Seni & Budaya

Ketandan, Menuju China Town-nya Yogyakarta

Oleh : Budi W / Senin, 00 0000 00:00
Ketandan, Menuju China Town-nya Yogyakarta



Dua ratus tahun lebih masyarakat Tionghoa bermukim di Yogyakarta. Seperti masyarakat lain, mereka hidup berdampingan dengan Suku Jawa yang merupakan penduduk mayoritas Kota berbasis Budaya itu. Penyelenggaraan Pekan Budaya Tionghoa yang berlangsung 10 - 14 Februari tersebut membuat suasana Kampung Ketandan ramai layaknya china town di Singapura.

Selain aktivitas pertunjukan dan perdagangan, panitia PBTY 2014 sedang mengusahakan puluhan rumah dikawasan Ketandan mulai diinventarisir. Bangunan timur Ramayana Dept. Store hingga perempatan Ketandan didata. Meskipun, sementara ini baru terkumpul 10 rumah lawas yang akan diajukan agar mendapat program Danais 2015.

"Kami menyadari, rumah-rumah tua disekitar Ketandan dimiliki peranakan Tionghoa yang telah lanjut usia," jelas Joko Tirtodiprojo Humas & Publikasi PBTY 2014.

Pemilik enggan merenovasi rumah meskipun mereka tahu bangunan tersebut masuk dalam katogori heritage. Dalam upaya menyelamatkan puluhan bangunan tersebut, Joko beserta timnya telah mengajukan proposal agar danais dapat membantu perbaikan rumah-rumah kuno tersebut. "Sebelum kegiatan ini, kami pernah berdiskusi dengan Bapak Gubernur dan menurut beliau, upaya ini mendapat sambutan positif," tambahnya.

Seperti kita ketahui, Ketandan merupakan kawasan yang cukup berperan dalam perkembangan ekonomi Yogyakarta dimasa silam. Kepiawaian berdagang etnis Tionghoa menjadi dasar Sri Sultan HB II menyelamatkan mereka dari penjajah Belanda. "Saat itu kaum Tionghoa kan terbatas gerak-geriknya, sehingga raja Ngayogyokarto Hadiningrat menyelamatkan nenek moyang leluhur kami," tukas Dirut GL Zoo tersebut.

Bangunan di kawasan Ketandan secara umum memiliki ciri khas antara lain berbentuk tingkat tanpa teras. Ruko bagian bawah biasa dipergunakan sebagai tempat usaha seperti toko emas dan kuliner. Letaknya berada di bagian depan dan langsung menghadap jalan tanpa dibangun teras. Fungsinya, agar pemilik dapat secara langsung berinteraksi dengan pembeli.

Bangunan tradisional Tionghoa di Ketandan ini umumnya memanjang ke arah belakang. Posisi halaman rumah terletak di bagian tengah. Dibagian tersebut biasanya dipergunakan pemilik untuk berinteraksi sosial dengan tamu. Sedangkan lantai kedua, berfungsi untuk kegiatan interaksi dengan anggota keluarga. perdagangan emas di kawasan Ketandan menjadikan tempat ini sering dikunjungi ibu-ibu pemburu perhiasan. Menurut cerita, kualitas emas yang bagus dijual ditempat ini.

Joko berharap dengan adanya dukungan danais 2015 nanti, rumah-rumah kuno dikawasan ini dapat diselamatkan, syukur-syukur dapat mendongkrak pariwisata di Kota Yogyakarta.  "Tidak menutup kemungkinan tempat ini jadi china town-nya Yogyakarta,"tutupnya ramah.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini