Yogyakarta, www.gudeg.net - Kabar meninggalnya tokoh Gudeg Yogyakarta, Yu Djum atau Djuhariah (85) kemarin malam menjadi trending topic via Twitter hingga siang jam 11.30 WIB ini capai 7132 Twit. Ucapan belasungkawa hadir dari seluruh orang dari berbagai kalangan baik yang kenal secara personal maupun pecinta gudeg pada umumnya. Twit tersebut saat ini berada pada posisi ke - 3 dari sepuluh Twit teratas pada siang ini.
Presenter "Mak Nyus" Bondan Winarno melalui akun Twitternya mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu tokoh pelestari makanan khas Jogja tersebut. "Malam ini saya tersentak mendengar berita tentang wafatnya seorang streetfood warrior kita: Ibu Djuariah (Gudeg Yu Djum). Semoga Khusnul Khotimah." katanya (14/11).
Menurut laman Jogja.Tribunnews.com, Yu Djum awalnya berjualan gudeg di daerah selatan Plengkung Wijilan dengan membuka lapak kecil. Meja dan kursi yang digunakan saat itu masih sangat sederhana. Kala itu dapur yang digunakan untuk masak tetap di Karangasem, Mbarek, Sleman. Usaha semakin berkembang, maka ia membuat warung pada 1985 dengan nama Gudeg Yu Djum yang berdiri dikawasan Wijilan.
Bisnis semakin besar dan terkenal dikalangan masyarakat, kemudian tepatnya pada 1993 dapur yang ada di Karangasem akhirnya turut difungsikan menjadi warung dengan alasan jumlah pembeli yang semakin banyak. Jika menilik dari dapurnya, pembuatan Gudeg memang harus dengan ketelitian serta pemilihan bahan dan cara masak yang wajib rigid.
Menurut Eni Hartono, pemilik rumah makan Gudeg Yu Djum mengatakan bahwa untuk memasak gudeg dan ayam dilakukan mulai jam 12.00 siang. Untuk memasak telur bebek, prosesnya dilakukan sejak pagi hari. Pagi itu telur bebek tersebut direbus dan dikupas, dan dibacem pada siang hari bersamaan proses memasak gudeg dan ayam. Gudeg sendiri proses memasaknya cukup lama. Gudeg yang dimasak dalam panci besar dibiarkan di atas tungku yang masih terdapat bara apinya selama satu malam. Pada pagi hari sebelum dijual, gudeg tersebut masih harus digoreng terlebih dahulu.
Untuk melayani pelanggan, satu hari penjualan menghabiskan 70 kilogram hingga satu kwintal gori (nangka muda). Sedang untuk telur bebeknya bisa mencapai jumlah ribuan. Banyak proses yang rumit hingga gudeg ada didepan meja makan kita. Sosok Djuhariah pun menjadi terkenal karena gudeg telah mengantarkannya menjadi tokoh gudeg legendaris yang perlu kita hormati. Selamat jalan Yu!
Kirim Komentar