Sebanyak 3005 meter kain terbentang secara zigzag didepan Alun-alun Kraton Yogyakarta. Bukan tanpa alasan, kain mori sepanjang itu dipakai untuk memecahkan Museum Rekor Indonesia (MURI) membatik pada Kain Terpanjang. Kegiatan yang berlangsung semenjak pagi jam 08.00 WIB tersebut mendapat antusiame masyarakat luas.
Maria misalnya, pelajar SMP di Yogyakarta ini tertarik membatik motif semen (corak flora & fauna) bersama rekan sekolahnya. "Saya sudah ada disini semenjak pagi, dan setelah membatik rasanya seneng meskipun disekolah ada ekskulnya, spektakuler dan keren karena bisa membatik secara masal," ungkap siswi kelas 7 ini pada Tim Gudegnet.
Hal serupa juga diamini Affan, mahasiswa UGM yang datang bersama 15 teman lainnya ini pun dengan bangga membatik secara seksama. Menurutnya, batik menjadi warisan budaya yang wajib dipelihara oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Proses pengakuan dunia dan mengakui batik sebagai warisan budaya dapat dilakukan dengan aksi membatik seperti ini.
"Generasi muda seperti kita pastinya wajib ya melestarikan aset budaya ini, saya ingin suatu ketika, batik dapat dikenakan oleh banyak orang diseluruh dunia," terangnya.
Sebagai pesan, ia pun memberikan masukan pada orang diluar sana untuk tidak pernah menawar batik jika ingin membeli. "Proses membuat batik yang cukup lama ini perlu diapresiasi, mulai dari membuat motif, mencanting, mewarnai dan lain-lain seperti inilah yang harus kita hargai, menghormati budaya bangsa berati turut melestarikannya," tukasnya semangat.
Sebagai informasi, kegiatan tersebut diprakarsai oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Pemda DIY. Event ini berlangsung dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2014. Diikuti oleh 3000 pembatik dari Jogja, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Sleman serta diramaikan aktivitas seni pertunjukan seperti tari-tarian, karawitan dan persembahan wayang kulit.
Kirim Komentar