H. Suwardi (paling kiri berbaju hijau toska) Saat Memimpin Doa di Makam Purbonegaran
Puluhan orang mengikuti Merti Kampung dan kegiatan Rejeban di Kelurahan Terban Yogyakarta. Acara yang berlangsung Minggu (25/05) tersebut bertujuan untuk mengangkat kembali potensi budaya yang lama menghilang. Terakhir, Rejeban dilaksanakan pada 1968 dan baru digiatkan kembali pada 2014 setelah warga kampung sepakat.
"Ini menjadi awal yang baik, kami takut jika tidak diuri-uri akan kepaten obor," jelas Ketua Paguyuban Kesenian Saputro Budaya, Antonius Yulianto.
Merti kampung dan Rejeban ini dimulai dengan kirab Bregada Purbonegaran dari Balai Mas Pur menuju RS Pantirapih - Bunderan UGM - Mirota Kampus - Jln. C Simanjuntak - Kelurahan Terban - SMA 9 dan berakhir ke 3 makam didaerah Purbonegaran, Bendo dan Carang Soka.
Antonius mengatakan, budaya Rejeban ini sempat kosong selama 46 tahun akibat isu miring, Barang siapa menyelenggarakan kegiatan budaya saat jaman Orde Baru, dapat dikategorikan sebagai antek PKI. "Semenjak ada peringatan itu, kami tidak pernah merayakan lagi," tambah Antonius.
Rajaban dalam Islam, menurut Ustadz Nana Karsana merupakan sebuah bulan dimana Rasulullah Muhammad SAW kala itu diperintahkan oleh Alla SWT melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Makkah)ke Masjidil Aqsha (Palestina). Rasul menerima perintah yaitu untuk menerima perintah salat lima waktu diyakini terjadi pada 27 Rajab. Dalam mitilogi Jawa, tradisi ini kemudian meluas menjadi tradisi dalam membersihkan makam.
Dalam tinjauan budaya, Rajab yang berlangsung di Terban ini kemudian mengisi bulan Rajab dengan melakukan kegiatan Kirab - Pentas seni dan diakhiri bersih-bersih makam. Menurut sesepuh setempat, terdapat 3 makam utama di kawasan tersebut. "Ada makam Purbonegaran, Bendo dan Carang Soka, masing-masing memiliki leluhur yang berbeda," tukas H. Suwardi, tokoh budaya setempat.
Menariknya, Makam Bendo memiliki tokoh legendaris bernama Kyai Sag dan Nyai Sag. "Beliau berdua inilah yang kemudian menjadi tokoh panutan didaerah kami, sehingga kata Sag kemudian disematkan menjadi nama daerah bernama Sagan," tutup Suwardi saat berbincang-bincang dengan Tim Gudegnet.
Seni & Budaya
Rejeban & Asal Mula Desa Sagan, Yogyakarta

Kirim Komentar