Jogja, www.gudeg.net - Dinas Kebudayaan DIY menyelenggarakan kegiatan Gebyar Budaya Mega Ngampak di Balai Desa Condongcatur (20/05) mulai jam 15.30 - 23.30 WIB. Demikian informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Sejarah, Sastra dan Bahasa Dinas Kebudayaan DIY, Erlina Hidayati di Balai Desa Condongcatur sore ini.
Sejumlah pentas akan tampil seperti kesenian daerah Jathilan, Beksan Adi Luhung dari Kraton Ngayogyakarta dan Beksan dari Kadipaten Pakualaman serta Ketoprak Topeng Ireng yang dijadikan sebagai puncak acaranya.
"Mega Ngampak merupakan sebuah panji yang dibawa oleh abdi dalem saat sowan ke kraton. Warnanya biru dan putih, panji ini biasanya digunakan saat mubeng beteng," jelas Erlina.
Khusus untuk besok jumat malam, menariknya, selain penampilan beksan Srimpi Pandelori, Gatotkaca - Sekipu serta Floret dan Tandyo Toyo, penampilan ketoprak masa kini arahan Nano Asmorodhono akan mencairkan suasana dengan adegan - adegan banyolan lintas bahasa hingga lintas profesi.
"Ketoprak ini digagas Pak Nano untuk memberikan rasa persatuan dan kesatuan. Karena, pemainnya berasal dari berbagai wilayah dari Jogja maupun dari Ambon dan Papua. Satu lagi pihak dari Korem 072 Pamungkas juga akan pentas bersama," katanya.
Sutradara Ketoprak Topeng Ireng, Nano Asmorodhono mengatakan bahwa pentas ketoprak akan diselenggarakan dengan banyolan dan guyonan aksidental. "Jadi pentas nanti ya akan multi kultur dan bebas menggunakan bahasa Jawa mapun bahasa Indonesia, tidak pakem ketoprak sekali mengingat pemainnya bukan dari kalangan profesional ketoprak," tukasnya.
Secara umum, cerita Topeng Ireng mengambil latar belakang perang Diponegoro. Lurah Pengalasan yang tangguh yang juga laskar Diponegoro serta sangat loyal dengan Diponegoro telah dicurigai sebagai mata - mata Kompeni. Sundari, istri Lurah Pengalasan sering keluar masuk Loji dan menjadi rewang juragan Gondel, antek Kompeni.
Juragan Gondel diminta oleh Kompeni untuk mempengaruhi orang - orang agar wilayah Tegalrejo ditanami ganja. penghasilan masyarakat sekitar dijanjikan akan berlipat ganda. "Dari sini mereka saling curiga, banyak perbedaan pendapat yang berakibat hubungan semakin retak, hal semacam inilah yang membuat pihak ketiga mengadu domba para laskar Diponegoro, terus siapa yang menjadi dalangnya? makanya tonton ketopraknya" tutup Nano saat mengakhiri sesi wawancara dengan Tim Gudegnet.
Kirim Komentar