Seni & Budaya

Begini Cara Membawa Kegembiraan Dalam "Kesenyapan" Museum

Oleh : Albertus Indratno / Selasa, 27 Oktober 2015 22:57

Film “Night at The Museum’ yang dibintangi Adam Sandler menceritakan museum bisa juga menjadi tempat yang menyenangkan. Bukannya seram apalagi kental nuansa mistis dan berhantu. Bahkan, terabaikan.

Daniel Joko punya resep jitu mempopulerkan museum. Tim gudeg.net bersama tim Travel Heritage 2015 mendengarkan ide-idenya. Sederhana dan perlu bagi pengelola museum di Yogyakarta.

Lelaki yang biasa dipanggil Om “J” ini sehari-hari mengelola Sanggar Gubug Wayang di jalan Kartini no.23 kota Mojokerto. Ia bersama tujuh rekannya “kerja bakti” menghidupkan dan memelihara  museum yang buka dari Senin sampai Minggu ini.

Sejak dibuka pertengahan Agustus hingga akhir Oktober, museum ini menyedot hampir 6000 pengunjung. Tarifnya Rp 25.000 bagi mahasiswa dan umum. Sedangkan pelajar SD – SMU cukup membayar Rp. 15.000.

“Kami tidak dibayar disini mas. Ini murni karena kecintaan terhadap budaya Indonesia,” kata  Joko kepada tim gudeg.net. “Kami ingin melihat ada perubahan di Indonesia.”

Ide mendirikan museum ini tercetus kira-kira 12 tahun lalu. Saat itu, penggagasnya, Yenzen menceritakan sejak kecil ia di-bully.  Ia sering diolok-olok teman-temannya. “Cina kamu,” kata Joko mengisahkan kembali situasi Yenzen saat itu.

Kondisi itu benar-benar menekan Yenzen. Ia bertekad dalam hati. Ia ingin membuktikan kepada orang lain, kata Joko, “Mana yang lebih Indonesia, kamu atau saya.”  Yenzen ingin menunjukkan bahwa ia yang lahir sebagai keturunan Tionghoa juga bisa lebih  mencintai Indonesia.

“Ia tidak ingin disebut Cina. Ia ingin disebut saya Indonesia,” kata Joko.

Kegelisahan-kegelisahan itulah yang mendorong Yenzen. Selama lebih dari 10 tahun ia mengumpulkan barang-barang dari berbagai penjuru Nusantara. “Resep pertama dari pak Yenzen,”kata Joko. “Lakukan yang terbaik dan totalitas dalam bekerja.”

Semangat “berdarah-darah” itu juga menular ke Joko dan teman-temannya. Setelah museum tutup pukul 20.00 WIB, ia membersihkan dan menata kembali koleksi-koleksi di sana. “Biasanya sampai pukul 2 dini hari,”katanya. “Kadang-kadang sampai jam 4 (dini hari)”

Ia mengatakan sejak awal ajakan ke museum  menjadi tawaran mencintai budaya. Ia mengumpulkan beberapa orang yang memiliki visi yang sama.  “Untuk urusan budaya jangan dulu bicara uang,” katanya. “Kalau kamu (  tim yang diajak ) cinta budaya. Datang saja.”

Budaya sendiri menjadi bagian dari totalitas kehidupan manusia. “Sedangkan agama menjadi bagian dari unsur kebudayaan,” katanya. Ia menekankan nilai-nilai itu harus dipegang selamanya. Baginya, budaya menjadi kekuatan bangsa Indonesia.

“Jika bangsa ini kuat tentang budaya,” katanya. “Maka agamanya juga semakin kuat. Sudah tidak ada lagi persilangan agama yang berbeda. Bahkan, saling membenci satu sama lain.”

Setelah menemukan anggota tim yang solid, ia menceritakan bentuk komunikasi yang dibangun antara pihak museum dan masyarakat. “Kami sering mengadakan acara-acara off air,” katanya. “Kami undang bikers. Ribuan orang makan dan minum disini. Mereka bisa melihat wayang dan wajib menjaga kebersihan. ”

Bahkan, ada juga lomba foto selfie. Ia mengundang siapa saja, baik mahasiswa atau umum untuk memotret diri mereka sendiri di museum. Bersama teman-temannya, katanya, “Kami menawarkan spot foto yang bagus. Juga tawaran cinta budaya.”

“Tujuannya kita mengembalikan bangsa Indonesia kepada budaya Indonesia yang seutuhnya,” katanya. “Bagaimana caranya semampu mungkin mereka datang kesini dan mencintai budaya Indonesia.” Benar saja! Menurutnya, sejak tiga minggu dibuka sudah ada 300 peserta yang mendaftar.

Belum cukup selfie, paham sebagian besar warga masyarakat suka mengandalkan keberuntungan, ia menawarkan sepeda motor, magic jar, serta rice cooker lewat undian. “Rencananya tahun depan berhadiah rumah.”

Angka Kunjungan Museum Memprihatinkan

Menurut data Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud RI di laman puspar.ugm.ac.id menunjukkan sampai tahun 2011,  bangsa Indonesia memiliki sebanyak 227 museum. 15 persen atau sekitar 33 museum ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Angka itu menunjukkan di provinsi DIY memiliki jumlah museum terbanyak se-Indonesia.

Sayangnya, jumlah pengunjungnya menyedihkan. Bahkan, sejak Asosiasi Museum Indonesia (AMI) dan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI mencanangkan Tahun Kunjungan Museum (TKM) pada 2010, museum masih belum menjadi favorit wisatawan.

Pengunjung museum 2008 sampai 2012 secara berurutan 6. 269. 367 wisatawan, lalu naik menjadi 7.884.213, 8.270.988, 9.300.786 dan 11.379.640. Total jenderal hanya sekitar 3 persen seluruh wisatawan yang berkunjung ke provinsi DIY yang menikmati keindahan museum.

Mengutip KRT Thomas Haryonagoro, Direktur Ullen Sentalu Museum dari laman yang sama, mengatakan “Walaupun museum mempunyai arti sangat penting. Kunjungan masyarakat ke museum belum menggembirakan.”

“Hanya sekitar 2 persen dari jumlah penduduk per tahun.”

Melihat fenomena itu tim Travel Heritage memiliki tugas mulia mengembalikan kejayaan budaya dan perjalanan manusia di negeri sendiri melalui berbagai cara. Lagi-lagi ini bukan hanya tanggung-jawab aku, kamu bahkan kami. Tapi kita. Bangsa Indonesia... 


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini