Naiknya trend baju etnik dan hijab di Indonesia dan Yogyakarta pada umumnya memiliki dampak positif bagi perkembangan dunia fashion di Kota Gudeg. Demikian pernyataan tersebut diungkap Lia Mustafa, salah seorang desainer ternama dari DIY yang sekaligus terlibat langsung dalam APPMI DIY.
"Melihat prospek ini, kami ingin membuat acara tahunan yang nantinya akan mengangkat potensi lokal baik itu busana muslim maupun busana etnik", jelas Lia saat berbincang santai dengan Tim Gudegnet di Hotel New Saphir, Jalan Adi Sucipto no. 38, Yogyakarta.
Trend busana muslimah diprediksi akan semakin meningkat hingga 2018 mendatang dan akan go internasional pada 2020. Saat Indonesia Fashion Week belum lama ini di Jakarta, pemerintah pusat sangat mendukung adanya perhelatan fashion semacam itu, diharapkan, pemerintah daerah pun dapat mendukung potensi lokal.
"Sehingga ada embrio baru ya, para desainer lokal terangkat dengan menggarap potensi daerah dengan cara menggali serta menterjemahkan peluang yang ada", tukasnya ramah.
Saat ditanya posisi tawar kain tradisional Indonesia di kancah internasional, ia mengaku sangat bangga dengan segala corak kain yang ada di negeri jamrud khatulistiwa ini. "Contohnya di Jepang, dinegara itu mereka menempatkan posisi yang bagus pada kain batik, sehingga, kami yang ada disini pun terus bersemangat untuk mensosialisasikan batik dan kain - kain lain agar lebih dicintai oleh masyarakat", tambahnya.
Bukan seperti saat ini, baju tradisional hanya sebatas etalase yang dipajang dan tak digunakan dalam kehidupan sehari - hari.
Kirim Komentar