Surat anjuran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang memberlakukan tas plastik bebayar di pusat perbelanjaan mendapat respon positif dari Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Badan Lingkungan Hidup Sleman, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Sleman, dan Dinas Pengelolaan Pasar Sleman baru - baru ini.
Inti dari pengurangan sampah plastik yakni berguna untuk menekan sampah yang tak bisa terurai tersebut. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah sampah di TPU Piyungan dalam 1 hari berjumlah 500 ton dan 60 persen sendiri berasal dari Kota Jogja. Agar sampah dapat terkendali sejumlah mahasiswa di Yogyakarta bahu membahu turut membantu mencari solusi tersebut.
Ide mutakhir membuat plastik biodegradable atau plastik yang mudah terurai secara alami baru - baru ini dibuat oleh lima mahaiswa Teknik Kimia UGM yaitu Ivone Marselina Nugraha, Cesaria Riza Asyifa, Machlery Agung Pangestu, Palupi Hanggarani, dan Rifani Amanda untuk membuat plastik yang mudah terurai.
Mereka membuat plastik dari bahan yang terbarukan dengan memanfaatkan limbah sisik ikan sebagai bahan plastik biodegradable. Bahan yang digunakan untuk membuat plastik biodegradabel yakni senyawa yang terdapat pada tanaman seperti pati dan selulosa, sedangkan pada hewan seperti, kitin, kaseon, dan kitosan.
Ivone menyampaikan, saat ini telah banyak dikembangkan plastik biodigredable yang memanfaatkan bahan terbarukan. Antara lain berasal dari kitosan udang dan kepiting, serta pati singkong. “Kami menggunakan kitosan dari sisik ikan gurami dan ikan kakap yang memungkinkan untuk digunakan sebagai plastik biodegradable dalam penelitian ini,” tuturnya di Humas UGM.
Sisik ikan gurami dan ikan kakap didapat dari sejumlah rumah makan di Jogja. Selanjutnya mereka teliti lebih lanjut. Limbah sisik kedua jenis ikan tersebut dibersihkan terlebih dahulu kemudian dijemur untuk selanjutnya dilakukan pemisahan protein dari kitosan (deproteinasi).
Setelah dilakukan deproteinasi lalu dilakukan demineralisaisi untuk memisahkan mineral dari sisik ikan sehingga diperoleh senyawa kitin. Kitosan selanjutnya dilarutkan ke dalam larutan asam asetat dengan diberi tambahan gliserol. Setelah itu dioven sehingga diperoleh plastik yang diinginkan.
Sementara itu, aksi sosial lain dalam menanggapi menggunungnya sampah plastik juga dilakukan oleh 50-an mahasiswa dari UST, Surya Global, AMA, UIN, Instiper dan UNY. Mereka cukup prihatin bahwa banyaknya sampah an organik di Jogja semakin tak terbendung.
"Hari ini hingga esok 27 februari kami melakukan aksi Gerakan Jogja Bersih," jelas Koordinator Kegiatan, Panji Astowo saat diwawancarai Tim Gudegnet (26/02).
Gerakan pengumpulan sampah ini dimulai semenjak pukul 08.00 - 20.00 WIB. Selama jumat - sabtu komunitas ini membagi menjadi 6 kelompok kecil mulai dari pembersihan sampah di Kali Mambu, Jalan Pramuka, UIN Papringan, Ring road utara Instiper, UNY Gejayan dan titik pengumpulan sampah di Gudang Ruko Gejayan Square, Jalan Ring Road Utara, Depok, Sleman.
"kegiatan ini merupakan respon kami saat melakukan observasi dari kawasan permukiman di daerah Umbulharjo, Papringan hingga Depok, banyak sampah terutama sampah an organik, sehingga gerakan bersih sampah ini layak untuk dilakukan secara kontinyu tidak hanya seremonial saja," tambah Panji.
Selain memberikan edukasi kepada masyarakat, pihaknya juga ingin membantu mencari solusi atas tumpukan sampah ini. Selanjutnya, mereka berencana mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang dan akan menghadirkan pakar daur sampah untuk memberikan pendidikan pengolahan sampah plastik.
"Aksi kecil ini tentunya akan terus berlanjut jika masyarakat sendiri dapat merespon perubahan, semoga semua pihak dapat tergerak melakukan hal positif lainnya," tutupnya ramah.
Kirim Komentar