Ribuan orang memadati kawasan jalan Malioboro, Yogyakarta. Kegiatan Pisowanan Agung dan event launching city branding bertajuk Jogja Gumregah ini diramaikan kirab budaya dari 3500 peserta.
Demikian informasi tersebut disampaikan Widihasto Wasana Putra selaku ketua kirab budaya. Hujan mengguyur lokasi sejak acara dimulai pukul 13.00 WIB pada Sabtu (07/03). Meski begitu, mereka yang hadir tetap bersemangat mengikuti perayaan tersebut.
Ditemui tim Gudegnet di depan Malioboro Mall, seorang pengunjung yang enggan disebutkan identitasnya ini mengatakan terhibur dengan adanya persembahan budaya rakyat ini. "Bagus, sangat menghibur," ungkapnya singkat sembari mengarahkan handphone-nya ke peserta kirab.
Saat tim Gudegnet bertanya Jogja Gumregah itu apa, dia lantas menunjuk sebuah round tag tepat dihadapannya sembari berkata, " Ini logo baru untuk Kraton Jogja, kan?" tukasnya sembari tak yakin.
Ternyata, ada warga yang belum mengetahui kegiatan siang hingga petang itu merupakan sosialisasi logo Jogja baru yang semula Jogja Never Ending Asia menjadi Jogja Istimewa. Sehingga bukan Kraton Jogja yang berganti logo.
Gerakan ini menjadi tonggak awal agar dengan adanya logo baru, semangat para warga Jogja yang ada di dalamnya semakin terpatri.
Anggota tim 11, Herry Zudianto (HZ) pada rekan media mengatakan melalui sosialisasi "city branding" ini dapat menjadi sebuah peristiwa budaya. Gumregah dalam bahasa Indonesia artinya semangat kebersamaan untuk kemajuan. HZ menyebut ini semacam "renaissance" bagi Yogyakarta.
Sementara itu di lokasi yang berbeda Agus Arif Nugroho, camat Gondomanan menerangkan upaya mensosialisasikan logo, pihaknya telah menerima surat edaran terkait hal tersebut. Di setiap RT serta RW dipasang banner logo Jogja Istimewa.
"Dipasang di seluruh titik di Kecamatan Gondomanan, kesadaran dalam menyambut logo baru sudah tinggi sehingga tidak perlu disuruh, mereka sudah berinisiatif sendiri," tutupnya ramah.
Kirim Komentar