Pernikahan merupakan momentum paling sakral yang akan dilalui anak manusia, begitu juga dengan Mila Rosinta Totoatmojo, seorang koreografer kenamaan Jogja yang sebentar lagi menikah.
Bedhaya tari bertajuk Bedhaya Rigma ini, ia ciptakan untuk momentum pernikahannya 12 Desember mendatang di Gedung LPP Jogjakarta bersama pasangan hidupnya, Gusti Raditya Kusumanegara Bafagih.
"Tarian ini terinspirasi oleh Bedayan Keraton Jogjakarta yang menampilkan Sembilan penari, pola lantai bedayan juga sama dengan Bedayan Keraton," ungkap Mila saat berbincang - bincang dengan Tim Gudegnet semalam.
Saat Tim Gudegnet bertanya alasan Mila memilil Rigma/rambut sebagai fokus tarian, rambut dalam kehidupan Jawa merupakan hal sakral bagi perempuan. Terlihat dalam beberapa fase kehidupan salah satunya ritual siraman jelang pernikahan.
"Rambut merupakan simbol fase kehidupan seorang perempuan. Ini ditunjukan dalam rambut yang digelung dan menjadi konde. Ketika perempuan memasuki fase dewasa, ia harus bisa menggelung rambutnya," tambah wanita kelahiran Jakarta 15 mei 1989 itu.
Dalam fase pernikahan, satu dan yang lain wajib menurunkan ego dalam kehidupan berumah tangga. Menurunkan ego ketika berbagi kehidupan dengan orang lain bukan berarti menjadi perempuan harus pasrah. Tetapi berjuang untuk memaknai hidup dalam fase kehidupan yang baru.
Dalam tarian ini, Mila menggunakan rambut sepanjang 3 meter. Untaian rambut ini merupakan simbol perempuan yang masih dalam pencarian jati diri. Ego yang tinggi diwakilkan melalui panjang rambut. Ego ini semakin terkikis ketika rambut ini digelung menjadi konde. Meski begitu rambut ini juga wajib dijaga, sebagai mahkota dan kehormatan perempuan, tambahnya.
Guna menghadirkan tarian ini, Mila tetap mengikuti adat pernikahan Jawa pada umumnya. Diawali dengan arak-arakan Limbuk untuk membersihkan jalan. Konsep kostum pun tetap memakai kemben yang mencirikan perempuan Jawa dan rambut yang akan dipaes.
Dalam melakoni dunia tari, pemilik studio mila art dance school ini kerap mengemas pengalaman hidupnya dalam sebuah tarian. Fase-fase ini terus berkembang dan membentuk keutuhan sebuah cerita. Termasuk pernikahan yang merupakan fase sakral dalam kehidupan manusia. Setelah karya ini tidak menutup kemungkinan akan lahir karya lainnya yang terinspirasi dari cerita kehidupannya dalam fase hidup yang berbeda.
Kirim Komentar