![](/images/upload/20120524_zulaimah.jpg)
Demikian pernyataan tersebut diungkapkan oleh dr. H. Tb. Rahmad Sentika, SpA, MARS, selaku
Ketua Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Dalam pertemuannya dengan rekan media di UNY kemarin, Ia mengaku bahwa
penyalahgunaan bahan-bahan tersebut semakin marak.
Acara yang digagas oleh PT Tupperware Indonesia tersebut menghadirkan pula Psikolog Anak,
Dra. Rose Mini, M.Psi, Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM, Drs. Halim Nababan, MM, Kepala Bidang
Pemeriksaan & Penyelidikan BPOM di Yogyakarta, Zulaimah serta beberapa tamu undangan lain.
Bila menilik konteks kasus ini di Yogyakarta, Menurut Zulaimah, kasus pemakaian bahan
berbahaya di Yogyakarta masih saja terjadi. Data tahun 2009 dengan 515 sampel, terdapat 3,7% di Kota Yogyakarta dan sleman
yang mengambil contoh di 37 sekolah.
Tahun 2010 dengan 523 sampel terdapat 3,1%, kemudian tahun 2011 terdapat 2% dan tahun 2012
sebanyak 4,3%. Dari tahun ke tahun, pihaknya melakukan kerjasama dengan beberapa instansi untuk selalu menekan penggunaan
bahan berbahatya tersebut agar generasi emas ditahun 2045 bisa terlaksana.
Saat ditanya mengenai Yogyakarta yang memiliki gizi terbaik diseluruh Indonesia, Zulaimah
mengaku bahwa pengawasan memang dilakukan secara rutin, melakukan pengawasan secara intensif. "Bila ada temuan langsung,
selanjutnya dilakukan tindak lanjut kepada produsen, anak-anak juga diberi himbauan untuk lebih mengutamakan membawa bekal
sehari-hari," pungkas Zulaimah saat ditemu Tim Gudegnet diacara Pola Hidup Sehat Membentuk Anak Menjadi Anak Sehat & Hebat
yang diprakarsai oleh Tupperware itu.
Kirim Komentar