Dua ratus tahun lalu etnis Tionghoa yang bermukim di Ngayogyakarto Hadiningrat mendapat pengawasan ketat Pemerintah Hindia Belanda. Sikap "curiga" tersebut berakibat pada aktivitas orang Tionghoa terbatas. Sebuah kebijakan yang disebut wijkerstelsel atau dikenal dengan upaya pembatasan gerak-gerik etnis Tionghoa dalam memilih tempat tinggal membuat etnis yang kini hidup berdampingan dengan Suku Jawa itu terkekang. Belum lagi peraturan panselstelsel yang juga melarang orang-orang china berpergian dan harus membawa kartu izin saat mereka akan bepergian jauh.
Sikap tersebut mengundang reaksi Sri Sultan HB II untuk memberikan izin bagi etnis Tiongha bermukim di daerah Ketandan. Nama Ketandan sendiri diambil dari kata Ka-Tanda-an yang berarti tempat yang dijadikan sebagai tanda. Raja kedua Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu menginginkan agar aktivitas perdagangan khususnya dikawasan Beringharjo meningkat dengan masuknya etnis Tiongkok tersebut. Kebijakan itu berbuah manis sehingga orang-orang Tionghoa dapat bergerak secara leluasa.
Jika Anda menyempatkan diri untuk jalan-jalan dikawasan Ketandan, bangunan yang umumnya berdiri di kawasan ini memiliki bentuk atap pelana dengan ujung yang melengkung ke atas dan dikenal sebagai model Ngang Shan (David G. Khol (1984:22),). Bentuk seperti ini ternyata sangat umum dikawasan Asia Tenggara. Bangunan yang ada dikawasan Ketandan ini disinyalir telah memiliki usia ratusan tahun sehingga wajar bila suatu ketika tempat ini dinobatkan sebagai kawasan heritage.
Ketua Umum Pekan Budaya Tinghoa Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun berencana mengusulkan kawasan Pecinan agar mendapat dana revitalisasi melalui program keistimewaan DIY tahun anggaran 2014. Pemilik rumah kuno yang sebagian manula itupun menjadi salah satu penghalang karena enggan mengelola. Keterbatasan ekonomi membuat rumah dari penduduk sekitar Ketendan terbengkalai.
Berita bagusnya, Ketandan akan masuk sebagai program penataan Kawasan Malioboro sebagai bagian dari The City of Heritage. Sebagai langkah awal, panitia PBTY 2014 berencana merevitalisasi sebuah bangunan kuno. Nantinya ruah tersebut akan digunakan sebagai rumah budaya china. Didalamnya, akan diisi berbagi macam barang khas Tionghoa baik dari arsitektur maupun pernik yang cocok dengan nuansa Cina. Tidak menutup kemungkinan seluruh rumah kuno akan direvitalisasi. Setelah semuanya selesai, maka festival Tionghoa tidak menutup kemungkinan dilaksanakan setiap akhir pekan.
Seni & Budaya
Usulkan Ketandan Sebagai Kawasan Budaya

Kirim Komentar