Seni & Budaya

Perkenalkan Dolanan Tradisional Anak Indonesia pada Dunia

Oleh : Budi W / Senin, 00 0000 00:00
Perkenalkan Dolanan Tradisional Anak Indonesia pada Dunia



Yanto (12), warga Gejayan, begitu asyik memelototi layar komputer. Sementara, kedua tangannya sibuk memainkan tombol stik. Tak jarang wajahnya terlihat tegang ketika memainkan "Ninja Saga" di sebuah warnet yang menyediakan game online. Hal sama juga dilakukan Adi (10). Hanya saja Adi memainkan "Point Blank".

Kedua anak ini barangkali bisa menjadi contoh bila anak-anak kita lebih suka nongkrong di warnet selepas sekolah. Mereka tak peduli berapa ribu rupiah yang harus dirogoh dari koceknya agar bisa bermain terus. Ia juga tak peduli bahwa permainan yang dimainkan hanya menegangkan otak, tak menggerakkan tubuh secara keseluruhan sehingga keluar keringat dan memperkuat otot. Yang penting asyik.

Ya pemandangan seperti itu sangat lazim ditemui di warnet game online. Mereka (anak-anak) sangat hapal macam-macam game yang tersedia sperti Ninja Saga atau Orochi. Tapi ketika kita tanyakan kepada mereka tentang permainan Jamuran atau Bekelan, mereka hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu.

"Anak-anak sekarang tak mengenal permainan seperti engklek, jamuran yang biasa dimainkan anak-anak jaman dulu. Mereka justru sangat paham permainan yang ada di komputer atau di dunia maya. Mereka bilang, permainan yang ada di komputer itu modern. Pertanyaannya, apakah kalau sudah modern lantas meninggalkan permainan yang tradisional? Ini sungguh memprihatinkan,," keluh Niken Larasati, perupa asal Yogya.

Niken meyakini bila anak-anak memainkan permainan tradisional tubuhnya akan sehat, karena bersinggungan dengan olah raga seperti main gobak sodor. Atau melatih keseimbangan ketika bermain engklek. Pun juga membuat kebersamaan ketika main Jamuran. "Malah ketika bermain Jamuran dengan bergandengan tangan bisa dimaknai mempererat persatuan dan kerukunan," ujar Niken, lulusan SMSR Yogya tahun 1992.

Lewat bermain, dalam pandangan Niken, seorang anak memperoleh banyak pelajaran dan kesempatan melihat berbagai hal didalam kehidupan, karena anak-anak terlibat dalam interaksi sosial dan emosi dengan pasangan bermainnya. "Disitulah terjadi pembelajaran tenggang rasa, tahu aturan, pengembangan kognitif hingga kemampuan menerima perbedaan, konsekuen dalam menerima kekalahan (lapang dada)," tegas Niken.

Ada kekhawatiran bila permainan tradisional ini punah, lenyap ditelan masa serta tak ada dokumentasi. "Mungkin generasi kita masih banyak yang tahu, tapi nanti, 3 generasi berikutnya?," ungkap Niken.

Mengingat dirinya seorang pelukis, maka segala jenis permainan tradisional yang sering ia mainkan kala anak-anak, diwujudkan lewat lukisan di kanvas. Misalnya, permainan Engklek, Jamuran, Bermain Dakon, dan masih banyak lagi.

Ternyata karya lukisannya ini menarik perhatian Seiichi Okawa, Ketua Umum Graha Budaya Indonesia (GBI) di Tokyo. Niken merasa surprise ketika Seiichi Okawa(mantan wartawan Tempo) yang dikenal lewat Facebook begitu serius mengajak pameran di Shinjiku-Ku Tokyo. "Bahkan beliau juga menyempatkan datang ke rumah saya di Kronggahan,Sleman" tutur Niken.

Alhasil, kini ada 22 karya lukisannya yang bertajuk dolanan tradisional anak Indonesia dipamerkan di GBI Shinjuku-Ku, Tokyo, sejak Maret - Juni . Beberapa di antaranya malah sudah laku. "Tapi saya tak mementingkan itu. Yang saya pentingkan adalah menunjukkan pada dunia bahwa dolanan tradisional anak Indonesia ini sungguh menyenangkan kalau dimainkan, mengandung kebersamaan, kerukunan serta ada unsur olah raganya," ungkap Niken yang sedang pulang ke Yogya, Selasa (17/4).

Pameran Tunggal Niken di Jepang mendapat sambutan luar biasa. Animo masyarakat Jepang pada karya Niken cukup tinggi, banyak media lokal meliput pameran tunggalnya.

Selama di Jepang, Niken tak hanya memperkenalkan dolanan tradisional anak Indonesia. Ia juga mengajarkan 111 kosakata bahasa Jawa kepada sejumlah orang Jepang. Di antaranya yang belajar adalah Prof, Nobuko Sasaki beserta para dosen kebudayaan universitas - universitas di Jepang yang tertarik dengan keragaman kebudayaan yang ada di Indonesia, di samping keragaman bahasanya.‪

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini