surakarta. Kesatuan Bugis diutus sebagai pasukan pengawal GKR. Bendoro, putri ke-2 Hamengku Buwono I dari garwa permaisuri GKR. Kencono, yang diperistri KGPAA Mangkunegoro I.
Oleh karena suatu hal, GKR Bendoro diceraikan KGPAA Mangkunegoro I lalu dikembalikan kepada orang tuanya yaitu Hamengku Buwono I. Untuk menjaga GKR Bendoro dari hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan dari Praja Mangkunegaran Surakarta ke Yogyakarta maupun setelah tiba di Yogyakarta, maka Sri Mangkunegoro I memerintahkan pasukan Bugis sebagai pengawal perjalanan. Untungnya, apa yang dikhawatirkan Sri Mangunegoro I tidak terjadi.
Saat putri GKR Bendoro dikembalikan tidak membuat Hamengku Buwono I marah besar, melainkan diterima secara arif bijaksana. Hal yang sama terjadi saat kedatangan pasukan prajurit Bugis yang mengawal perjalanan putrinya. Kesatuan tersebut diterima dengan baik, bahkan memperboleh simpati besar dari Sri Sultan, karena telah dapat melakukan pengawalan yang baik terhadap kepulangan putrinya, selama dalam perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan.
Prajurit Bugis merasa tersentuh lalu memutuskan menjadi prajurit Kasultanan Yogyakarta. Sultan Hamengku Buwono I menanggapi keinginan itu secara bijaksana dan menerima prajurit Bugis menjadi bagian dari kesatuan yang sudah ada. Bahkan, orang-orang Bali dan Bugis (Makasar) yang sudah bergabung menjadi prajurit Mangkubumen di Yogyakarta digabungkan bersama prajurit Bugis.
Dampak dari penggabungan itu adalah munculnya dua brigade yaitu brigade yang berisi prajurit Bugis dan prajurit Dhaeng. Prajurit Bugis bertanggung-jawab mengawal putra mahkota yang berlokasi di istana Sawojajar. Sebagai penanda, prajurit Bugis menggunakan nama depan “Rangsang”, seperti M. Rangsang Taruno.
Lalu, sejak Perang Diponegoro, istana Sawojajar tidak menjadi tempat tinggal putra mahkota melainkan ditinggali Pangeran Mangkubumi, putra Hamengku Buwono II yang membantu Pangeran Diponegoro, Sedangkan Pangeran Diponegoro berubah nama menjadi Panembahan Mangkurat.
#5 Patangpuluhan
Kampung Patangpuluhan menjadi kawasan perkampungan paling luas di Kelurahan Patangpuluhan karena melingkupi 22 RT dari jumlah total 51 RT. Nama Kampung “Patangpuluhan” karena kampung ini merupakan perkampungan Prajurit Patangpuluhan Keraton Kasultanan Yogyakarta. Abdi dalem Prajurit Patangpuluhan mempunyai nama depan khas yaitu ‘Hima’, seperti Hima Sedewa, HimaPermuni, Hima Sarinjana, Hima Sendarga, Hima Berdangga, dan lain-lain.
Pemberian kediaman bagi prajurit Patangpuluhan bersifat hak milik. Artinya mereka yang menerimanya bisa mewariskan atau menjual pemberian itu. Saat itu setiap abdi dalem Prajurit Patangpuluh mendapatkan pembagian tanah seluas 1600 m2.
#6 Suronggaman
Kampung Suronggaman lokasinya di tepi barat Kampung Ketanggungan. Kampung Suronggaman relatif lebih kecil ketimbang kampung lainnya karena hanya terdiri atas 1 RW yaitu RW XII dan terdiri atas tiga RT yaitu RT 56, 57 serta 58.
Kata ‘Suragama’ merupakan sebutan dari abdi dalem Keraton Kasultanan Yogyakarta yang tergabung dalam kesatuan Prajurit Surogama. Prajurit Surogama merupakan pindahan dari prajurit Kadipaten yang semula tinggal di istana Sawojajar bersama Prajurit Surokarso dan Prajurit Bugis. Setelah istana Sawojajar tidak lagi ditempati Pangeran Adipati para prajurit pengawal putra mahkota yang semula tinggal di sana dilimpahkan menjadi prajurit Kepatihan.
Mereka lalu ditempatkan di lokasi-lokasi yang sekarang menjadi perkampungan mereka, yaitu Prajurit Surokarso di Kampung Surokarsan, Prajurit Bugis di kampung Bugisan, sedangkan Prajurit Surogama di Kampung Suronggaman.
Semoga informasi di atas berguna ya. Simak terus sejarah nama-nama tempat di Yogyakarta hanya di www.gudeg.net.
Diolah dari Ensiklopedia Kraton Yogyakarta, Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jika Anda ingin memberikan informasi tentang sejarah atau latar belakang kampung Anda di JOGJA silahkan kirim ke email bertus@gudeg.net
Kirim Komentar