Merti Desa di bulan Rajab memang menjadi sebuah ciri khas sebuah desa yang ada di Pulau Jawa. Seperti yang dilaksanakan oleh warga Sampangan, Baturetno, Banguntapan, Bantul dibulan Rajab ini menyelenggarakan Merti Desa Dusun Sampangan.
Ada sebuah keyakinan yang hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat sekitar, sebuah kearifan lokal yang terus dilestarikan meski jaman telah berubah. "Ada yang mengatakan jika warga dusun tidak melaksanakan merti desa, maka akan ada pagebluk", jelas seorang warga masyarakat didepan Balai Serba Guna Sampangan saat diwawancarai Tim Gudegnet (9/05).
Sebanyak 18 gunungan diarak dari Balai Serba Guna Sampangan dan berakhir di halaman SD Sekarsuli, Jl. Wonosari KM 7. Sulis, warga RT 03 Sampangan misalnya, seminggu sebelumnya ia beserta masyarakat sekitar mempersiapkan kegiatan secara detil. "Ada yang pasang umbul-umbul, kerja bakti bersih-bersih makam hingga membuat gunungan, semua hasil gotong royong", terangnya.
Tidak hanya kaum tua saja yang terlibat, namun kesadaran akan potensi seni budaya pun disambut oleh kalangan generasi muda yang mendiami 18 RT tersebut.
Dilokasi yang sama, Lurah Baturetno, Sarjoko mengatakan bahwa merti desa ini memang setiap tahun diselenggarakan dalam rangka upaya masyarakat sekitar menghormati para leluhur.
"Kami berupaya sebaik mungkin melestarikan adat dan potensi kearifan lokal ditempat kami, sebagai puncak acara, diselenggarakan pementasan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Wahyu Senopati di halaman SD Sekarsuli", terangnya.
Memang, semakin lestarinya sebuah adat istiadat lokal, tentunya akan membuat masyarakat tidak lupa akan manusia yang bersinggungan didalamnya. Sebuah perilaku masyarakat yang baik adalah mereka yang tidak pernah meninggalkan kebiasaan lama yang mengakar semenjak ratusan tahun silam.
Kirim Komentar